I'LL Teach You Marianne

Ketulusan anak buah



Ketulusan anak buah

Karena masalah dengan Benjamin Calum belum selesai akhirnya Erick dan Nicholas terpaksa pergi ke kantor pagi-pagi sekali, beruntung masih ada Aaron, Alice dan Daniel sehingga pekerjaan mereka tak terlalu berat. Aaron membantu mereka dengan meminta bantuan pada beberpa temannya yang berada di Melbourne untuk mencari tahu perihal status tanah milik Benjamin Calum yang sebelumnya dicurigai oleh Jack sebagai tanah sengketa. Meski Erick dan Nicholas hanya tidur 30 menit pasca menemani Jack memesan perhiasan ke Edenly tadi malam, namun keduanya tetap bekerja semaksimal mungkin walau terus menguap.     

Alice yang tak tega akhirnya memutuskan untuk membuat kopi sendiri di pantry, pernah bekerja di kantor itu selama lebih dari tiga tahun membuatnya hapal seluk beluk kantor Muller Finance Internasional.     

"Aku rasa riwayat Giselle sudah tamat sekarang, lihat saja dia sudah tidak datang lagi ke kantor."     

"Dari yang aku dengar, Giselle itu dipecat langsung oleh Tuan kemarin."     

"Baguslah, setidaknya kantor ini tak di kotori lagi oleh perempuan sok berkuasa itu."     

"Iya kau benar, padahal sebenarnya menjadi sekretaris di perusahaan ini adalah impian semua orang karena gajinya besar. Ukh dasar Giselle payah."     

"Hei, kalian tahu kan tujuan sebenarnya Giselle apa? Dia bekerja di perusahaan ini hanya karena supaya bisa dekat dengan Tuan Jack saja, bukan karena dia butuh uang. Secara keluarga Giselle juga memiliki perusahaan, walau tak sebesar perusahaan ini."     

"Tentu saja tahu, aku rasa semua orang dikantor ini tahu kalau tujuan Giselle bekerja pada Tuan jack adalah untuk mendekatinya. Kalian tahu sendiri bukan kalau dulu kehidupan asmara Tuan Jack sangat tertutup."     

"Iya tahu, aku rasa seluruh negara ini tahu kalau saat itu Tuan Jack di gosipkan berpisah dengan istrinya yang tak pernah muncul lagi di publik."     

"Nah karena itulah Giselle datang ke perusahaan ini, dia memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekati Tuan."     

"Benar-benar wanita rubah, syukurlah dia sudah dipecat. Lagipula Giselle itu tak sebanding dengan istri Tuan Jack, kalian sudah melihatnya kan? Sungguh istri tuan Jack sangat cantik, pantas saja selama ini Tuan terlihat galau."     

Dari tempat mesin kopi Alice tersenyum tipis mendengar percakapan para staf wanita yang berada tak jauh darinya, sepertinya kebiasaan membicarakan sekretaris dan CEO sejak dulu tak pernah berubah. Alice merasa dejavu, pasalnya dulu ia juga pernah menjadi orang yang dibicarakan para staf lainnya ketika masih menjadi sekretaris pribadi Erick yang memimpin Muller Finance Internasional sementara waktu. Berbagai gosip tak enak menyebar di perusahaan kala itu sampai akhirnya Erick membuat pengumuman bahwa dirinya adalah tunangan Erick saat itu dan seketika gosip tak enak tentangnya pun langsung hilang seketika ketika Erick mengeluarkan pengumuman itu.     

Pada saat Alice berniat kembali ke ruangan meeting tiba-tiba datang empat orang staf wanita lainnya, satu diantara mereka terlihat sangat menonjol dan membuat Alice membatalkan niatnya. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan para staf wanita itu datang ke pantry.     

"Aku harap setelah ini Tuan akan memilih sekretaris dari kalangan sendiri saja,"ucap seorang gadis berambut merah yang berama Ruby tiba-tiba datang ke pantry, ikut bicara bergabung dengan teman-temannya yang terlebih dahulu membicarakan soal Jack dan sekretarisnya, Giselle.     

"Akh bilang saja karena kau ingin mendaftar kan, Ruby,"sahut seorang staf bagian keuangan yang sedang memegang piring kecil berisi cake dengan ketus, merespon perkataan gadis berambut merah yang bernama Ruby itu.     

