You Are Mine, Viona : The Revenge

Membantu \'paman\'



Membantu \'paman\'

Saat matahari hampir terbit Fernando baru selesai dengan semua urusannya, ia sudah membagi beberapa tugas yang baru untuk semua pengacaranya paska Morgan tersingkir dari jajaran pengacara Endurance Corporation.      

"Apa sudah ada kabar dari Justin dan Harry?" tanya Fernando pelan kepada Fabian saat akan pulang kembali ke mansion nya.     

"Kabar terakhir yang aku terima dari mereka adalah saat mereka memberikan kabar kalau sudah sampai di tempat anak buah anda itu Tuan," jawab Fabian dengan cepat ia tak berani menyebut nama Tobias Dante.     

"Namanya Tobias, dia temanku. Kau tak usah takut Fabian," sahut Fernando dengan cepat sambil terkekeh.     

"Iya Tuan," jawab Fabian kembali dengan tergagap, nama Tobias Dante memang sudah tidak asing lagi ditelinga semua orang yang ada di Kanada khususnya untuk para pengusaha dan para bodyguard-nya.      

Tobias Dante adalah seorang pembunuh bayaran yang tak sembarangan mau direkrut oleh orang untuk menjalankan misi, ia adalah orang yang pemilih. Sudah tak terhitung banyaknya usaha polisi untuk menangkapnya, setiap kali akan ditangkap ia selalu lolos dari tangkapan polisi yang mencoba untuk menjebaknya. Karena setiap kali polisi akan datang Tobias selalu bisa memberikan alibi yang masuk akal dan membuat polisi tak bisa menjeratnya. Tak ada yang tau kalau Tobias Dante ada di bawah perlindungan Fernando, yang tau hal ini hanya orang-orang Fernando sendiri yang sudah ikut dengannya selama bertahun-tahun. Sehingga setiap aksi Tobias selalu aman dari intaian polisi.      

Karena Fernando tidak tidur semalaman akhirnya ia ketiduran di dalam mobil saat akan kembali ke mansion, Fabian sendiri dan beberapa orang anak buah yang lain juga tidak tidur sebenarnya. Namun mereka berusaha untuk tetap terjaga untuk menjaga sang tuan yang sudah tertidur dengan pulas sambil duduk posisi sempurna dengan kedua tangan yang bersilang di dada, melihat posisi tidur Fernando seperti itu mengingatkan Fabian dan dan anak buah yang lain dengan sosok Fernando sepuluh tahun yang lalu disaat Fernando masih sangat kejam dan beringas. Walaupun ia tidur dalam posisi duduk seperti itu Fernando sebenarnya masih waspada, pasalnya di balik jaketnya nampak sebuah pistol yang terselip dan langsung bisa digunakan jika ada musuh mendekat.      

Setelah berkendara hampir tiga puluh menit Fernando akhirnya sampai di rumah mewahnya, hanya dengan satu sentuhan dari Fabian saja ia langsung terjaga. Karena tak mau membuat Viona curiga dengan cepat ia naik ke lantai satu, dengan berjalan jinjit Fernando masuk ke dalam rumah. Ia berniat ingin masuk ke ruang kerja untuk tidur di sofa agar tak mengganggu Viona yang sedang tidur, sesampainya di ruang kerja tanpa menunggu lama ia langsung berbaring di sofa dan langsung memejamkan kedua matanya. Tak lama setelah berada di ruang belajar itu akhirnya Fernando benar-benar sudah tertidur.     

Viona sendiri yang baru saja membuka kedua matanya nampak sedang mengeluarkan isi perutnya di kamar mandi.      

"Sayang sudah ya, mommy lelah nak     

 Kenapa harus membuat mommy muntah-muntah pagi sepagi ini," ucap Viona pelan sambil meraba-raba perutnya ketika sudah muntah selama hampir sepuluh menit.      

Setelah yakin tak muntah lagi, Viona lalu memutuskan untuk mandi. Ia berendam dengan air hangat di bathtub, aroma dari bath salt yang sudah tercampur dengan air membuat Viona tenang. Belum lagi dengan iringan musik klasik yang ia putar, menikmati waktu mandi dengan cara seperti ini selalu berhasil membuatnya nyaman.      

"Baru jam tujuh pagi, tapi Fernando sudah tak ada. Apa dia sepagi itu pergi kekantor." Viona membatin dalam hati memikirkan suaminya yang sudah tak ada di ranjang saat sedang membuka mata sebelumnya.     

Tring     

Tring     

Bunyi notifikasi yang masuk ke dalam ponsel pintarnya yang diletakkan di pinggiran bathup membuat Viona tersadar dari lamunan yang memikirkan Fernando, dengan perlahan ia meraih ponselnya untuk mencari tau siapa yang menghubungi dirinya.      

"Nomor tanpa nama," ucap Viona lirih saat melihat ada nomor tanpa nama muncul di layar ponselnya.      

