I'LL Teach You Marianne

Anaconda



Anaconda

Anne membuka mata dan seketika itu pula ia langsung merasakan kesakitan yang hebat di seluruh tubuhnya, Anne perlahan mengingat apa yang sudah terjadi.     

Sungguh, menggoda Jack bukanlah ide bagus. Pria itu tak melepaskan Anne semalaman, berkali-kali ia memuaskan dirinya diatas tubuh Anne. Walau pada kenyataannya Anne juga menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh pria yang dicintainya itu, tapi tetap saja ketika melayani permainan suaminya lebih dari empat kali dalam satu malam bukan ide bagus.     

Saat ini Anne masih berada dalam pelukan Jack, tangan kekar pria itu masih memeluk tubuhnya dengan erat. Butuh kesabaran yang ekstra untuk melepaskan diri dari pelukan Jack, namun hal itu sepadan dengan kebebasan yang Anne rasakan saat ini. Ia merasa lebih bebas bernafas, tak tertahan oleh beratnya lengan kekar suaminya.     

"Kau sudah bangun?" Suara serak Jack sukses membuat Anne yang baru saja duduk terperanjat.     

Anne tersenyum. "Aku haus sekali."     

Jack menutupi mulutnya yang tengah menguap, perlahan ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan bergegas turun dari ranjang menuju ke lemari pendingin yang ada di kamarnya dan meraih satu botol air mineral. Sebenarnya tak ada yang aneh dengan apa yang Jack lakukan saat ini, kecuali. Damn! Pria itu tak memakai kain apapun untuk menutupi tubuh polosnya.     

Anne pun sudah langsung menoleh ke arah lain begitu melihat tubuh polos suaminya.     

"Ini minuman anda, Tuan putri."     

Anne menipiskan bibirnya, ia kemudian menggerakkan tangan kirinya berusaha menggapai botol yang masih dipegang oleh Jack tanpa mengubah menoleh ke arah Jack. Satu alis Jack terangkat saat melihat tingkah sang istri, ia hampir marah namun akhirnya ia menyadari penyebab istrinya tak mau menatapnya. Tiba-tiba saja Jack memiliki ide nakal, dengan hati-hati ia berlutut dan membuka mulutnya lebar-lebar berusaha menangkap jemari Anne yang sedang terulur di udara.     

Suasana di dalam kamar sangat tenang sampai akhirnya terdengar jeritan cukup keras dari Anne, ia terkejut saat tiba-tiba Jack menjilati jemarinya.     

"Jack!!"     

"Yes, baby."     

Anne menatap tajam ke arah Jack. "Kau menyebalkan sekali."     

Jack terkekeh. "Aku? Memangnya apa salahku?"     

"Sudah jangan dibahas, aku malas berbicara denganmu. Berikan air minumnya, aku haus sekali, Jack."     

Jack terkekeh lagi, ia kemudian membuka botol minuman yang ada di tangannya dan langsung menyerahkannya pada Anne. Anne yang sangat kehausan langsung menenggak habis seluruh air dalam botol itu sampai benar-benar tandas.     

"Sehaus itu?"     

Anne menyeka bibirnya dari sisa air dengan cepat. "Tak usah memberikan pertanyaan yang jawabannya sudah kau ketahui, Jack."     

"Tapi kau menikmatinya tadi malam, Anne. Kau bahkan tak memintaku untuk berhenti."     

Wajah Anne langsung terasa panas saat diingatkan kembali percintaan mereka tadi malam, namun hal itu tak berlangsung lama karena ia berhasil menguasai dirinya kembali.     

"Memangnya kau bisa berhenti disaat dirimu sudah seliar anaconda?"     

Jack mengangkat satu alisnya. "Anaconda?"     

"Iya, anaconda. Memangnya ada hewan lain yang bisa disamakan dengan mu tadi malam? Kau tak melepaskan aku sama sekali, terus melilit tubuhku sampai aku kesulitan bernafas."     

Anaconda, melilit tubuh. Kata-kata itu terus berulang dalam pikiran Jack saat ini, disamakan dengan ular terbesar di dunia yang berasal dari Amerika Selatan itu membuat Jack bangga.     

Wait, bangga?     

Secara tiba-tiba Jack kembali menindih tubuh Anne diatas ranjang, padahal mereka baru selesai dengan percintaan mereka dua jam yang lalu.     

"Jack…"erang Anne lirih.     

"Maaf, princess. Anaconda ini tak bisa menahan dirinya lebih lama lagi, ia ingin melilit tubuhmu lagi princess. Anaconda ini butuh kehangatan,"ucap Jack serak, nafasnya yang panas langsung mendarat di kulit leher Anne yang langsung meremang.     

