I'LL Teach You Marianne

Let's make a baby



Let's make a baby

Hotel des Bergues, Swiss 21.00 PM.     

Giselle terlihat cantik malam ini, menggunakan blouse berwarna merah darah yang senada dengan lipstik yang memulas bibirnya ia terlihat sangat percaya diri sekali. Tak ada raut kesedihan atau kekecewaan akibat dipecat secara tiba-tiba oleh Jack di wajahnya.     

"Ok, waktuku tak banyak. Langsung bicara ke inti,"ucap Giselle angkuh saat baru saja selesai menenggak wine yang baru dituangkan ke dalam gelasnya.     

Leon tersenyum, sudah lama ia tak bertemu dengan gadis yang sangat berkarakter seperti Giselle setelah Anne. "Relax nona, kita baru saja bertemu. Apa anda tak mau menikmati mala yang indah ini terlebih dahulu?"     

"No thanks, waktuku sedikit. Kalau memang anda hanya ingin mengajakku menikmati makan malam mewah ini aku sangat berterima kasih akan tetapi karena masih banyak hal yang harus aku selesaikan maka..."     

"Jackson Knight Clarke, aku dengar kau ditolak olehnya, bukan? Apa kau tertarik bekerja sama denganku untuk mencapai keinginanmu itu?" Leon tiba-tiba memotong perkataan Giselle dengan cepat.     

Giselle yang sudah bersiap bangun dari kursinya mendadak membatalkan niatnya, ia pun kembali lagi duduk dengan anggun dikursinya. Perlahan Giselle mengangkat kedua tangannya diatas meja dan menatap Leon dengan tajam.     

"Apa tujuanmu sebenarnya?"tanya Giselle dingin.     

Leon terkekeh. "Aku ingin merebut kembali wanitaku yang diambil cinta pertamamu itu."     

Deg.     

"Apa maksudmu? K-kau tahu dari mana kalau Jack adalah cinta pertamaku?"sengit Giselle dengan suara meninggi.     

"Marianne, dia adalah mantan istriku yang sangat aku cintai. Kehidupan kami sangat bahagia dan harmonis sebelum akhirnya cinta pertamamu yang brengsek itu datang dan merebutnya dariku,"jawab Leon berbohong, kedua matanya berkilat penuh percaya diri seakan apa yang dikatakannya adalah sebuah fakta.     

"Shit...jadi wanita rubah itu adalah mantan istrimu yang berkhianat?"     

"Jaga ucapanmu, Marianne bukan wanita seperti itu. Jack lah yang membuatnya lupa padaku,"sahut Leon dengan cepat, Leon tak suka Anne disebut wanita rubah oleh Giselle.     

Giselle terdiam cukup lama, ia sedang berpikir keras saat ini. Kebenciannya pada Anne pun kini semakin besar. "Kalau aku menerima kerjasama darimu keuntungan apa lagi yang bisa kau berikan padaku?"     

"Aku akan membantumu sampai kau bisa menikah dengannya yang pasti, nona Allen. Percayalah kerjasama kita ini pasti akan berhasil,"jawab Leon penuh percaya diri.     

Giselle tersenyum, perlahan ia meraih gelas wine yang berada dihadapannya dan langsung menenggaknya sampai habis.     

"Berapa lama waktunya?"     

Leon menipiskan bibirnya. "Kalau kita benar-benar melakukan semuanya sesuai rencana maka kurang dari dua bulan mereka pasti sudah berpisah."     

"Hhmmm..menarik, beri aku waktu Tuan Ganke. Aku akan memikirkannya dalam waktu beberapa hari kedepan."     

"Apa maksud kata dari akan memikirkannya lagi?"tanya Leon dengan mata tajam, terlihat marah dan kecewa karena mengajak Giselle bekerja sama ternyata tidak mudah.     

Giselle tersenyum, perlahan Giselle bangun dari kursinya dan merapikan pakaiannya dihadapan Leon tanpa rasa malu. "Aku adalah wanita yang penuh perhitungan, Tuan. Jadi biarkan aku berpikir terlebih dahulu selama tiga atau lima hari kedepan, nanti aku yang akan menghubungimu secara langsung untuk keputusan atas penawaran kerjasama ini. Baiklah kalau begitu aku permisi, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini."     

Setelah berkata seperti itu Giselle pun langsung bergegas pergi dari hadapan Leon dengan penuh percaya diri, suara langkah sepatunya sangat keras dan membuat banyak orang menoleh kearahnya. Gerakan panggul Giselle membuat Leon tersenyum licik.     

"Dasar pelacur rendahan, beraninya membuatku menunggu. Lihat saja, aku akan membuatmu mendatangiku. Akan kupastikan kau memohon-mohon padaku, meminta bantuanku. Kau kira kau mampu menangani bajingan itu sendirian, jangan terlalu sombong nona,"ucap Leon dingin sambil terus menatap Giselle yang semakin lama semakin tak terlihat dari pandangannya.     