Viona yang sebelumnya sudah diberi pesan oleh Fernando untuk tak merespon nomor tanpa nama terdiam beberapa saat, namun karena merasa ada yang aneh dengan nomor itu akhirnya Viona mengangkatnya.     

"Hallo…"     

"Oh Tuhan, terima kasih. Sayang ini ibu nak, ibu agnes dari desa Elora." Suara ibu Agnes yang mengurus panti milik ibu Debora terdengar jelas di telinga Viona.     

"Ibu Agnes, ibu maafkan Anji. Anji salah bu karena tak menghubungi ibu," sahut Viona dengan keras, ia sangat kaget dengan ibu Agnes yang menghubunginya.     

"Its ok nak, ibu tau kau pasti sibuk. Sebelumnya maaf nak karena sudah menghubungimu, ibu tak tau harus meminta tolong pada siapa lagi," ucap ibu Agnes lirih.     

"Katakan saja bu ada apa, lagipula ibu bisa berkata apa saja denganku. Memangnya aku ini siapa sampai ibu harus sungkan, aku kan juga bagian dari panti asuhan bu," sahut Viona kembali.      

Ibu Agnes tersenyum mendengar perkataan Viona, ia kemudian menarik nafas panjang dan menceritakan apa yang terjadi sampai akhirnya ia harus menghubungi Viona sepagi ini. Viona sendiri yang sedang ada di dalam bathup nampak sangat kaget ketika mendengar perkataan ibu Agnes yang tak pernah ia duga itu.      

"Wah ini berita bagus Bu, akhirnya kak Adam menemukan tambatan hatinya juga," ucap Viona dengan cepat saat bu Agnes menyelesaikan perkataannya.     

"Belum nak, mereka belum merencanakan akan menikah. Bahkan Adam saja belum menunjukan tanda-tanda apapun, hanya Steffi yang datang pada ibu dan mengutarakan isi hatinya. Ia mengatakan kalau sudah menaruh hati pada Adam sejak bertahun-tahun lalu, namun Adam tak merespon sedikitpun perasaannya. Oleh karena itu ia meminta bantuan ibu untuk menanyakan apakah Adam menyukai Steffi atau tidak, sedangkan ibu sendiri saja tidak terlalu dekat dengan Adam. Oleh karena itulah ibu menghubungimu karena ibu tau kalian sempat dekat," sahut ibu Agnes kembali.      

"Kalau untuk menanyakan perasaan kak Adam jujur saja aku juga tak berani Bu, karena itu adalah perasaan secara personal kepada Steffi. Seharusnya yang bertanya seperti ini bukan ibu atau aku, akan tetapi Steffi. Steffi sendirilah yang harus bertanya kepada ke kak Adam, apakah kak Adam menyukainya atau tidak. Kita tak berhak ikut campur Bu karena kita adalah orang lain," jawab Viona pelan.     

Mendengar perkataan Viona membuat ibu Agnes terdiam, ibu Agnes pada awalnya juga merasa bahwa tak punya hak untuk bertanya kepada Adam. Namun karena Steffi terus merengek kepadanya akhirnya ia pun bimbang dan kini menghubungi Viona, karena hanya Viona lah satu-satunya orang yang bisa diajak bertukar pikiran setelah ibu Debora meninggal.     

"Begini saja Bu, nanti aku akan mencoba untuk mengobrol sedikit dengan kak Adam. Aku akan bertanya sedikit tentang perasaannya, tapi aku tak bisa menjanjikan aku bisa mendapatkan jawaban darinya. Aku hanya ingin mencari tau saja, jadi aku harap ibu jangan terlalu berharap padaku dan jangan beritahukan pada Steffi terlebih dahulu. Aku takut dia nanti terlalu berharap padaku dan kecewa," ucap Viona lembut, ia merasa kasihan pada Steffi yang harus meminta bantuan ibu Agnes untuk bertanya perasaan Adam kepadanya.      

"Iya nak, iya. Tenang saja, ibu tak akan memberitahukan hal ini kepada Steffi yang jelas untuk saat ini ibu akan diam terlebih dahulu dan menunggu kabar darimu," jawab ibu Agnes penuh semangat.     

Setelah berkata seperti itu ibu Agnes pun mengakhiri panggilan teleponnya, Viona yang masih berada di dalam bathup tiba-tiba tersenyum saat memikirkan apa yang baru saja diberitahukan ibu Agnes.      

"Ok, lebih baik aku cepat mandi sekarang dan turun untuk makan. Anak-anakku sudah lapar sepertinya, berbicara sebentar dengan ibu Agnes membuat rasa mualnya hilang," ucap Viona pelan sambil meraba perutnya, berbicara dengan ibu Agnes membahas tentang Adam dan Steffi tiba-tiba membuatnya lapar.     

"Kalian ini lapar atau senang mendengar mommy bergosip hemmm??? Baiklah mommy akan membantu paman Adam mendapatkan istri, kalian bantu mommy ya." Viona berbicara sendiri sambil mengusap perutnya kembali.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.