I'LL Teach You Marianne

Nicholas vs Erick



Nicholas vs Erick

Muller Finance Internasional, Jenewa Swiss.     

Meeting yang berlangsung selama hampir satu jam itu akhirnya selesai dan terasa lama sekali untuk semua orang yang hadir termasuk Giselle, teman sekolah Jack sejak kecil yang kini menjadi sekretaris pribadinya selama dua tahun terakhir ini. Jack terpaksa merekrut sekretaris baru karena Alice masih marah pada Erick dan menolak kembali bekerja padanya. Satu hal yang Jack dengar, Alice justru sudah bekerja di Connery Corporation perusahaan milik Aaron.     

Mengetahui Alice bekerja pada perusahaan lain membuat Erick kesal, ia pun tak memperdulikan lagi kekasihnya itu dan tak mau menjemputnya lagi sehingga posisi sekretaris yang seharusnya menjadi milik Alice kini diisi oleh Giselle. Karena Giselle sudah banyak pengalaman posisi sekretaris seorang CEO dari Clarke Enterprise dan Muller Finance Internasional itu terasa mudah untuknya dan Jack sangat takjub dengan cara kerja Giselle yang cepat, sama seperti cara kerja Alice. Karena itulah ia mempekerjakan wanita itu selama dua tahun terakhir ini, meskipun kadang-kadang Jack merasa risih pada beberapa orang yang sering berbisik di belakangnya, membicarakan betapa arogannya Giselle karena menjadi orang kepercayaan sang CEO mereka.     

"Ok, meeting kita akhiri disini. Kita lanjutkan lagi besok dan ingat aku meminta kalian memperbaiki laporan kalian,"ucap Jack pelan saat menutup jalannya meeting.     

"Baik Tuan, kami mengerti. Permisi." Sekitar sepuluh orang manajer dari berbagai posisi menjawab kompak perkataan Jack, raut wajah mereka terlihat lebih segar seketika saat meeting berakhir.     

Satu demi satu para manajer yang sebelumnya ikut meeting bersama Jack akhirnya keluar dari ruangan meeting dan bergegas kembali ke mejanya masing-masing, menyisakan Erick, Nicholas dan Giselle yang masih berdiri di samping Jack yang dengan sabar menjaga Christian yang tengah bermain-main dengan tablet pintarnya di atas meja.     

"Tuan dasi anda,"ucap Giselle pelan mengingatkan Jack dengan kondisi dasinya yang berantakan karena ditarik-tarik Christian sepanjang meeting berlangsung.     

Jack tersenyum. "It's ok, nanti juga akan berantakan lagi."     

"Iya tapi…"     

"Lebih baik kau segera urus notulen meeting kita ini, Giselle. Daripada mengurus dasi yang dipakai, Tuan." Nicholas langsung menyela perkataan Giselle dengan cepat, ia merasa terganggu dengan perkataan Giselle sejak tadi yang selalu membahas dasi yang dipakai sang tuan.     

Giselle sontak langsung menatap tajam ke arah Nicholas. "Aku hanya sedang menjalankan tugasku, Nick."     

Nicholas terkekeh. "Mengurus dasi Tuan bukan tugasmu, tugasmu adalah mengurus perusahaan bukan apa yang Tuan kenakan. Kau ini sekretaris bukan nanny."     

"Kau…"     

"Sudah-sudah, kalian berdua ini senang sekali bertengkar. Biarkan saja Nick, aku yakin Giselle tahu tugasnya. Kau tak usah khawatir, notulen rapat kali ini juga pasti akan dikerjakan dengan baik olehnya. Benar begitu bukan, Giselle?" Erick langsung memotong perseteruan antara Nicholas dan Giselle seperti biasa.     

Giselle menatap Erick dengan malas. "Tentu saja, aku bukan sekertaris kemarin sore yang tak tahu tugas utamanya. Kau tak usah khawatir."     

Erick tersenyum. "Bagus, kalau begitu aku tunggu notulennya dalam waktu 30 menit lagi. Aku ingin memastikan apakah ada yang miss atau tidak."     

Giselle mengeraskan rahangnya, lalu setelah itu ia segera merapikan kertas-kertas yang ada di hadapannya dan langsung membawanya pergi keluar dari ruangan meeting begitu saja bersama laptop yang ia tutup dengan cepat tanpa mematikan tombolnya terlebih dahulu. Melihat sikap Giselle, Erick menggelengkan kepalanya. Ia tak percaya masih harus berurusan lagi dengan anak manja itu setelah sekian lama, setiap kali Giselle dan Nicholas bertengkar Erick selalu menjadi penengah. Dan setiap kali Erick sudah ikut bicara maka Giselle akan marah dan tak melanjutkan perdebatannya dengan Nicholas kembali.     

"Kenapa kau masih mempekerjakan wanita seperti itu sebagai sekretaris, Tuan. Panggil saja Alice kembali, dia yang lebih pantas menduduki posisi sekretaris anda daripada wanita rubah itu. Aku sangat tidak suka dengannya sangat arogan dan bossy,"ucap Nicholas dengan cepat pada Jack yang sedang bermain puzzle di tablet pintarnya bersama Christian.     

Jack terkekeh. "Kalau kau ingin aku memecat Giselle maka minta pada Erick untuk menjemput kekasihnya, sudah dua tahun dia berperang dingin dengan Alice. Nanti ketika Erick berhasil membawa Alice ke kantor ini maka aku akan langsung memecat Giselle."     

Mendengar perkataan Jack sontak membuat Nicholas langsung menoleh ke arah Erick. "Kau dengar itu, pergilah jemput wanitamu Erick. Kau ini menyebalkan sekali, memangnya kau tak lelah berperang dingin dengan Alice selama berbulan-bulan ini?"     