"Haha tentu saja, tidak munafik. Kalian semua pasti ingin juga bukan, menjadi sekretaris pribadi tuan Jack yang tampan dan kaya raya itu, aku yakin Tuan Jack juga bukan pria suci yang setia hanya pada satu wanita saja. Jadi kalian semua jangan munafik, kalian juga pasti ingin bukan menjadi sekretaris tuan Jack,"jawab seorang gadis bernama Ruby sambil tertawa.     

Telinga Alice panas mendengar percakapan para staf wanita yang terang-terangan mengidamkan Jack itu, padahal menurutnya seharusnya mereka tak melakukan itu pada seorang pria yang sudah menikah meskipun itu atasannya sendiri.     

"J-jaga ucapanmu Ruby, kami sejak tadi hanya..."     

"Hanya apa? Hanya membicarakan Giselle yang sudah dipecat dan berharap kalian bisa menggantikan posisinya bukan, supaya bisa dekat dengan Tuan Jack,"sahut Ruby kembali dengan cepat.     

"Ruby jangan asal bicara! Kami bisa melaporkanmu ke pihak HR departement karena sudah berkata yang tidak-tidak." Seorang gadis lainnya langsung berteriak dengan keras, ia rupanya terprovokasi oleh ucapan Ruby.     

Ruby terkekeh. "Jangan munafik, aku tahu kalian semua tak suka pada Giselle selama ini karena iri bukan? Dan sekarang setelah mengetahui dia dipecat, kalian berharap bisa menggantikan posisinya menjadi sekretaris Tuan Jack dan menjadi kesayangannya."     

"Ruby kau..."     

"DIAM!!!"     

Alice yang sudah muak mendengar pertengkaran mereka akhirnya lepas kendali, perlahan ia menoleh ke arah para staf wanita yang sedang saling serang itu dengan tatapan tajam.     

"Benar-benar menjijikkan, apa ini yang biasa kalian lakukan selama ini jika tak ada atasan dikantor? Membicarakannya dan berharap bisa mendapatkannya, apa kalian tidak memikirkan bagaimana perasaan istrinya jika mendengar semua yang kalian katakan ini? Kalian wanita, tapi bisa-bisanya kalian membicarakan seorang pria yang sudah mempunyai istri seperti ini sampai saling serang. Dimana harga diri kalian?"     

Semua staf yang tak mengenal Alice itu saling pandang dan terlihat bingung.     

"Kau siapa, kenapa bisa ada dipantry?"tanya seorang staf wanita yang berdiri disamping Ruby dengan cepat.     

"A-aku..."     

"Dia Alice, tunanganku sekaligus sekretaris Muller Finance Internasional yang baru." Tiba-tiba Erick muncul dan ikut bicara, tanpa mereka semua tahu rupanya sejak tadi Erick sudah berada dibalik pintu dan mendengar semua yang mereka katakan.     

Mendengar perkataan Erick membuat semua orang ada diruangan itu terkejut, termasuk Alice sendiri yang sampai membuka lebar mulutnya. Ia tak percaya Erick akan bicara seperti itu dihadapan banyak orang.     

"T-tunangan."     

Erick tersenyum dan berjalan masuk ke ruangan itu untuk menghampiri Alice.     

"Iya, tunanganku. Dulu dia pernah menjadi sekretarisku saat aku memimpin kantor ini sementara waktu saat kalian belum bergabung, jadi wajar saja kalau kalian tak mengenalnya. Dan kali ini ia akan menjadi sekretaris Muller Finance Internasional kembali menggantikan Giselle,"ucap Erick kembali sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Alice yang masih diam membisu.     

Seketika wajah semua wanita yang ada diruangan itu pun langsung pucat, terutama Ruby yang sejak tadi sangat percaya diri sekali ingin menjadi sekretaris Jack menggantikan Giselle.     

"Erick kau..."     

"Aku sudah mendengar semuanya, terima kasih sayang. Terima kasih sudah memberikan mereka pelajaran,"bisik Erick pelan memotong pekataan Alice dengan cepat.     

Jantung Alice berdetak sangat cepat mendengar perkataan Erick, ia tak percaya setelah perpisahan mereka selama tiga tahun yang lalu ia masih memiliki perasaan yang sama seperti dulu. Mengabaikan perubahan wajah Alice yang kini sudah semerah tomat Erick membalik tubuhnya menghadap semua staf wanita yang saat ini sudah menundukkan wajahnya.     

"Apa tak ada yang ingin kalian katakan padaku?"tanya Erick dengan suara meninggi dihadapan sekitar sepuluh staf wanita yang sudah tak berani mengangkat wajahnya itu.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.