You Are Mine, Viona : The Revenge

Franklin\'s oath



Franklin\'s oath

Suasana rumah sakit Global Bros sedang mencekam, banyak polisi yang sedang mengambil beberapa barang bukti yang akan mereka selidiki di ruangan praktek dokter Louisa. Setengah dari gedung bagian pintu timur steril dari para pasien dan staf medis, hal ini terjadi terpaksa dilakukan karena profesor Frank meminta para polisi itu melakukan penyelidikan secara detail. Bahkan semua CCTV yang ada di rumah sakit saat ini sedang diperiksa oleh para petugas khusus, sampel makanan dan minuman yang ada di ruang praktek dokter Louisa dibawa pergi ke laboratorium untuk diperiksa.      

"Ada satu sidik jari aneh di botol minuman ini," ucap Andrew pelan saat memeriksa botol minuman yang ada diatas meja yang ada di dekat sofa.     

"Apa maksudmu?"tanya profesor Frank dingin, aura kejam dan brutal nampak memancar dari tubuhnya dan membuat semua polisi yang ada di tempat itu merasa sungkan.     

"Di botol minuman ini tidak hanya ada sidik jari Anastasia dan Aurelie saja, ada sidik jari orang yang tak dikenal menyentuh botol minuman ini. Dugaanku adalah orang itulah yang sudah mencelakai para wanita itu," jawab Andrew pelan, ia tangsi telpon oleh Cecilia langsung datang ke rumah sakit Global Bros saat mengetahui ada percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh orang tak dikenal terhadap Louisa, Aurelie dan Anastasia.      

"Apa kau tidak bisa menemukan siapa pemilik sidik jari itu sekarang juga Andrew?" tanya profesor Frank kembali.     

"Tidak semudah itu, aku harus membawanya ke divisi forensik untuk mendapatkan hasil dari pemindaian sidik jari ini. Dan karena ini ada di botol aku harus sangat hati-hati membawanya ke ahli forensik yang sudah handal dalam bidangnya, karena itulah sekarang aku aku meminta izin untuk…"     

"Bawalah, bawa semua benda disini yang kau butuhkan untuk penyelidikan," sahut profesor Frank pelan memotong perkataan Andrew.     

Mendengar perkataan pria yang sangat ia benci sebelumnya itu membuat Andrew tersenyum, ia kemudian menoleh kearah anak buahnya yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Ia lalu menyerahkan botol minuman yang masih berisi sisa ocha yang sudah dimasukkan ke dalam plastik dan memintanya untuk dibawa ke divisi forensik, setelah merapikan botol yang terdapat sidik jari itu Andrew lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia kembali sibuk dengan kuasnya untuk mencari sidik jari lainnya, namun di meja dan sofa itu hanya ada sidik jari ketiga wanita yang saat ini sedang berjuang di ruang operasi.      

"Kalau dugaanku benar sepertinya orang ini sudah sangat terlatih dan ini bukanlah pekerjaan pertamanya," ucap Andrew pelan.     

"Maksudmu orang yang mencelakai Louisa, Aurelie dan Anastasia adalah orang yang sudah berpengalaman sebelumnya?"tanya profesor Frank datar.     

"Yupp, bisa dibilang seperti itu. Karena dia hanya meninggalkan sedikit petunjuk saja, maksudku orang ini sudah merencanakan dengan detail rencana ini kalau melihat betapa pintarnya orang itu," jawab Andrew kembali.     

"Pintar? Apa maksudmu pintar?" Profesor Frank masih sangat penasaran dengan penjelasan Andrew.     

"Sepertinya orang itu tau kalau makanan dan minuman yang dibawa oleh istri Profesor William dan istri Profesor Dexter itu untuk dimakan bersama-sama di tempat ini. Mereka bertiga yang tak tau kalau ada racun menikmati makanan dan minuman itu dengan lahap, dugaanku adalah orang yang meracuni makanan dan minuman itu bertemu terlebih dahulu dengan kedua wanita itu sebelum sampai ke tempat ini. Karena jika dia masuk ke ruangan ini terlebih dahulu tentunya istrimu akan tau dan bisa mencegah hal ini terjadi, jadi kemungkinan terbesar adalah orang itu memang bertemu terlebih dahulu dengan istri Profesor Dexter dan istri Profesor William sebelum bertemu dengan istrimu. Itu adalah kemungkinan yang paling besar dan rencana serapi ini pasti sudah direncanakan dengan sangat matang dan hati-hati sekali, bisa jadi orang itu sudah mengawasi ketiga wanita ini atau…"     

"Atau apa Andrew? Jangan bicara berbelit-belit, langsung ke inti," sahut profesor Frank tak sabar.     

