You Are Mine, Viona : The Revenge

She\'s back



She\'s back

Setelah menemani Denise berputar-putar di mall selama hampir tiga jam akhirnya Abby dan Aaric bisa terbebas dari sang adik yang pulang bersama supir pribadinya pasca diminta pulang oleh profesor Frank, sang ayah.      

"Sampai rumah langsung hubungi kami ya,"ucap Aaric pelan pada Denise yang sudah duduk didalam mobilnya.     

Denise mencebikkan bibirnya. "Iya aku tahu."     

"Good girl, ya sudah sana pergi. Bye."      

Denise tak merespon perkataan sang kakak, ia justru menaikkan kaca jendela mobilnya dan menyuruh sang sopir untuk segera pergi meninggalkan pelataran mall untuk segera pulang. Aaric dan Abby pun tertawa saat melihat tingkah sang adik yang menggemaskan itu, karena sudah lelah juga akhirnya Abby dan Aaric memutuskan untuk segera pulang. Mereka harus banyak istirahat karena proyek besar mereka akan segera direalisasikan dalam waktu dekat ini.      

Dari kejauhan seorang gadis cantik nampak tersenyum menatap kedua pangeran Willan yang baru saja masuk ke mobilnya, gadis itu tersenyum penuh arti. Saat mobil-mobil yang mengawal kedua ahli waris keluarga Willan pergi gadis cantik itu kemudian berjalan menuju mobilnya yang terparkir di area parkir khusus wanita, saat berada didalam mobil gadis itu mengirimkan pesan pada salah satu pangeran Willan yang sedang ia incar.      

"Aku kembali sayang, aku menuntut ganti rugi atas apa yang sudah kuberikan padamu waktu itu."      

Isi pesan yang gadis itu tulis dan baru saja ia kirimkan ke nomor ponsel Alarick Alexander Willan, setelah yakin pesannya terkirim gadis itu kemudian menonaktifkannya ponselnya kembali dan menyimpannya ke dalam tas kecil yang selalu ia tinggalkan didalam mobil. Karena tujuannya sudah terlaksana, gadis cantik itu kemudian memacu mobilnya menuju jalan raya untuk kembali ke apartemennya.      

Apartemen Daisy     

Kate baru sampai di apartemennya saat hari sudah gelap karena tadi mampir ke sebuah toko swalayan untuk mengisi kulkasnya yang hampir kosong, saat Kate masuk kedalam apartemen banyak suasana di halaman apartemen sedang cukup ramai karena ada beberapa tetangganya yang sedang melakukan pesta barbeque. Sejak kecil tak pernah mendapatkan kehangatan keluarga membuat kedua mata Kate berkaca-kaca melihat pemandangan itu, beruntung saat ini hari sudah gelap jadi tak ada orang yang bisa melihatnya.      

"Aku tak boleh begini, aku tak boleh lemah. Ingat tujuanmu datang ke tempat ini untuk apa Kate." Kate bicara dalam hati menguatkan dirinya.      

Setelah menyeka air mata yang membasahi kedua matanya Kate kemudian meneruskan langkahnya masuk ke dalam apartemen.      

"Tinggal di lantai berapa Nona?"tanya seorang wanita paruh baya pada Kate saat sudah berada di dalam lift.      

"Lantai dua belas, Nyonya."      

"Oh lantai yang sama dengan putraku, putraku juga dilantai dua belas. Dia baru pindah hari ini,"ucap wanita paruh baya itu kembali sambil tersenyum.     

"Saya juga penghuni baru di apartemen ini Nyonya, baru satu minggu,"jawab Kate lembut.      

Kedua mata wanita paruh baya itu langsung berbinar seketika. "Wah benarkah? Sungguh kebetulan sekali, kalau kau ada waktu silahkan mampir nona. Kamar anakku ada di 1290, dia seorang pengacara muda dan masih single jadi kau tak usah takut."     

Kate terkekeh mendengar perkataan wanita berambut blonde yang baru saja bicara itu, karena lift sudah berhenti akhirnya Kate dan wanita itu keluar dari lift. Mereka pun berpisah di depan lift karena kamar Kate terletak di lorong sebelah kanan lift sementara kamar si pengacara muda anak sang wanita yang baru berbincang dengan Kate ada di lorong sebelah kiri lift dan hal itu disyukuri oleh Anne yang masih menjaga jarak dengan penghuni apartemen yang lain. Kate sengaja berjalan dengan perlahan, menunggu ibu si pengacara muda itu masuk dulu ke kamar anaknya. Begitu wanita paruh baya itu masuk ke dalam kamar Kate langsung membuka pintu apartemennya dan langsung masuk dalam gerakan cepat.      

