You Are Mine, Viona : The Revenge

Viona\'s revenge



Viona\'s revenge

Viona terdiam mendengar cerita Justin dan Harry, pada awalnya ia tak mau mempercayai perkataan kedua asisten pribadi suaminya itu tapi saat ia melihat beberapa video dan foto yang diambil mereka secara diam-diam saat mendokumentasikan kehancuran Fernando di Perancis hati Viona ikut sakit.     

"Hampir tiap malam  tuan meratapi anda nyonya, untuk orang luar yang tak melihat secara langsung mungkin tak akan percaya. Namun dari sedikit video yang kami ambil secara sembunyi-sembunyi ini mereka pasti akan tau sisi lain tuan," ucap Justin pelan sambil menatap video Fernando yang sedang berteriak-teriak  memanggil nama Viona di apartemennya yang ada di Perancis.     

"Untung saja kami memaksa tuan untuk tetap makan dengan baik, kalau tidak entah apa  yang terjadi padanya," imbuh Harry.     

Viona berusaha menahan air matanya agar tak jatuh, ia tak mau terlihat lemah dihadapan kedua asisten pribadi Fernando yang sangat setia itu. Perlahan Viona mengembalikan ponsel yang sedang ia pegang kepada pemiliknya.     

"Apa yang aku alami jauh lebih menyakitkan dari apa yang ia alami, kehilangan anak, kehilangan pekerjaan yang aku cintai, kehilangan teman dan…     

"Tapi anda menemukan keluarga anda disini nyonya, bukankah itu adalah berkat lain atas apa yang sudah terjadi. Mungkin kalau anda dan tuan baik-baik saja saat ini anda tak akan tau tentang ibu Debora," ucap Justin memotong perkataan Viona.     

Viona yang akan membuka mulutnya langsung terdiam seketika saat mendengar perkataan Justin, sebuah senyuman tersungging di bibir Viona. Perlahan Viona menyeka air mata yang ada dikedua matanya dengan menggunakan jari telunjuknya.     

"Kalau tuan kalian sudah siuman kalian bisa membawanya pulang," ucap Viona pelan sambil berdiri.     

"Anda tak ikut kami pulang nyonya?" tanya Harry tiba-tiba menahan Viona yang akan berjalan meninggalkan mereka.     

"Desa Elora adalah rumahku saat ini, jadi tak mungkin aku meninggalkan desa ini," jawab Viona dengan cepat.     

Justin dan Harry terdiam mendengar perkataan sang nyonya, mereka saling pandang satu sama lain beberapa saat ketika sang nyonya mulai berjalan meninggalkan taman menuju ke dalam rumah sakit kembali.     

"Apa anda akan membiarkan orang yang sudah membunuh anak anda hidup dengan tenang nyonya?" tanya Justin dengan keras.     

Deg     

Langkah Viona langsung terhenti seketika saat mendengar perkataan Justin, ia bahkan langsung menoleh kearah belakang menatap Justin dan Harry dengan mata berkaca-kaca. Diingatkan soal bayinya yang sudah meninggal membuat Viona kembali sedih dan marah.     

Sebuah senyum tersungging di wajah Justin dan Harry, rencana mereka akhirnya berhasil membuat sang nyonya sedikit ragu berhasil. Dengan perlahan Justin dan Harry berjalan mendekati sang nyonya yang masih berdiri mematung.     

"Kalau anda rela membiarkan mereka hidup dengan tenang anda bisa tetap tinggal di desa ini selamanya nyonya, namun saya yakin putra anda pasti tak tenang di alam sana karena dibunuh dengan keji," ucap Justin pelan, ia sengaja berkata seperti itu untuk membuat Viona marah.     

"Sudahlah Justin, kita tak bisa memaksa nyonya untuk kembali bersama tuan. Usaha tuan untuk mencaritau pembunuh anaknya selama sepuluh bulan ini akan berakhir sia-sia, mungkin tuan akan memafkan si pembunuh itu atau mungkin akan menikahinya…     

"Stopppp!!!!"     

Suara teriakan Viona terdengar sangat keras sehingga membuat Harry dan Justin menutup telinganya, mereka berdua kaget saat melihat wajah sang nyonya yang sudah banjir air mata.     

"Mereka berdua tak akan bisa hidup tenang, mereka harus mendapatkan balasannya karena sudah membunuh anakku," ucap Viona terbata.     

"Kalau anda ingin membalas mereka berdua anda harus kembali ke kota nyonya, tinggalkan tempat ini," sahut Justin pelan sambil tersenyum, usahanya memancing sang nyonya berhasil.     

"Aku tak bisa meninggalkan ibuku Justin, dia sedang sakit aku tak mungkin meninggalkannya," jawab Viona lirih.     

