Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bermain Sendiri



Bermain Sendiri

Di hari ketiga setelah Anya keluar dari rumah sakit, kebakaran terjadi di area pediatri.     

Aiden sudah menduga bahwa seseorang akan datang dan berniat untuk mencelakai anak-anaknya lagi sehingga ia sudah mempersiapkan segalanya.     

Sebelum kebakaran itu bisa membesar, apinya langsung dipadamkan.     

Meskipun Aiden berhasil menangkap pelaku pembakarannya, sama seperti sebelumnya, ia tidak bisa menemukan siapa dalang di balik semuanya.     

Hal ini membuat keluarga mereka menjadi ketakutan. Galih dan Indah semakin berhati-hati agar tidak memberitahukan keberadaan Anya kepada siapa pun.     

Setiap hari, hal pertama yang Anya lakukan saat bangun adalah pergi ke kamar Arka dan Aksa, memastikan bahwa kedua putranya baik-baik saja.     

Aiden sudah mempersiapkan segalanya, dari kamar Arka dan Aksa, yang diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya cocok untuk kedua putranya yang masih prematur. Ia juga menyewa staf medis profesional khusus di bawah pengawasan Atmajaya Group untuk mengurus Arka dan Aksa.     

Dengan ini, Anya bisa menjaga anak-anaknya dengan tenang.     

Selama berada di pulau itu, Aiden melarang siapa pun untuk mengunjunginya, termasuk kedua orang tuanya sekali pun. Aiden tidak mau mengambil resiko dan membocorkan keberadaan Anya.     

Satu bulan berlalu dengan sangat cepat. Anya masih berada di pulau tersebut bersama dengan Arka dan Aksa yang masih berada di inkubator. Tetapi tubuh kedua putranya itu sudah semakin besar, tidak mungil sekali seperti dulu.     

"Aiden, kapan kita bisa pulang?" tanya Anya sambil bersandar di pelukan Aiden. Mereka sedang berada di sofa kamar Arka dan Aksa.     

"Nanti di hari Natal, ya," jawab Aiden.     

"Arka dan Aksa sudah berusia satu bulan. Apakah kita tidak perlu merayakannya?" kata Anya dengan sedikit murung. Mungkin satu bulan bukanlah sebuah perayaan yang penting bagi kebanyakan orang. Tetapi bagi Anya, setiap hari adalah anugerah. Ia bisa melihat Arka dan Aksa terus berkembang.     

Aiden mengelus kepala Anya dengan lembut. "Setelah kita pulang nanti. Kita bisa merayakannya selama yang kamu mau, berhari-hari sekali pun."     

Tetapi hiburan Aiden itu tidak bisa membuat Anya kembali ceria.     

"Bersabarlah. Setelah semuanya lebih tenang, kita bisa merayakan banyak hal bersama dengan Arka dan Aksa. Kita bisa merayakan hari Natal, tahun baru, ulang tahun mereka. Nanti, kamu juga akan mendapatkan banyak hadiah. Bukankah kamu suka hadiah uang?" Aiden mencubit hidung Anya dan menggodanya.     

Anya tertawa kecil mendengar godaan Aiden itu. Kemudian, ia kembali bersandar di pelukan suaminya, membenamkan kepalanya di leher Aiden.     

"Sekarang, ada hal yang lebih penting yang harus kita lakukan," kata Aiden.     

Anya langsung mengangkat kepalanya dan menatap suaminya dengan bingung. "Apa itu?"     

Aiden bangkit berdiri dan menggendong Anya dari sofa. Ia menuju ke arah inkubator tempat Arka dan Aksa berada, kemudian berkata dengan suara yang lembut. "Kalian main sendiri dulu ya. Ayah dan ibu harus membicarakan sesuatu yang penting."     

"Membicarakan apa?" Anya terlihat semakin kebingungan.     

