I'LL Teach You Marianne

Memancing singa kelaparan



Memancing singa kelaparan

Anne duduk disofa sembari memijat kepalanya yang terasa sakit, ia masih tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat.     

Layar digital besar yang menampilkan foto-foto dirinya saat ini terpasang di dalam rumah!     

Fix, Jack sudah tak waras.     

"Silahkan diminum tehnya, Nyonya. Teh ini akan membantu anda lebih tenang,"ucap seorang pelayan wanita, menyuguhkan secangkir teh chamomile pada Anne.     

Anne tersenyum. "Terima kasih."     

Tak lama kemudian pelayan wanita itu pun pergi meninggalkan Anne dan melanjutkan pekerjaannya kembali, saat melewati pintu pelayan itu berpapasan dengan Nicholas yang baru turun dari lantai dua.     

"Kalau anda lelah, anda bisa langsung beristirahat, Nyonya."     

Anne menoleh ke arah Nicholas yang kini berdiri dihadapannya. "Aku masih tak habis pikir, kenapa bisa dia memasang benda seperti itu di dalam rumah? Kenapa kau tak melarangnya, Nick? Ini terlalu berlebihan."     

"Apa yang berlebihan?" Jack yang sedang berdiri di anak tangga tiba-tiba menyela pembicaraan Anne.     

Secara reflek Anne langsung menoleh ke arah Jack yang kini sedang berjalan mendekatinya, Anne pun langsung bangun dari sofa dan langsung berkacak pinggang. Ia bersiap untuk meledak!     

"Apa yang sedang kau bicarakan dengan Nick, baby?"     

"Itu." Anne langsung menunjuk ke layar videotron yang sedang memutar foto-fotonya. "Singkirkan itu atau aku tak mau tinggal di rumah ini."     

Jack mengikuti arah tangan Anne, menatap layar digital yang sedang menampilkan foto-foto cantik Anne saat masih kuliah dulu. Dan menurut Jack, itu adalah foto-foto tercantik Anne.     

"Kenapa harus disingkirkan? Itu justru spot favorit di rumah ini, baby."     

Anne menepuk dadanya perlahan, ia mencoba menenangkan dirinya agar tak benar-benar meledak.     

"Apa kau suka sekali dengan benda itu?"tanya Anne pelan.     

"Tentu saja, kau terlihat sangat cantik dalam foto-foto itu dan rasanya semua foto itu baru diambil kemarin." Jack menjawab dengan senyum mengembang diwajahnya, namun kedua matanya berkaca-kaca menunjukkan betapa sedih dirinya karena sudah kehilangan banyak waktu dengan Anne.     

"Oh, ya sudah kalau begitu. Aku tak mau tinggal di rumah ini."     

Jack langsung menoleh dan menatap Anne dengan tajam. "Apa maksudmu?"     

"Aku tak suka ada benda seperti itu di rumah, apalagi benda itu menampilkan foto-foto lamaku. Rasanya sangat mengganggu sekali melihat foto-foto lamamu dipasang di sebuah videotron seperti itu di dalam rumah, kalau kau memang tak bisa menyingkirkan benda itu maka silakan nikmati sendiri benda itu dan foto-fotonya karena aku akan mencari tempat tinggal lain." Anne mengeluarkan ancaman serius pada Jack.     

Jack terkekeh. "Tidak, aku yakin kau pasti tidak akan serius dengan ucapanmu. Ingat, Christian saat ini ada bersamaku."     

"Aku tahu, itu justru bagus untuk Christian sudah tinggal bersama ayah kandungnya. Setidaknya hidupnya akan terjamin dan masa depannya akan cerah tidak seperti ibunya."     

"Anne."     

"Aku serius Jack, cepat singkirkan benda itu atau aku akan benar-benar pergi meninggalkan tempat ini dan tidak akan pernah menginjakkan kaki lagi di sini." Anne mengulangi permintaannya dengan tetap memberikan ancaman pada Jack.     

Jack terkekeh. "Tak mungkin, kau pasti tak punya nyali sebesar itu untuk pergi dari tempat ini. Lagipula kau tak punya kenalan di negara ini."     

Anne tersenyum, ia kemudian mengikat rambut pendeknya tinggi. Meskipun banyak rambut yang tak terikat sempurna, namun Anne justru terlihat sangat menawan. Leher jenjangnya terlihat jelas dan damn! Jack langsung menatap tajam pada Anne, seperti akan melahapnya hidup-hidup.     

"Aku memang tak punya teman ataupun saudara di negara ini tapi aku punya kemampuan untuk bertahan hidup dengan baik, Jack. Sejak kecil aku sudah terbiasa hidup dalam keadaan sulit, jadi tak masalah jika aku harus mengulangi kembali saat ini,"jawab Anne penuh percaya diri.     

