I'LL Teach You Marianne

Jack's pride



Jack's pride

Anne menghembuskan nafas panjang untuk mengeluarkan kekesalannya setelah apa yang tadi pagi dilakukan Jack untuknya, Jack yang sedang menikmati makan paginya pura-pura tak mendengar apa yang Anne lakukan.     

Tadi pagi setelah Anne meminta dibuatkan mie instan Jack memberikan kuliah singkat tentang bahaya mengkonsumsi makanan instan seperti itu, bahkan selama Anne menikmati cake yang Jack ambil dari pantry Anne harus merelakan telinganya mendengar semua hal yang tak ingin ia dengar dari Jack. Seakan belum puas melarangnya memakan mie instan Jack juga menasehati Anne panjang kali lebar selama hampir satu jam. Saat ini di ruang makan udara terasa dingin karena sikap yang Anne berikan, hal itu membuat para pelayan tak ada yang berani mengangkat wajahnya dan berusaha menjaga jarak dengan meja makan. Kecuali April, nanny Christian yang sedang membantu Christian makan tak ada lagi yang berani mendekati sepasang suami istri itu.     

"Hari ini aku ada meeting sampai malam, aku harap kau tak merindukan aku,"ucap Jack pelan penuh percaya diri menggoda Anne yang sejak tadi hanya mengacak-acak makanannya tanpa berniat untuk memakannya.     

Anne mengangkat wajahnya dan menatap Jack dengan tatapan membunuh. "Selama ada Christian disisiku rasanya aku tak membutuhkanmu."     

"Oh Christian, aku hampir lupa. Hari ini aku juga membawanya, aku harus mengenalkan putraku dihadapan semua orang di kantor supaya mereka tahu siapa penerus perusahaanku."     

"What? Apa? Kau mau membawa Christian? Jangan gila Jack, dia tak akan kemana-mana. Christian akan bersamaku di rumah."     

Jack menyeka bibirnya dengan sapu tangan dan tersenyum ke arah Christian. "Boy, katakan pada Mommy kalau hari ini kau akan ikut Daddy ke kantor."     

"Baby…"     

"Iya Mommy, hari ini aku akan ikut Daddy ke kantor." Christian langsung memotong perkataan Anne dengan cepat.     

"Kenapa? Memangnya apa yang ingin kau lakukan di kantor, baby?"     

Christian terkekeh. "Aku ingin naik helikopter pagi ini bersama Daddy."     

"Helikopter? Helikopter apalagi?"tanya Anne kembali dengan sangat bingung.     

Jack tersenyum, ia kemudian bangun dari kursinya dan mendekati kursi bayi di mana Christian sedang duduk. Dengan hati-hati Jack mengangkat Christian dari kursinya dan menggendongnya dengan erat sebelum akhirnya berdiri menatap Anne yang terlihat masih bingung dengan perkataan Jack sebelumnya.     

"Aku akan berangkat ke kantor menggunakan helikopter bersama Christian,"jawab Jack pelan.     

"Iya tapi…"     

"Mommy, I want to go with Daddy!" Christian langsung menyela perkataan Anne.     

Karena Christian mewarisi sikap keras kepalanya Jack akhirnya Anne pun tak bisa merayu putranya untuk tetap tinggal di rumah, ia hanya bisa pasrah saat melihat Jack membawa Christian pergi menuju helipad yang berada di tengah-tengah taman. Christian terlihat sangat antusias sekali, berkali-kali ia melambaikan tangannya ke arah sang ibu yang dibalas Anne dengan lambaian tangan pula. Begitu Jack yang menggendong Christian masuk, Nicholas langsung menutup pintu belakang. Ia kemudian naik ke kursi penumpang yang ada di samping Erick yang akan menjadi pilot mereka kali ini, tak lama kemudian helikopter besar berwarna hitam itu berhasil mengudara dengan lancar dan kemudian pergi meninggalkan Mansion menuju kantor. Anne menghela nafas panjang saat melihat helikopter yang membawa suami dan anaknya terbang menjauh.     

Karena Anne membesarkan Christian dalam hidup sederhana alhasil anak itu tak bisa menikmati kemewahan yang saat ini Jack berikan, sebenarnya pada saat Jack mengatakan ingin membawa Christian ke kantor menggunakan helikopter Anne tidak sepenuhnya melarang. Ia hanya takut kalau kehadiran Christian di kantor akan mempersulit Jack, namun karena Jack tetap bersikeras membawa Christian akhirnya Anne tak bisa melarang lagi apalagi tadi Christian terlihat sangat senang saat melihat helikopter yang akan membawanya pergi sudah bersiap.     

