I'LL Teach You Marianne

Strategi baru



Strategi baru

"Apa kalian pikir kak Anne akan semudah itu kembali pada Tuan, kalau ia tak tahu apa-apa?" Alice yang sudah menidurkan Christian di sofa tiba-tiba ikut bicara menimpali perkataan Erick.     

Luis menipiskan bibirnya mendengar perkataan Alice.     

"Secara logika ya kalian pikir, mana ada seorang istri yang mau kembali pada suaminya semudah itu setelah dituduh berselingkuh dan dihina dengan sangat menyakitkan kalau ia tak tahu apa yang sudah dilalui suaminya selama mereka berpisah. Apalagi kak Anne memang dasarnya wanita yang pemaaf, kalian saja yang terlalu naif. Dasar laki-laki tak berperasaan,"imbuh Alice kembali dengan kesal.     

Erick tak menjawab perkataan Alice kembali, begitu juga Nicholas yang lebih memilih untuk menutup rapat bibirnya. Sementara Aaron terlihat tengah tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, ia merasa iri melihat kesetiaan Luis pada keluarga Clarke. Akan tetapi hal itu tak berlangsung lama saat secara tak sengaja Aaron melihat Daniel yang juga sedang tersenyum, seketika ia pun sadar kalau selama ini ia juga memiliki orang yang sama setianya dengan Luis. Daniel, sahabat sekaligus tangan kanannya itu selalu ada untuknya sejak dulu.     

Perlahan Aaron pun bangun dari kursinya dan berjalan mendekati Erick yang duduk di kursi paling ujung dekat pintu keluar.     

"Ingat Erick, wanita adalah makhluk Tuhan yang paling cerdas. Kau tak bisa menebak apa yang ada dalam perasaan dan otaknya, jadi lebih baik jangan pernah sekali-kali melukai hati seorang wanita. Ingat apa yang sudah terjadi pada Tuanmu."     

Daniel terkekeh mendengar perkataan Aaron, ia tahu kemana arah pembicaraan Aaron. Karena meeting mereka sudah selesai Aaron dan Daniel akhirnya berpamitan pergi dari Muller Finance Internasional, malam ini Rose akan datang dan Aaron ingin membuat kejutan di hotel. Maka dari itu Aaron ingin menyiapkan segala sesuatunya dari sekarang, dibantu Daniel tentu saja.     

Tak lama setelah Aaron pergi Alice pun mendekati Luis dan menyerahkan ponselnya pada Luis. "Chester Llyod, sekuat apa pria itu, Luis?"     

"Kenapa kau menanyakan orang ini, Alice?"tanya Luis bingung.     

Alice menghela nafas panjang. "Beberapa saat yang lalu pria ini mengirimkan pesan pada kak Anne, dia mengabarkan kondisi putrinya pada kak Anne yang sedang dirawat. Karena itulah saat ini kak Anne dan Tuan pergi ke rumah sakit, aku khawatir pria ini akan menjadi salah satu pengganggu mereka lagi, Luis."     

Luis tersenyum. "Tenanglah Alice, kau tak usah khawatir. Aku yakin saat ini Tuan sudah lebih bijak dan dewasa untuk menghadapi suatu masalah, perpisahannya dengan Nyonya selama tiga tahun pasti sudah memberikannya banyak sekali pelajaran."     

"I know, tapi tetap saja aku khawatir,"celetuk Alice lirih.     

Luis terkekeh. "Chester Llyod baru terpilih menjadi sekretaris jenderal PBB yang baru, yang mana posisi ini adalah impian banyak orang dan Chester Llyod mendapatkan posisi ini saat usianya masih muda. Aku yakin dia pasti tak berani berbuat macam-macam saat ini, hanya orang bodoh saja yang berani bermain api disaat posisinya sudah sangat aman."     

Alice menganggukkan kepalanya merespon perkataan Luis, ia merasa apa yang dikatakan Luis benar. Hanya orang bodoh sajalah yang berani merusak karirnya yang sedang berada di puncak. Erick dan Nicholas hanya diam saat Alice masih berbincang-bincang dengan Luis, kedua pria itu larut dalam pikirannya masing-masing. Hari ini benar-benar hari yang luar biasa, semua pertanyaan besar dalam benak mereka sudah terjawab semuanya. Seketika rasa kagum mereka pada sang nyonya pun semakin besar, terutama Nicholas yang sejak kemarin sudah memutuskan untuk berada disisi sang nyonya.     