Dengan tangannya, Aiden meremas bokong Anya, membuat Anya yang berada di pelukannya terkesiap. "Kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan menebus semuanya setelah kamu melahirkan."     

Wajah Anya langsung memerah mendengarnya. Ia lupa pada janjinya itu!     

Karena kondisi kesehatannya tidak cukup baik, Aiden tidak pernah menyentuhnya selama ia sedang hamil. Aiden berusaha untuk menahan diri karena ia tidak mau Anya kelelahan.     

Baginya, Anya dan anak-anaknya adalah yang terpenting.     

Anya berjanji padanya, bahwa setelah anak mereka lahir, Anya akan menebus semua waktu yang terlewatkan itu dan memberikan seluruh waktunya untuk Aiden.     

Sekarang, waktunya ia membayar hutangnya!     

Aiden menggendong Anya hingga ke kamar mereka dan melihat tempat tidur mereka sudah dihiasi dengan menggunakan kelopak bunga mawar yang dibentuk hati. Satu botol anggur dan dua gelas kosong sudah ditempatkan di atas meja, bersama dengan lilin-lilin yang bergoyang di sampingnya. Di dalam gelas itu, terdapat kelopak bunga iris.     

"Aiden, apa ini?" Anya melihat kamarnya sudah berubah, dipenuhi dengan suasana yang sangat romantis.     

"Apakah kamu ingat ini?" Aiden tersenyum.     

Tanpa sadar senyum mengembang di bibir Anya. Tentu saja ia ingat!     

Anya masih ingat saat Aiden mengajaknya candle light dinner romantis di rumah mereka. Meski mereka tidak makan malam di hotel mewah, hanya makan malam sederhana di rumah saja, malam itu adalah kenangan yang tidak terlupakan untuk Anya.     

Diiringi dengan alunan musik yang lembut, mereka menghabiskan makan yang romantis untuk minum anggur bersama.     

Malam itu, setelah mereka akhirnya berbaikan dari perang dingin, Aiden mengungkapkan perasaannya padanya dan memberikan sebuah cincin untuknya.     

Malam itu malam yang sangat indah. Mana mungkin Anya melupakannya!     

"Aku ingat, kamu mengajakku candle light dinner di rumah setelah kita bertengkar hebat. Hari itu aku terluka dan tidak mau menuruti permintaanmu," Anya tertawa kecil.     

"Benar, padahal sejak malam di hotel itu, aku selalu menginginkanmu. Ketika aku mendapatkan kesempatan untuk mengikatmu dengan kontrak perjanjian itu, aku langsung memanfaatkannya agar aku bisa mendapatkanmu. Aku benar-benar menginginkanmu," kata Aiden dengan jujur tanpa menutupi apa pun.     

Mendengar kejadian di hotel itu lagi, Anya merasa kesal. "Jadi, kamu menyukai tubuhku sehingga kamu ingin menikahiku? Kamu lebih dulu menyukai tubuhku dibandingkan aku?"     

"Apakah ada bedanya?" tanya Aiden sambil mengerutkan keningnya.     

"Tentu saja berbeda! Aku berharap kamu menyukaiku bukan karena tubuhku, tetapi karena aku …"     

"Aku tidak akan pernah tertarik pada tubuh wanita yang tidak aku sukai. Kalau aku tertarik pada tubuhmu, itu artinya aku menyukaimu. Apakah kamu puas dengan jawaban itu?" Aiden mendekat ke arah telinga Anya dan berbisik dengan menggoda.     

Anya merasa lehernya geli sehingga ia tertawa.     

Aiden langsung menariknya ke dalam pangkuannya dan menuangkan anggur ke gelas Anya. Sejak mengandung, Anya sama sekali tidak menyentuh alkohol. Aiden masih ingat betul Anya akan berubah menjadi manja dan manis saat setengah mabuk.     

Kali ini, Aiden sengaja memberikan anggur kepadanya karena ia melihat Anya yang versi setengah mabuk itu. Ia merindukan sosok Anya yang manja padanya.     