Sedetik kemudian Anne memejamkan kedua matanya saat merasakan Jack kembali bermain-main di area sensitifnya, bahkan secara reflek Anne membuka lebar kedua pahanya ketika Jack mulai menurunkan wajahnya ke bawah. Anne benar-benar sudah tak waras, ia memberikan Jack banyak sekali kesempatan untuk menjamahnya lagi dan lagi.     

Kedua tangan Anne terlihat sudah berada di kepala Jack, ia menjambak rambut Jack berkali-kali sebagai refleknya ketika Jack memasuki tubuhnya dengan lidah. Jack benar-benar tahu bagaimana cara memancing gairah Anne, Anne yang sebenarnya sudah sangat lemas pun hanya bisa mengikuti ritme permainan Jack. Ia tak melawan dan hanya pasrah menerima hujaman-hujaman yang Jack berikan padanya, setiap gerakan pinggul yang Jack lakukan Anne seperti dibawa ke awang-awang. Sungguh luar biasa dan gila, Anne benar-benar candu dengan semua hal yang dilakukan Jack padanya.     

"Aku mencintaimu Anne,"pekik Jack keras saat mencapai klimaks percintaan paginya.     

Anne memejamkan kedua matanya, ia menikmati benih-benih cinta baru yang Jack berikan padanya. Cairan cinta yang kini memenuhi rahimnya itu terasa sangat dan membuat Anne tak bisa berkata-kata.     

Jack tersenyum menatap wajah Anne yang memerah, sungguh Anne terlihat sepuluh kali lebih cantik dalam keadaan seperti ini. Perlahan Jack memberikan ciuman pada kedua mata Anne yang tertutup secara bergantian.     

"Jack…"     

"Hemm?"     

"Lepaskan aku, Christian pasti akan menangis. Dia pasti akan marah jika tak menemukan aku disampingnya ketika bangun tidur."     

Jack terkekeh. "Kau lupa, dua hari lalu Christian baik-baik saja bukan saat bersama Erick dan Nicholas. Lalu kenapa kau baru khawatir sekarang? Lagipula saat ini dirumah kita ada dua lusin pelayan yang akan senang hati melayani putra kita itu, jadi kau tak usah khawatir. Lagipula kau harus menepati janjimu tadi malam, Anne."     

Anne menyipitkan kedua matanya. "Janji? Janji apa?"     

Jack kembali mendaratkan ciumannya, namun kali ini bibir Anne lah yang menjadi tempat tujuan. "Janji yang kau ucapkan sebagai imbalan saat aku menyingkirkan videotron itu dari rumah kita."     

"Jack...itu bukan janji, itu hanya…"     

"Sama saja, kau bilang aku sudah tak membutuhkan videotron itu karena aku sudah memilikimu. Jadi aku akan menagihnya saat ini, aku belum puas denganmu. Jadi kau tak bisa pergi dariku saat ini."     

Anne menutup matanya, ia benar-benar kesal pada Jack yang saat ini ternyata meminta imbalan atas permintaannya membuang videotron itu tadi malam. Jack benar-benar licik, jadi gelar yang diberikan Anne padanya sebagai anaconda sepertinya tepat.     

"Jack, turunlah. Kau berat, aku tak bisa bernafas,"ucap Anne pelan menyadarkan Jack yang masih berbaring diatas tubuh Anne.     

Jack tersenyum, ia kemudian mengangkat wajahnya dari dada Anne dan menyejajarkannya wajahnya dengan wajah Anne. "Kau cantik sekali, aku belum rela berpisah darimu."     

"Aku lelah Jack, benar-benar lelah. Tapi kalau kau tega ya sudah lakukan saja apa yang aku mau, paling aku tak akan bisa berjalan dengan normal atau sakit setelah ini."     

Glek, Jack menelan ludahnya dengan cepat. Secepat ia melepaskan tubuhnya dari tubuh Anne, Anne menggigit bibir bawahnya saat merasakan sensasi menggelitik yang nikmat saat Jack melepaskan dirinya secara tiba-tiba darinya, disaat kejantanannya sudah kembali pada posisi maksimalnya lagi.     

"Jangan bicara sembarangan, tak ada orang yang akan sakit setelah bercinta,"ucap Jack ketus, ia menganggap serius ucapan Anne.     

Anne membuka kedua matanya perlahan dan menatap Jack dengan tatapan sayu. "Kau tak ingat dengan apa yang kau lakukan saat masih menjadi Alan, padaku?"     

"Tapi itu berbeda Anne, itu aku…a-aku memaksamu dengan kasar." Jack langsung menjawab dengan cepat. "Aku brengsek sekali, ya?"     

Anne tersenyum. "Iya kau brengsek, karena itu jangan ulangi lagi. Sakit Jack."     

Kedua mata Jack langsung terasa panas, secepat kilat ia memeluk Anne dengan erat.     

"Maafkan aku baby, maafkan aku."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.