I'LL Teach You Marianne

Danau Jenewa



Danau Jenewa

Anne memeluk tubuh Jack dari belakang dengan kuat, bahkan sampai kuatnya Jack merasa Anne seperti sedang menancapkan kuku-kukunya di tubuhnya. Padahal sebenarnya Anne tidaklah punya kuku panjang sama sekali, Anne memotong rata kukunya karena tak mau melukai wajah atau tubuh Christian.     

"Jack, sebenarnya kau ingin membawaku kemana? Aku takut."     

"Ya Tuhan, Christian masih kecil Jack. Kau tak berniat membuatnya menjadi anak yatim piatu bukan?"     

"Ampuni aku Tuhan..."     

Semua celotehan keluar dari bibir Anne dengan sangat keras dan didengar dengan baik oleh Jack, pasalnya Anne berbicara tepat disamping telinganya dan setelah mendengar semua celotehan itu Jack tak berniat untuk menurunkan laju motornya sedikitpun. Saat ini Jack sedang membawa Anne menjelajah jalanan kota Jenewa menggunakan salah satu motor sport favoritnya keluaran satu pabrik besar di Jepang yang dibuat khusus untuknya, Jack ingin membawa Anne ke tempat-tempat masa kecilnya dulu untuk bernostalgia.     

"Jangan tutup matamu, lihatlah keindahan kota ini, baby,"pekik Jack dengan keras, ia yakin sekali kalau saat ini Anne pasti tengah menutup kedua matanya.     

Anne tak menghiraukan perkataan Jack. "Turunkan kecepatan motormu, baru aku membuka mata."     

Jack terkekeh, perkataan Anne seperti sebuah tantangan untuknya. Karena itu Jack justru menambah kecepatan motornya yang mana hal itu langsung membuat Anne semakin lengket di tubuh Jack, entah sudah berapa banyak doa yang sudah terucap dari bibir Anne saat ini. Anne menyesal tak lansung naik ke mobil beberapa saat yang lalu ketika sudah selesai makan siang di restoran, sungguh percaya pada Jack adalah musibah besar untuknya.     

Setelah melaju dengan kecepatan 120km/jam selama hampir 30 menit Jack akhirnya menurunkan kecepatan motornya, hal itu ia lakukan karena saat ini ia sudah tiba di salah satu tempat tujuan yang ia datangi bersama Anne.     

"Kita sudah sampai baby, buka matamu,"ucap Jack pelan sambil menepuk lembut punggung tangan Anne.     

Anne sebenarnya sudah tahu kalau motor yang dikendarai Jack sudah berhenti, namun karena saat ini jantungnya masih berpacu dengan sangat cepat Anne masih tak mau melepaskan pelukannya dari tubuh Jack. Anne masih berusaha menetralkan dirinya, barulah setelah hampir lima menit Anne perlahan mengendurkan pelukannya dari perut Jack dan membuka kedua matanya perlahan.     

"Welcome to Jet d'Eau."     

Ucapan Jack terdengar jelas saat Anne membuka kedua matanya, Anne yang bersiap untuk marah langsung memekik keras.     

"Jack...ini indah..."     

Jack tersenyum lebar. "Tentu saja, air mancur ini adalah salah satu kebanggaan warga kota ini."     

"Wow."     

Anne terus berdecak kagum saat melihat keindahan danau Jenewa yang berada dihadapannya, sungguh Anne langsung jatuh cinta saat melihat pemandangan yang ada didepannnya saat ini.     

"Air mancur aslinya berukuran lebih kecil saat dibuat pada tahun 1886 dan baru pada tahun 1951 air mancur menempati posisinya persis seperti sekarang. Hampir sepanjang tahun air mancur dihidupkan, kecuali saat suhu membeku di musim dingin."     

Anne langsung menoleh ke arah Jack yang sedang berdiri disampingnya. "Kau serius? Sepanjang Tahun?"     

Jack menganggukkan kepalanya perlahan. "Iya, banyak sekali pengunjung yang baru datang ke tempat ini langsung jatuh cinta sepertimu. Karena itulah pemerintah kota Jenewa memutuskan untuk menghidupkan air mancur ini sepanjang tahun kecuali saat musim dingin yang tak memungkinkan untuk menghidupkan mesin air mancurnya bukan."     