Memang benar Anya yang setengah mabuk sangat menggemaskan. Ia terus bergelayutan di leher Aiden sambil memandangnya dengan tatapan setengah sadar.     

Bibirnya tersenyum saat memandang wajah suaminya yang tampan itu.     

Sesekali, ia akan menguburkan kepalanya di leher Aiden mengusap-usapkannya seperti seekor kucing. Ia sama sekali tidak mau lepas dari Aiden.     

Aiden tertawa saat melihat istrinya itu.     

Aiden menundukkan kepalanya untuk mencium bibir istrinya dengan lembut, dan ciuman itu disambut dengan sangat antusias oleh Anya.     

Anya membalas ciuman Aiden sambil tangannya menggerayangi tubuh Aiden, berusaha untuk melepaskan bajunya dengan cepat     

Gemuruh tawa terasa dari dada Aiden saat melihat antusiasme kucing kecilnya ini.     

Anya yang tidak mabuk tidak akan pernah melakukan ini. Mungkin saat bangun dan mengingat kejadian ini, Anya akan langsung menyesalinya!     

Malam itu, mereka kembali bersatu setelah penantian panjang Aiden.     

Di ruangan yang remang-remang, hanya dengan cahaya redup dari lilin, diiringi dengan lagu yang romantis dan dikelilingi oleh kelopak bunga mawar yang bertebaran di tempat tidur, malam itu mereka bercinta.     

Anya hanya bisa merasa tubuhnya seperti mengambang. Aiden telah membawanya terbang menuju ke sebuah dunia yang baru, menembus langit ketujuh dan tidak membiarkannya kembali menginjak tanah.     

…     

Saat ia terbangun keesokan harinya, hari sudah siang. Pelayannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang mendesak sehingga ia harus pergi.     

Setelah sarapan, Anya langsung pergi ke kamar anak-anaknya. Dokter yang mengurus Arka dan Aksa mengatakan bahwa Arka sudah boleh keluar dari inkubator dalam dua hari. Sementara itu, Aksa masih harus menunggu hingga kondisinya benar-benar kuat.     

Bagi Anya, itu adalah berita terbaik yang pernah didengarnya. Walaupun Arka dan Aksa lahir secara prematur, mereka bisa tumbuh dengan sehat dan semakin kuat setiap harinya.     

Ia tidak sabar ingin menggendong anak-anaknya di dalam pelukannya!     

Seharian ini, Anya menghabiskan waktu berada di kamar anaknya, tidak bosan-bosannya memandang dua putra mungilnya itu. Baginya, bisa memiliki kedua anak ini adalah anugerah yang luar biasa di dalam hidupnya.     

Tidak sadar, hari sudah menjelang sore. Tetapi Aiden belum menghubunginya.     

Ia berusaha untuk menelepon Aiden, tetapi tidak ada yang mengangkat panggilannya.     

Semakin malam, Anya merasa semakin tidak tenang. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi sehingga Aiden sama sekali tidak menghubunginya.     

Ia berusaha untuk menghubungi Nico dan Nadine, tetapi mereka juga tidak mau menjawab panggilannya.     

Anya tahu, Nico dan Nadine sangat penurut pada pamannya. Kalau pamannya memintanya untuk menyembunyikan sesuatu darinya, Nico dan Nadine tidak akan pernah memberitahunya. Sama halnya dengan Harris.     

Sehingga pada akhirnya, Anya memutuskan untuk menghubungi Tara.     

"Tara, apa yang terjadi? Mengapa Aiden tidak menghubungiku seharian. Ada apa?"     

Tara memikirkan mengenai penjelasan Aiden dan menjawab, "Tidak ada apa-apa. Fokuslah untuk menjaga Arka dan Aksa. Saat semuanya selesai, Aiden akan segera kembali."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.