Karena urusannya sudah selesai, Leon pun bergegas pergi keluar dari restoran yang ada di Hotel des Bergues untuk menyusul Benjamin Calum yang saat ini berada di bar. Benjamin saat ini tengah melampiaskan kekesalannya akibat kalah dalam proyek ini, semua berkas yang sudah ia siapkan dengan baik untuk menuntut Muller Finance Internasional sudah tak berguna saat ini. Pasalnya satu jam yang lalu ia mendapatkan email dari Erick yang berisikan surat keputusan pengadilan tinggi di Melbourne yang menyatakan kalau tanah yang ia akui sebagai miliknya saat ini statusnya masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut, hal ini berarti ia sudah kalah sebelum perang. Karena itulah saat ini Benjamin sedang melampiaskan kekecewaannya dengan bersenang-senang bersama para gadis cantik nan seksi dan alkohol.     

Saat Leon sedang berjalan keluar dari hotel secara tak sengaja Aaron yang baru saja menjemput Rose melihatnya, seketika Aaron langsung menghentikan langkahnya dan diam beberapa saat sehingga membuat Rose bingung.     

"Ada apa?"     

Aaron melepaskan tangannya dari tangan Rose dan meraih kepala Rose untuk mendaratkan sebuah ciuman dikeningnya. "Tunggu sebentar, aku ingin ke resepsionis. Kau jangan kemana-mana dan jangan coba-coba naik ke kamar tanpa sepersetujuanku."     

Rose terkekeh. "Siap komandan, aku tak akan kemana-mana dan menunggumu dengan patuh disini."     

Aaron tersenyum geli disebut komandan. "I love you, tunggu sebentar ya."     

Rose menganggukkan kepalanya, Aaron pun bergegas pergi dari hadapan sang istri menuju meja resepsionis. Aaron terlibat pembicaraan cukup lama dengan dua orang resepsionis itu, karena merasa suaminya terlihat sangat gagah dari belakang Rose kemudian mengeluarkan ponselnya dan mulai mengambil foto Aaron untuk di upload ke akun media sosialnya, Rose terkekeh saat membaca postingan terakhirnya soal bunga yang diberikan Aaron padanya di bandara beberapa saat yang lalu. Banyak sekali followersnya yang mengucapkan kata manis disertai doa untuk kelangsungan hubungannya dengan Aaron, sebagai istri dan putri dari orang penting Rose memiliki pengikut lebih dari 50 juta followers karena itulah ia terlihat aktif berkomunikasi dengan para fansnya melalui komentar-komentar yang ia tulis.     

"Akh menyebalkan, kenapa setiap kali aku memposting fotonya respon followersku sangat cepat,"gerutu Rose sedikit kesal, bayangkan saja foto punggung Aaron yang baru ia posting kurang dari lima menit sudah mendapatkan 50 ribu like dan ribuan komentar.     

"Ayolah guys, itu hanya punggung bidang suamiku. Bukan wajah suamiku yang aku posting, bukan tubuhnya bukan..."     

Rose langsung terdiam saat menyadari betapa menarik suaminya, damn. Selama ini ia tak menyadari hal itu! Dengan cepat Rose pun kemudian memeriksa satu persatu foto Aaron yang sudah ia posting, tak ada satupun foto Aaron yang tak memiliki jumlah like kurang dari 2 juta. Semua foto-foto Aaron disukai oleh hampir semua followers wanitanya, seketika wajah Rose pun terlihat merah karena menahan marah.     

Aaron yang sudah selesai berbicara dengan resepsionis pun nampak heran melihat perubahan ekspresi sang istri.     

"Maaf sayang, aku lama. Kau tak marah, kan?"tanya Aaron lembut pada Rose, saat ia sudah berdiri dihadapan istrinya itu yang sudah memancarkan aura permusuhan.     

Alih-alih menjawab pertanyaan suaminya Rose justru langsung mendaratkan sebuah kecupan di bibir Aaron secara tiba-tiba. "You're mine, Aaron Sean Connery."     

"Of course, i am your my love,"jawab Aaron dengan cepat, meski sedikit terkejut dengan perubahan sikap istrinya tapi Aaron suka.     

"Okay, then let's make a baby." Rose bicara dengan cukup keras sehingga membuat banyak orang terkejut dan menoleh ke arah mereka.     

"Honey..."     

Perkataan Aaron terhenti karena Rose sudah menarik tangannya dan berjalan menuju lift yang berada tak jauh dari hadapan mereka. Wanita yang sedang cemburu sangat mengerikan, fix no debat.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.