I'LL Teach You Marianne

Malam penuh cinta



Malam penuh cinta

Anne masih berdiri mematung di hadapan sebuah rumah tiga lantai yang memiliki halaman sangat luas di hadapannya, rumah bergaya klasik itu terlihat kokoh sangat berkelas. Halaman luas yang memiliki rumput hijau nampak semakin membuat rumah itu terlihat indah, belum lagi dengan labirin yang berada di samping rumah. Sungguh Anne dibuat tak bisa berkata-kata saat ini.     

"Babe, ayo masuk. Mau berapa lama lagi kau berdiri disana?!" Suara teriakan Jack yang sudah berada didalam rumah kembali terdengar.     

Akan tetapi Anne tak memperdulikan hal itu, ia masih belum percaya kalau rumah luas yang ia datangi saat ini adalah salah satu aset milik Jack yang sudah ia miliki sejak puluhan tahun yang lalu.     

"Ayo Nyonya, mari masuk,"ucap Albert sopan pada Anne.     

Seketika lamunan Anne pun buyar, ia langsung menoleh ke arah pria berambut merah yang berdiri di sampingnya sejak sepuluh menit yang lalu itu. "Kau serius rumah ini milik Jack?"     

"Secara garis besar iya, walaupun sebenarnya pemilik asli rumah ini adalah Tuan Calvin dan Nyonya Megan Muller, kedua orang tua Tuan Jack,"jawab Albert ramah. "Ini adalah rumah musim panas mereka, Nyonya. Biasanya Tuan Calvin akan berkunjung ke rumah ini ketika musim panas tiba bersama anak dan istrinya untuk berlibur."     

Anne memijat keningnya yang tiba-tiba terasa sakit, ia masih tak mengerti dengan cara berpikir orang kaya yang semudah itu membeli rumah mewah di berbagai negara tanpa memikirkan pajak dan biaya operasional yang pasti tidak murah.     

"Bukan hanya rumah ini saja, Nyonya. Mendiang Tuan Calvin juga memiliki peternakan di Australia yang saya urus bersama teman-teman Nyonya. Mungkin besok Tuan muda akan mengajak Anda ke peternakan keluarga Muller juga untuk melihat-lihat kuda dan sapi di peternakan itu,"imbuh Albert kembali yang membuat Anne semakin tak bisa berkata-kata, belum hilang keterkejutannya dengan rumah besar yang ada di hadapannya kini ia kembali dikejutkan dengan sebuah peternakan lainnya. Sungguh Anne merasa sangat tak berarti dihadapan Jack saat ini.     

Keterkejutan Anne pun berakhir saat Jack datang dan menghampirinya, Jack yang sudah tak sabar kembali keluar untuk memaksa Anne masuk kedalam rumah.     

"Mau berapa lama lagi berdiri di luar seperti ini, hm?"     

Anne menoleh ke arah Jack yang sudah memeluk pinggangnya dengan erat. "Kau punya aset di negara mana lagi, Jack?" Anne bertanya tanpa sadar.     

Jack terkekeh, ia paham kemana arah pembicaraan sang istri. "Semua aset yang aku miliki ini akan menjadi milik Christian dan adik-adiknya, kau tenang saja."     

"Jack, aku serius!!"     

Tawa Jack pun semakin keras. "Kenapa, kenapa bertanya seperti itu?"     

"Entahlah, aku hanya ingin tahu saja. Setidaknya jika aku sudah tahu maka aku tak akan terkejut lagi seperti ini,"jawab Anne jujur.     

Jack yang sudah gemas pada Anne tak bisa menahan diri lebih lama lagi, tanpa permisi ia langsung menunduk dan menggendong Anne ala pengantin baru masuk ke dalam rumah. Anne kali ini tak berontak, ia justru melingkarkan kedua tangannya ke leher Jack.     

Dengan menggunakan lift Jack membawa naik Anne ke lantai tiga, lantai pribadinya yang tak bercampur dengan siapapun. Di lantai itulah kamar super mewah dan berkelas milik Jack berada. Dengan hati-hati Jack menurunkan Anne diatas ranjang ukuran besar yang menjadi inti dari kamar yang didominasi warna cream dan coklat bergaya gothic itu.     

"Jack…"     

"Hmmm…"Jack yang sudah menciumi area leher Anne menjawab dengan gumaman, ia belum mau beranjak dari ceruk leher Anne yang membuatnya kecanduan itu.     

"Kamar ini, siapa yang pernah kau ajak ke kamar ini sebelum aku?"     