Anne tersenyum mendengar perkataan Jack, ia merasa apa yang Jack katakan sangat masuk akal karena itu Anne memilih untuk tak mengomentari apa yang Jack katakan. Anne sudah terhipnotis dengan pemandangan yang ada di depan matanya, para angsa putih yang berenang diatas danau membuat Anne semakin terpesona. Sungguh ia ingin sekali rasanya terjun ke danau yang jernih dan bening kalau saja tak melihat adanya papan larangan untuk masuk kedalam danau karena arus air dibawah cukup kencang.     

"Kau mau makan ice cream?"tanya Jack pelan membuyarkan lamunan Anne.     

Anne langsung menoleh ke arah Jack. "Ice cream?"     

Jack mengangguk. "Iya, ice cream. Kita bisa menikmati pemandangan menakjubkan ini sembari menikmati ice cream."     

"Serius? Memangnya aku boleh menikmati ice cream?"     

"Tentu saja boleh, asal makanan itu bersih dan higienis aku tak melarang. Apalagi kalau aku juga ikut menikmati ice cream itu."     

Senyum di wajah Anne semakin berbinar, ia kemudian meraih tangan Jack dan langsung membawanya pergi dari tempat mereka berdiri saat ini untuk pergi ke sebuah kedai ice cream yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berada saat ini. Anne mencengkram kuat tangan Jack, larinya bahkan terasa cukup kencang untuk ukuran seorang wanita dan hal ini membuat Jack semakin sadar kalau Anne sangat berbeda dengan wanita-wanita yang pernah ia kenal sebelumnya.     

Pasalnya dulu setiap kali Jack berkencan dengan para gadis yang kenalkan padanya, Jack tak pernah melihat ada satupun yang sama seperti Anne. Yang akan kegirangan saat melihat air mancur, yang berteriak keras memanggil angsa dengan panggilan 'mpus' dan yang mau berlarian berburu ice cream yang jelas-jelas kedainya ada didepan mata. Semua gadis yang Jack kenal dulu selalu menolak diajak pergi ke tempat umum, mereka semua rata-rata memilih restoran mewah yang ada disebuah hotel atau rooftop bangunan. Termasuk mantan tunangannya, Shopia Higgins yang selalu marah jika makanan yang ia makan tak sesuai ekspektasi yang pada akhirnya akan membuat Jack mengeluarkan lebih banyak uang untuk membelanjakan wanita itu berbagai barang mewah sebagai bentuk permintaan maafnya.     

Namun hal yang sebaliknya terjadi pada Anne, bahkan sampai saat ini ketika Anne sudah menjadi seorang nyonya Clarke ia tak pernah meminta apapun pada Jack. Sehingga akhirnya Jack harus merekrut seorang fashion stylist untuk membelikan semua pakaian dan barang-barang mewah untuk Anne, karena Anne tak mau membelinya sendiri.     

"Sesuka itu?"     

Anne menyeka bibirnya dari sisa ice cream menggunakan tisu dengan cepat. "Akh kau ini tak tahu makanan enak."     

"Makanan? Sejak kapan ice cream masuk jenis makanan?"     

"Lalu apa? Minuman? Sudahlah jangan merusak suasana hatiku, Jack. Nikmati saja ice cream milikmu yang sudah hampir meleleh itu,"sengit Anne kesal.     

Jack terkekeh geli, tak lama kemudian ia pun ikut fokus pada ice cream miliknya yang memang sudah hampir meleleh. Jack tersemyum saat Anne melemparkan sisa roti yang ia pegang ke danau untuk dimakan angsa yang mendekat ke arah tempat mereka duduk saat ini, kedua mata Jack menatap Anne penuh cinta. Jack bersyukur hari seperti ini akhirnya tiba dalam hidupnya, setelah semua kesedihan dan kesepian yang menyiksa selama tiga tahun akhirnya kebahagiaan hadir dalam hidup Jack.     

Tanpa Anne ketahui Jack membuang ice cream miliknya dan langsung melemparkan sisa roti yang ada ditangannya ke danau, secara tiba-tiba Jack memeluk Anne erat dari belakang.     

"Jangan pergi lagi dari hidupku, Anne. Jangan siksa aku lagi, suatu saat jika kau marah padaku lebih baik kau pukul aku atau tampar aku untuk memuaskan dirimu tapi aku mohon jangan pergi lagi. Aku akan gila kalau kau menghilang lagi dari hidupku." Jack berbisik lirih tepat dibelakang telinga Anne dengan tangan yang sudah melingkar di perut rata Anne.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.