Hotel des Bergues     

Brak     

Leon melemparkan berkas yang ada di tangannya ke dinding kamarnya dengan penuh emosi, rencananya untuk menghancurkan Jack kali ini gagal. Padahal sebelumnya ia yakin sekali kalau kali ini Jack pasti akan hancur.     

"Tenanglah, Leon. Kita belum gagal, kita masih punya kesempatan untuk menghancurkan orang sombong itu Jadi kau tak usah khawatir,"ucap Benjamin Calum penuh percaya diri.     

Leon menoleh ke arah Benjamin dengan mata yang berkilat. "Tapi kau tahu sendiri bukan apa yang dikatakan oleh mereka, kita tak bisa menuntut mereka karena mereka belum menandatangani perjanjian kerjasama yang yang kau berikan. Jadi rasanya akan sangat sulit untuk membuat mereka hancur kalau begini caranya."     

Benjamin terkekeh. "Kenapa kau jadi pesimis seperti ini, Leon? Padahal sebelumnya, Leon yang aku kenal adalah seorang pria yang penuh semangat dan tidak mudah menyerah. Kemana Leon yang aku kenal?"     

"Aku juga tidak tahu, yang jelas setelah Jack mengacak-acak project terakhirku rasanya aku sudah sangat tidak sabar ingin menghancurkannya. Aku benar-benar sudah ingin sekali melihatnya hancur tanpa sisa, kebencianku pada pria itu sudah melebihi ambang batas. Karena itulah saat ini aku tak bisa berpikir jernih, yang ada dalam pikiranku adalah membuatnya sesegera mungkin hancur lebur,"jawab Leon penuh emosi, sejak mengetahui dalang dibalik kerugian besarnya adalah Jack, Leon benar-benar sudah tidak sabar ingin balas dendam. Saat ini tujuan hidupnya bukan lagi hanya ingin membuat Anne kembali padanya, akan tetapi juga ingin membuat Jack hancur lebur.     

Benjamin tersenyum melihat sikap Leon, ia kemudian melingkarkan tangannya ke pundak Leon. "Aku masih punya cara cadangan, kali ini pasti Jack pasti akan hancur."     

"Rencana apa?"     

"Giselle Allen, wanita ini adalah mantan sekretaris pribadi Jack. Kalau saja kita bisa mendekati wanita ini maka kita bisa tahu rahasia dari Muller Finance Internasional, setelah kita berhasil mengetahui rahasia perusahaan itu maka dengan mudah kita menghancurkannya, Leon. Karena itu saat ini tugas kita adalah mendekati wanita ini dan mengambil hatinya, supaya dia mau bekerja sama dengan kita menghancurkan Jackson Knight Clarke,"jawab Benjamin Calum sambil tersenyum.     

Leon menatap foto Gisel dari ponsel milik Benjamin, kedua matanya menatap tajam kearah foto Giselle yang terlihat sensual. Seketika darah lelakinya pun bangkit.     

"Kau yakin wanita ini mau kita ajak bekerja sama?" tanya Leon pelan pada Benjamin tanpa mengalihkan pandangannya dari foto Giselle.     

"Yakin sekali, gadis ini dipecat secara tidak hormat oleh Jack kemarin. Karena itulah aku yakin dia saat ini pasti menyimpan dendam yang dalam kepada mantan bosnya itu dan kita bisa memanfaatkan hal ini untuk memuluskan jalan kita menghancurkan Jack,"jawab Benjamin Calum kembali sambil tersenyum.     

Leon tersenyum tipis. "Dari mana kau tahu kalau wanita ini dipecat secara tidak hormat oleh Jack?"     

"Aku mendengar hal ini dari beberapa staf wanita di perusahaan itu saat sedang berjalan pulang kemarin, aku juga sempat mencoba menghubungi Giselle beberapa hari yang lalu namun emailku selalu tidak dibalas. Sampai akhirnya aku menghubunginya secara langsung melalui ponselnya dan akhirnya Giselle mengatakan kalau ia sudah tidak lagi bekerja di Muller Finance Internasional,"jawab Benjamin kembali.     

Leon menganggukkan kepalanya perlahan tanda mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Benjamin, seketika semangatnya untuk menghancurkan Jack pun kembali berkobar.     

"Baiklah kalau begitu, aku akan mencoba mendekati wanita cantik ini. Aku yakin dia pasti mau bekerja sama dengan kita, tak ada wanita yang bisa menolak pesona Leonardo Ganke di dunia ini,"ucap Leon lirih penuh percaya diri.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.