Setelah helikopter yang membawa Jack dan Christian pergi akhirnya masuk ke dalam rumah, ia ingin menuntaskan keinginannya semalam membuat mie instan.     

Muller Finance Internasional     

Kedatangan sang CEO bersama pewarisnya membuat kantor menjadi gaduh, para staf wanita langsung mengerubuti Jack untuk melihat sang tuan muda yang terlihat sangat senang melihat banyak orang tertawa padanya. Christian yang sebenarnya takut sama sekali pada orang asing kali ini justru tersenyum pada banyak orang yang mendekatinya, ia merasa aman dalam pelukan sang ayah. Karena itu ia hanya tertawa setiap ada orang yang ingin berkenalan dengannya, Jack membatasi sentuhan kepada Christian. Para stafnya di kantor hanya bisa menyentuh tangan Christian tanpa diperbolehkan untuk membelai apalagi mencubit pipi Christian, Jack tidak rela pipi Christian disentuh banyak orang.     

Setelah puas memperkenalkan Cristian kepada para staf, Jack kemudian membawa Christian masuk ke ruangannya di mana saat ini sudah terdapat beberapa mainan untuk anak laki-laki yang sudah disiapkan oleh sekretaris pribadinya, Giselle.     

"Oh God, jadi ini pangeran Clarke yang membuat para staf kegirangan beberapa saat yang lalu,"ucap Giselle dengan keras sembari mencoba mendekati Christian yang sedang dipeluk Jack.     

Pada saat Giselle akan menyentuhnya tiba-tiba Christian menyembunyikan wajahnya di dada sang ayah, anak itu seolah sedang menghindari kontak dengan sekretaris ayahnya itu. Ditolak oleh Christian membuat Giselle tertegun beberapa saat, ia tak percaya anak itu menolaknya. Penolakan Christian atas Giselle membuat Erick dan Nicholas terkekeh geli, kedua asisten Jack itu terlihat sangat puas melihat wajah Giselle yang cemberut karena ditolak oleh Christian.     

Jack yang harus segera bekerja kemudian bergegas menuju kursinya meninggalkan Giselle yang masih mematung di depan pintu ruangannya, karena sang tuan sudah masuk kedalam ruangan Erick dan Nicholas pun langsung bergegas mengekor melewati Giselle yang tak berbicara apapun.     

"Minta semua orang untuk meeting, aku ingin membahas hal penting yang aku lewatkan selama lima hari terakhir ini,"ucap Jack pelan saat sedang membuka laptopnya.     

"Baik Tuan."     

"Apa anda butuh saya mengasuh Tuan muda kecil, Tuan?"tanya Nicholas tiba-tiba.     

Jack tersenyum. "Tak usah, Christian akan ikut bersamaku. Dia harus tahu bagaimana ayahnya bekerja, jadi tak masalah jika aku membawanya ke ruangan meeting."     

Nicholas menganggukan kepalanya dengan cepat. "Siap Tuan, saya mengerti."     

Jack kemudian meraih pucuk kepala Christian dan menciumnya dengan lembut, ia benar-benar bangga menunjukkan putranya pada semua orang. Kemiripan wajah antara Jack dan Christian langsung membuat orang-orang yakin kalau anak yang sedang digendong oleh sang tuan adalah putranya, apalagi Christian mewarisi birunya mata Jack yang sejernih lautan padahal sebenarnya Christian bisa saja mewarisi keindahan spektrum mata milik ibunya. Tapi rupanya gen ayahnya terlalu kuat di tubuhnya sehingga hampir 90% penampilannya mewarisi sang ayah.     

Setelah semua staf sudah bersiap di ruang meeting, Jack kemudian membawa Christian pergi ke ruangan begitu bersama Erick dan Nicholas. Kehadiran Christian di ruang meeting sempat membuat orang kaget termasuk Giselle, ia berniat mengambil Christian dari gendongan Jack. Namun Jack dengan ketus menolaknya.     

"Kalau kalian semua terganggu dengan kehadiran putraku maka silahkan angkat kaki dari perusahaan ini sekarang juga, karena aku tidak membutuhkan orang semacam itu. Percayalah dengan mudah akan mendapatkan pengganti kalian yang jauh lebih berkompeten,"ucap Jack pelan saat duduk di kursi kebesarannya dengan tetap memangku Jack diatas pahanya.     

Sontak perkataan Jack membuat semua orang yang ada di ruangan itu langsung terdiam seketika, hanya Erick dan Nicholas sajalah yang tersenyum. Mereka berdua puas sekali bisa melihat wajah-wajah para manajer sok tahu yang sedang ketakutan itu, dibawah meja tangan Giselle terkepal kuat. Sekertaris cantik itu berusaha meredam emosinya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.