"Kenapa aku jadi seperti pencuri yang takut ketahuan, akhh kau benar-benar bodoh Key,"      

Kate tak sengaja menyebut nama aslinya yang selama ini ia coba untuk lupakan, Keyla Sharov. Nama yang sudah dikubur dalam-dalam oleh Kate sejak dua tahun yang lalu, Kate memilih mengganti namanya dengan Katerine Ivanov. Setelah proses yang panjang dan biaya yang tak sedikit akhirnya Keyla berhasil mengganti semua nama dalam ijazahnya dari Keyla Litvinova menjadi Katerine Ivanov, beruntung waktu itu Keyla belum mengganti nama belakangnya menjadi Sharov mengikuti nama belakang sang ibu. Jadi proses penggantian namanya berjalan dengan lancar tanpa ada kesulitan, meski membutuhkan waktu yang tak sebentar.      

Kate memutuskan mengubah identitasnya dan memasang luka palsu di wajahnya semata-mata untuk mendekati kedua orang tua Aaric, pria yang ia cintai dan benci. Selain ingin mencari tahu alasan Fernando Grey Willan tak mengizinkan Aaric bersamanya dulu, Kate juga ingin membuktikan sendiri sebaik apa dokter Viona Angel Willan berdasarkan apa yang selama ini ia dengar. Karena itulah Kate rela menjadi dokter junior lagi, padahal sebenarnya ia bisa saja mendapatkan posisi yang lebih tinggi di rumah sakit Global Bros.     

Karena hari ini cukup melelahkan Kate pun memilih tidur cepat, setelah membersihkan tubuhnya di kamar mandi Kate langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Ia tak menyentuh ponselnya lagi, padahal saat ini Denise tengah mengirimkan banyak pesan padanya. Kate harus tidur cepat supaya besok pagi bisa bangun lebih pagi sehingga ia tak membuat kesalahan ketika memasang luka palsu di wajahnya, walaupun resikonya harus mendapat cacian dari banyak orang karena wajahnya yang dianggap memiliki cacat Kate tak peduli. Baginya pengorbanan yang sedang ia lakukan itu masih bisa ia lalui demi tercapainya tujuan untuk mendekati sang nyonya Willan, Viona Angel. Kate tahu betapa besar cinta Fernando Grey Willan pada istrinya, karena itulah ia mencoba mengambil hati Viona supaya tujuannya lebih mudah tercapai.      

Istana Fernando      

Karena benar-benar lelah Aaric dan Abby sampai tertidur didalam mobil sehingga mereka tak sadar kalau sudah sampai dirumah, Gabriel sang supir pribadi keduanya benar-benar mengemudi dengan halus sehingga Aaric dan Abby tak terbangun sama sekali selama dalam perjalanan.      

"Tuan muda, kita sudah sampai,"ucap Gabriel pelan membangunkan Aaric dan Abby dengan sopan.      

Abby yang duduk tepat dibelakang Gabriel langsung terbangun saat mendengar perkataan supir pribadinya itu, sedangkan Aaric harus dibangunkan dengan kuat oleh Abby.      

"Kakk…"     

"Ayo bangun kita sudah sampai, lebih baik kita masuk dan meneruskan tidur dikamar,"ucap Abby pelan sambil menguap.      

Aaric menggeliat, ia mengabaikan perkataan sang kakak. Aaric memang sedikit sulit dibangunkan jika sudah tidur dan hal itu diketahui dengan baik oleh Abby yang justru semakin senang menggoda adiknya.      

"Iya iya aku bangun...tunggu dulu biarkan semua nyawaku berkumpul, satu menit lagi aku akan turun kak,"ucap Aaric keras.      

Abby terkekeh. "Ok, lihat saja kalau kau masih ada dimobil maka jangan salahkan aku jika kau akan basah kuyup."     

"Berisik!!!"     

Tawa Abby semakin keras mendengar perkataan sang adik, setelah puas menggoda saudara kembarnya Abby pun langsung masuk ke dalam rumah. Abby sudah tidak sabar ingin membanting tubuhnya di atas ranjangnya yang empuk, hari ini benar-benar sangat melelahkan untuknya.      

Aaric yang sudah bangun tak bisa tidur lagi, setelah mengumpulkan seluruh nyawanya Aaric pun turun dari mobil dan bergegas masuk kedalam rumah. Namun pada saat sedang memeriksa ponselnya tiba-tiba Aaric langsung mematung saat membaca satu pesan dari nomor tanpa nama yang masuk ke ponselnya.      

"Elsa Wesley."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.