"Atau orang itu sudah hafal tempat ini, dia sudah tau kondisi rumah sakit sehingga dengan mudah dia melakukan semuanya dengan rapi," jawab Andrew pelan penuh keyakinan, berpengalaman menjadi polisi bertahun-tahun membuatnya bisa mengambil kesimpulan seperti ini.     

Deg      

Emosi profesor Frank semakin naik saat mendengar perkataan terakhir Andrew.     

"Apakah aku boleh melihat rekaman CCTV di rumah sakit ini?"tanya Andrew pelan pada profesor Frank.     

"Tadi tiga orang anak buahmu sudah pergi ke ruang pantau CCTV, sepertinya mereka sudah mengamati semua yang terjadi hari ini dari berbagai sudut kamera yang terpasang di rumah sakit. Seharusnya mereka sudah selesai mendapatkan hasilnya," jawab profesor Frank pelan.     

"Benarkan? Ok kalau begitu lebih baik kita kesana sembari menunggu hasil laboratorium yang memeriksa sisa makanan dan minuman yang sebelumnya dikonsumsi ketiga wanita malang itu," ucap Andrew pelan sambil melepas sarung tangan khususnya.      

Profesor Frank sebenarnya sangat tak tenang saat ini, ia sangat takut dan gugup menunggu hasil penanganan Louisa di ruang operasi. Dan untuk menutupi perasaan itu ia memilih untuk pergi bersama Andrew memeriksa tempat kejadian perkara, ia yakin kalau bayinya pasti tak selamat mengingat banyaknya darah yang keluar area kewanitaan Louisa saat ia mencoba menangani perdarahan yang menimpa Louisa di ruang gawat darurat sebelumnya. Karena itulah ia memilih untuk menyibukkan diri untuk menghilangkan rasa stressnya yang menunggu Louisa keluar dari ruang operasi.      

Saat Andrew dan profesor Frank berjalan menuju ke ruang pantau CCTV, tiga anak buah Andrew yang sudah selesai mengerjakan tugasnya nampak berjalan menghampiri mereka.      

"Bagaimana Ben?"tanya Andrew pelan.     

"Sepertinya kecurigaan anda sebelumnya benar pak," jawab polisi yang bernama Ben dengan singkat.     

"Apa maksudmu benar?"tanya profesor Frank tak sabar.     

"Sudah kalian salin bukan? Kalau begitu berikan padaku biar aku dan profesor Frank melihatnya," ucap Andrew pelan meminta flashdisk pada anak buahnya memotong pertanyaan profesor Frank.      

Tanpa berbicara polisi yang bernama Ben lalu menyerahkan flashdisk pada Andrew, mereka lalu duduk di kursi yang tak jauh dari tempat mereka berada saat ini. Profesor Frank terlihat sangat tidak sabar ketika Andrew mulai menyalakan laptopnya di atas meja, ia benar-benar ingin tau siapa yang sudah mencoba mencelakai Louisa dan membunuh bayinya.     

Satu menit pertama tak ada hal yang mencurigakan sampai akhirnya tiba-tiba profesor Frank meminta untuk mem-pause video sementara waktu, ia penasaran dengan sosok dokter wanita yang mengikuti Louisa dari arah ruang ganti sampai akhirnya tiba-tiba ia bersembunyi saat dirinya menghampiri Louisa.     

"Ada apa? Apa kau menemukan sesuatu yang mencurigakan?" tanya Andrew pelan.     

"Bisa tolong di rewind part ini," pinta profesor Frank pelan.     

Tanpa bicara Andrew lalu me rewind video yang diminta oleh profesor Frank, ia memutar balik video dari awal Louisa berjalan dari arah ruang ganti.      

"Fuck!!!!"umpat profesor Frank dengan keras.     

"A-apa? Kenapa kau berteriak seperti itu? Apa kau menemukan sesuatu?"tanya Andrew bingung saat mendengar profesor Frank mengumpat secara tiba-tiba.     

"I know her, i know who killed my child. She is the same evil woman who killed Fernando's son last year," jawab profesor Frank terbata.      

"What do you mean Frank?"tanya Andrew pelan.     

"Aarrggghh…aku bersumpah akan membunuhmu dan mengiris tubuhmu sampai ke potongan paling kecil Amelia Smith. Aku bersumpah akan membunuhmu Amelia Smith aarrggghh…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.