Mendadak Jack langsung membuka kedua matanya, ia pun juga langsung mengangkat wajahnya dan menatap tajam pada Anne yang kini sudah bersandar pada dipan ranjang dengan pakaian yang sudah terbuka di bagian atas karena ulah Jack.     

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"tanya Jack tidak senang.     

Anne mengedarkan pandangannya ke seisi kamar, kamar bergaya Victorian itu sungguh membuatnya terpukau.Selain chandelier, tirai mewah model overlay juga menjadi ciri khas gaya Victorian membuat Anne tak bisa berkata-kata. Sebagai orang yang pernah kuliah di kampus seni Anne benar-benar terpesona dengan keindahan kamar tempatnya berada saat ini.     

Pandangan Anne pun berakhir pada cek yang sudah duduk di hadapannya dengan penuh tanya. "Entahlah, aku hanya penasaran saja."     

"Rumah ini dibeli ayah saat aku berusia 15 tahun, pertama kali datang rumah ini hanya memiliki satu lantai dan dua kamar sederhana. Akan tetapi seiring berjalannya waktu aku merombak habis rumah ini dari nol, mulai dari bangunan hingga furniture yang ada di dalam rumah ini aku beli dan desain sendiri. Aku tak tahu kenapa aku membuat desain rumah seperti ini yang jelas aku hanya merasa senang saja dengan gaya victorian seperti ini dan kamar yang saat ini kita tempati adalah kamar pribadi yang tak bisa diinjak oleh siapapun tanpa persetujuanku. Albert yang menjadi orang kepercayaanku di Australia, mengurus semuanya bersama yang lain. Dia juga yang mengatur pembersihan kamar ini setiap tiga hari sekali oleh orang-orang yang memang berkompeten dalam bidangnya, jadi kau tak usah khawatir. Satu-satunya wanita yang menginjakkan kaki di kamar ini adalah dirimu, Nyonya Clarke,"jawab Jack lembut dengan kedua tangan yang sudah bergerilya di tubuh bagian atas Anne yang hampir ia buka semuanya, blouse yang dipakai Anne saat ini sudah merosot kebawah dan menyisakan bra warna putih yang masih membalut tubuh Anne.     

Anne tak merespon perkataan Jack, ia masih terhipnotis dengan semua desain interior kamar tempatnya berada saat ini. Setiap bagian dari kamar membuatnya terpukau.     

"I want you now, baby,"desah Jack lirih di telinga Anne.     

Gelayar aneh akibat sentuhan Jack di lehernya akhirnya membuat Anne tersadar, dengan gerakan tiba-tiba Anne mendorong Jack menjauh. Alhasil Jack pun jatuh kebelakang.     

"K-kau...apa yang kau lakukan!!"pekik Anne keras sambil meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang hampir terekspos jelas, pengait bra yang terpasang di tubuh belakangnya pun sudah terlepas karena ketrampilan tangan Jack.     

Jack tersenyum. "Aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan sejak kita tiba dirumah ini tiga puluh menit yang lalu."     

"Jack, aku sedang bicara serius. Kenapa kau selalu saja seperti ini? Mengambil kesempatan dalam kesempitan!!'     

Jack terkekeh, alih-alih duduk dengan tenang Jack justru mulai melepas pakaiannya satu demi satu dihadapan Anne tanpa turun dari ranjang.     

"Jack…"     

"Sttt…" Jack langsung mengulurkan jari telunjuknya ke depan bibir Anne. "Waktu kita sangat banyak untuk berbincang, tapi nanti. Setelah aku mengisi ulang energi darimu."     

"Jackkk…"Anne mendesah cukup keras saat Jack mulai bermain-main di dadanya.     

Jack menghentikan aktivitasnya sejenak, perlahan ia mengangkat wajahnya dan menatap wajah Anne yang sudah memerah karena menahan nikmat yang baru saja ia berikan.     

"Akan kubuat kau tak tidur malam ini, baby."     

"Hm... Jack!!!"     

Perkataan Anne terhenti saat ia menenggelamkan wajahnya ke bantal bulu angsa yang ia ambil secara spontan, Anne menggigit bantal itu sebagai pelampiasan akibat aktifitas yang sedang Jack lakukan di tubuh bagian bawahnya. Meskipun saat ini kedua pahanya sakit karena dibuka lebar-lebar oleh Jack tapi hal itu tertutupi oleh kenikmatan yang Jack berikan, permainan Jack di pusat dirinya menggunakan lidah sungguh membuat Anne menggila.     

Well~Malam panjang baru dimulai.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.