Erick menggeram. "Aku tak akan menjemput wanita yang tak setia itu, pada perusahaan saja ia tak setia apalagi denganku. Lagipula Giselle juga tak begitu buruk, kemampuannya masih jauh di atas wanita itu."     

Nicholas menyipitkan matanya. "Sepertinya kedua matamu harus diterapi terlebih dahulu, Erick. Kau tak bisa membedakan mana yang bisa bekerja dan mana yang hanya bisa memerintah, Alice dan Giselle itu berbeda. Alice itu…"     

"Akh sudahlah, Nick. Kenapa kau jadi membela wanita itu? Kau suka padanya?"Dengan kesal Erick memotong perkataan Nicholas. "Kalau suka ambillah, aku sudah tak butuh."     

Saat Nicholas akan membalas perkataan Erick tiba-tiba Jack mengerlingkan mata kepadanya, memberi kode untuk tidak menjawab perkataan Erick. Nicholas yang paham dengan kode yang diberikan tuannya itupun mengangguk pelan dan tak membalas ucapan Erick yang sangat tak masuk akal, rupanya apa yang Jack lalukan dilihat juga oleh Erick. Sehingga tak lama kemudian Erick pun bergegas pergi dari ruangan meeting dengan membawa laptopnya, tanpa berpamitan pada Jack. Erick juga marah pada Jack.     

"Ck, anak itu benar-benar,"gerutu Nicholas kesal mengumpat Erick yang pergi begitu saja.     

Jack tersenyum. "Kau mungkin akan lebih parah darinya jika bertengkar dengan kekasihmu nanti, Nick."     

"Mana mungkin, Tuan. Hidupku bukan digunakan untuk meratapi seorang wanita yang belum menjadi istri atau ibu dari anak-anakku, jadi tak mungkin aku akan seperti Erick itu. Tapi aku serius, Tuan. Pecat saja si Giselle itu, aku tak suka padanya. Matanya itu punya arti yang berbeda saat menatap anda,"sahut Nicholas serius.     

"Aku tak bisa memecat Giselle semudah itu, Nick. Dia adalah sekretaris yang berkompeten, semua pekerjaannya selesai tepat waktu. Lagipula Giselle adalah teman sekolahku, dia tak akan berani macam-macam denganku apalagi dia tahu aku sudah punya Christian,"jawab Jack sambil tersenyum.     

"Tapi Tuan…"     

Jack bangun dari kursinya dan menggendong Christian yang mulai bosan. "Tak ada satupun wanita yang bisa menggantikan posisi Anne dihatiku, kau tahu itu bukan?"     

"Iya Tuan."     

"Tenang Nick, kau jangan khawatir. Mau segila apa dia menggodaku, kalau aku tak terpikat padanya maka hal-hal yang kau khawatirkan itu tak akan terjadi. Ingat Nick, perselingkuhan terjadi bukan hanya dikarenakan dari satu pihak saja. Perselingkuhan terjadi karena adanya timbal balik antara laki-laki dan perempuan, kalau seandainya ada perempuan yang menggoda seorang laki-laki dan laki-laki itu tidak tergoda maka perselingkuhan tidak akan pernah terjadi. Namun lain halnya dengan misalkan laki-laki itu merespon apa yang dilakukan oleh perempuan itu, maka perselingkuhan tidak akan mungkin bisa dihindari dan semua itu tergantung dari komitmen masing-masing. Sedangkan aku sudah bersumpah dihadapan Tuhan dua kali bahwa aku tak akan mungkin menghianati istriku, aku sudah kehilangan Anne berkali-kali tak mungkin aku mempertaruhkan semua perjuanganku ini hanya karena wanita lain. Apalagi saat ini kami sudah memiliki Christian, tak ada alasan lagi bukan untuk kami berpisah. Rasanya kenikmatan sesaat karena perselingkuhan itu tak sepadan dengan perjuangan kami selama bertahun-tahun ini untuk bisa hidup bahagia bersama, Nick,"ucap Jack panjang lebar sambil tersenyum.     

Nicholas terdiam, ia tak merespon perkataan Jack. Karena yang Jack katakan benar, hanya saja ia tetap khawatir pada wanita seperti Giselle. Cara menatap wanita itu pada Jack sangat berbeda, seperti harimau betina yang sedang kelaparan dan jujur itu membuat Nicholas khawatir.     

"Lagi pula tak mungkin ada wanita yang berani menggangguku, disaat aku memiliki orang-orang sepertimu di sampingku, Nick. Aku yakin kau akan ikut menjagaku dari wanita-wanita penggoda semacam itu, bukan?"     

"Tentu saja Tuan, aku tak akan membiarkan siapapun merusak kebahagiaan anda." Nicholas menjawab dengan tegas perkataan Jack.     

Jack terkekeh geli. "Ya sudah ayo kita kembali ke ruanganku, sepertinya Christian mulai bosan. Aku tak mau dia menangis."     

"Siap Tuan."     

Jack kemudian melangkah kakinya keluar dari ruangan meeting bersama Christian yang masih menarik-narik dasi yang dipakai ayahnya yang kini sudah penuh dengan air liurnya, Nicholas pun langsung mengekor di belakang mengikuti sang tuan dengan membawa laptop.     

Saat Nicholas baru melangkahkan kakinya satu langkah dari ruangan meeting ia langsung menghentikan langkah kakinya ketika merasa seperti ada orang yang memperhatikannya, namun karena tak melihat satupun orang di dekat ruangan meeting akhirnya Nicholas kembali meneruskan langkahnya menyusul Jack yang sudah berjalan menjauh.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.