"Bukankah kakak anda Adam adalah seorang dokter juga, jadi anda tak perlu khawatir. Lagipula dari Ontario ke Elora hanya membutuhkan waktu 5 jam perjalanan menggunakan mobil dan hanya membutuhkan waktu satu jam kalau menggunakan helicopter jadi anda tak perlu khawatir nyonya, suami anda sangat kaya jadi anda tak perlu memikirkan cara kembali ke Elora," ucap Harry mencoba untuk mempengaruhi Viona.     

Mendengar perkataan Harry membuat Viona terdiam, otaknya sedang mencerna apa yang dikatakan pemuda tampan yang usianya tak jauh darinya itu. Kondisi sang ibulah yang membuat Viona berat untuk meninggalkannya, apalagi ibu Debora adalah penyelamatnya. Viona berhutang nyawa pada sang ibu, kalau sepuluh bulan yang lalu ia tak bertemu dengan ibunya mungkin saat ini ia tak akan mungkin bisa bertemu dengan Fernando dan mengetahui orang yang sudah membunuh anaknya.     

"Cara balas dendam terbaik bukanlah menjebloskan orang itu kepenjara nyonya, akan tetapi anda terus ada disampingnya. Dengan menunjukkan anda baik-baik saja pada mereka saya yakin kedua wanita jahat itu akan menjadi gila perlahan nyonya," bisik Justin pelan.     

"Kau…     

"Bukan penjara nyonya tempat yang pantas untuk kedua wanita gila itu, tapi penyiksaan yang anda berikan yang pantas mereka dapatkan. Saya yakin mereka pasti akan diliputi rasa ketakutan yang besar saat melihat anda baik-baik saja, dengan anda kembali bekerja dirumah sakit aku yakin mereka akan tersiksa nyonya ," imbuh Justin sambil tersenyum.     

Perkataan Justin bagai sebuah air yang menyejukkan bagi Viona, sejak diberitahu oleh Fernando bahwa dokter Ammy dan suster Lucia adalah pelaku utama yang membuat ia keguguran Viona selalu gelisah. Ia merasa tak tenang saat mengingat kedua wanita itu masih hidup tenang, sedangkan ia harus kehilangan anak yang ia harapkan. Kemarahan seorang ibu yang kehilangan anaknya membuat Viona ragu, ia merasa apa yang dikatakan oleh Justin masuk akal. Ia memang tak mengingkan kedua wanita itu masuk penjara, sama seperti Fenando yang ingin menghukum kedua wanita itu sendiri ketimbang menyerahkannya pada pihak yang berwajib.     

"Dulu anda terkenal karena kebaikan anda nyonya, sehingga perempuan seperti dokter Ammy dan suster Lucia bisa seenaknya saja pada anda. Lalu setelah apa yang mereka lakukan pada anda dan bayi anda apa anda akan diam saja nyonya?" tanya Justin kembali.     

"Tentu tidak Justin, aku tak rela melihat mereka baik-baik saja disaat aku harus menderita karena kehilangan anak dan…     

"Dan harus berpisah dengan tuan Fernando selama sepuluh bulan ini," ucap Harry pelan memotong perkataan Viona.     

 Diingatkan tentang perpisahannya dengan membuat Viona terdiam, ia dulu selalu beranggappan bahwa kehilangan anak adalah hal yang paling menyakitkan baginya. Namun kini ia sadar bahwa kesakitan terbesarnya adalah justru karena berpisah dengan Fernando, cinta pertama dalam hidupnya.     

"Aku tak tau apa yang harus aku lakukan saat ini, semuanya terasa sangat cepat dan aku tak bisa memilih disaat seperti ini. Mana yang harus aku prioritaskan terlebih dahulu,"Ucap Viona lirih.     

"Percayalah nyonya apa yang sudah dialami tuan selama sepuluh bulan ini sudah sangat membuatnya menderita, anda harus memaafkan tuan. Satu hal lagi yang harus anda tau, tapi aku ragu untuk mengatakannya," sahut Justin pelan.     

"Katakan Justin, aku siap mendengarnya," titah Viona sambil menatap tajam pada Justin.     

"Tuan tak pernah tidur dengan wanita manapun sejak ia menikahi anda nyonya, malam itu disaat tuan membawa Laura pulang ia bahkan tak menyentuh wanita itu. Tuan membawa Laura hanya untuk membuat anda marah nyonya…     

"Kau serius Justin?!" tanya Viona dengan cepat.     

Justin dan Harry menganggukkan kepalanya perlahan secara bersamaan menjawab pertanyaan sang nyonya, Viona terdiam beberapa saat saat mengetahui kenyataan itu. Sebuah senyuman tersungging di wajah Viona, sebuah senyuman yang tak dapat di deskripsikan oleh Justin dan Harry.     

"Sepertinya saat ini giliaranku yang harus memainkan permainan ini," ucap Viona lirih sambil menatap tajam pada Justin dan Harry.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.