Jack sangat terganggu dengan ucapan Anne, ia tak suka dengan kata demi kata yang baru saja di ucapkan wanita itu. Apa? Mengulangi lagi apa yang sudah menimpanya dulu? Shit. Tanpa pikir panjang lelaki itu langsung melangkahkan kakinya dengan cepat, mendekati Anne.     

"Tak bisakah kita hidup tenang tanpa harus bertengkar seperti ini, Anne?"Jack bertanya pelan pada Anne saat ia sudah berada sangat dekat sekali dengan Anne.     

"Bisa saja, asal kau tak melakukan hal-hal gila seperti itu."     

Jack membulatkan matanya. "Tapi itu fotomu, Anne. Bukan foto orang lain, bukan foto wanita lain. Kenapa kau harus marah seperti ini? Bukankah seharusnya kau senang jika fotomu aku buat seperti itu?"     

"Kau berlebihan Jack, lagipula tolong gunakan logikamu. Untuk apa kau memasang videotron seperti ini di dalam rumah?"     

"Untuk melepas rinduku padamu,"jawab Jack dengan cepat. "Selama dua tahun aku hanya bisa menatapmu dari foto-foto itu, setiap kali pulang dari kantor aku seperti mendapatkan energi baru saat melihat fotomu yang sedang tersenyum. Dengan cara itulah aku bertahan, Anne."     

Anne merasa sesak secara tiba-tiba seperti ada yang meremas jantungnya saat ini, kata-kata yang Jack ucapan sangat menyakitinya.     

"Apa yang aku lakukan salah?"Jack memberikan pertanyaan menohok pada Anne.     

Anne menggerakkan tangannya menyentuh wajah Jack. "Tapi aku saat ini disini, didepanmu. Rasanya kau sudah tak membutuhkan benda itu lagi, Jack."     

Jack menatap dalam tanpa berkedip langsung ke dalam kedua mata indah Anne yang membuatnya langsung jatuh cinta saat pertama kali melihatnya dulu. "Tapi itu…"     

"Ya atau tidak, kalau kau mau menyingkirkan ya saat ini juga maka kau akan mendapatkan hadiah yang menyenangkan dariku,"sahut Anne dengan cepat memotong perkataan Jack.     

Jack diam, ia bimbang harus bagaimana. Dilain sisi yang dikatakan Anne benar, ia sudah tak memerlukan videotron itu lagi karena orang yang berada di dalam foto saat ini sudah tinggal dalam rumah yang sama dengannya. Namun di sisi lain ia sangat menyukai foto-foto itu, Anne terlihat sangat cantik sekali di foto itu dan Jack ingin terus menatapnya setiap hari.     

Anne menggeram, ia sadar Jack tak akan mungkin mau melakukan apa yang ia inginkan. Saat sedang kesal tiba-tiba Anne memiliki sebuah ide nakal yang ia yakin akan membuat Jack patuh padanya, perlahan Anne melepaskan dua kancing kemeja putih berbahan satin yang ia gunakan sehingga membuat belahan dadanya terlihat jelas. Apalagi saat ini Anne sedang menggunakan push bra yang membaut kedua dadanya terlihat lebih indah dan menggoda.     

"Hmmm sayang sekali, hadiahku ditolak,"ucap Anne pelan sembari memasukkan satu jarinya ke mulut, menggoda Jack.     

Blar!     

Seluruh tubuh Jack langsung menegang, ia tak percaya melihat apa yang baru saja dilakukan Anne. Belum pernah seumur hidupnya ia membayangkan Anne akan melakukan hal semacam itu, menggodanya terang-terangan di hadapan banyak orang. Damn!     

Setelah terdiam beberapa saat kesadaran Jack akhirnya kembali, tanpa bicara ia langsung meraih tubuh Anne dan ia letakkan diatas bahunya. Jack menggendong Anne selayaknya sedang menggendong karung beras.     

"Jack!!"     

Jack menoleh ke arah Nicholas dan Erick yang baru saja bergabung dengan mereka. "Waktu kalian 10 menit untuk menyingkirkan videotron itu dan menggantinya dengan foto pernikahanku."     

"Siap Tuan."     

Jack tersenyum mendengar jawaban dari kedua asistennya, ia kemudian melangkah kakinya menuju anak tangga dengan Anne yang berada diatas pundaknya.     

"Jack, turunkan aku. Aku bisa berjalan sendiri, banyak orang yang melihat kita,"ucap Anne pelan, meminta diturunkan.     

"Tutup mata kalian jika tidak maka kalian semua akan aku pecat dan kupastikan tak akan bisa mendapatkan pekerjaan lagi di negara ini!"     

"What??!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.