I'LL Teach You Marianne

I know you



I know you

Wajah Jack memerah saat Anne mengatakan semua yang ia lakukan dihadapan Paul malam itu saat mereka masih berada di Aberdeen, Skotlandia.     

"Jadi kau juga tahu kalau saat ini Linda dan Paul sedang berada di Luksemburg?"tanya Jack pelan tanpa sadar saat Anne sudah selesai berbicara.     

Anne tersenyum. "Menurutmu bagaimana?"     

"Aku tak bisa menebak,"jawab Jack jujur.     

Anne terkekeh. "Tentu saja aku tahu, kalau aku tak tahu apa yang sedang dilakukan Linda dan Paul saat ini mana mungkin aku setenang ini saat berada di Swiss bersamamu. Kau tahu kan kalau Linda adalah satu-satunya sahabat yang tulus padaku, lalu bagaimana mungkin aku tak mencarinya saat kau membawaku pulang kalau aku tak tahu apa yang sedang Linda jalani saat ini bersama para doktermu itu, Jack. Aku diam bukan berati aku tak tahu, Jack. Aku tahu semuanya, hanya saja aku tak mau membahasnya. Aku takut Christian akan merengek minta bertemu dengan papa dan mamanya jika aku membahas mereka."     

"Anne..."     

"Terima kasih Jack, terima kasih sudah mau melakukan ini untuk mereka. Hal ini juga menjadi salah satu alasanku tak berpikir dua kali untuk pulang bersamamu, kau sudah membuat sahabatku bahagia. Terima kasih atas semua hal gila yang sudah kau lakukan ini, tapi lain kali tolong jangan berlutut sambil menangis lagi. Sungguh itu sangat tak pantas kau lakukan,"ucap Anne kembali sambil terkekeh memotong perkataan Jack.     

Seluruh tubuh Jack terasa lemas, ia tak menyangka kalau Anne sudah tahu apa yang ia lakukan di hadapan Paul malam itu. Wajahnya saat ini sudah sangat merah karena menahan malu yang sangat besar. Damn, Anne tahu saat ia memohon bantuan Paul saat itu! Aib sungguh aib.     

Melihat Jack tak berbicara Anne tersenyum, sungguh ekspresi wajah Jack sangat menggemaskan saat ini. Bingung, shock dan malu semua jadi satu dan Anne sangat menikmatinya. Karena Anne merasa lapar ia pun memutuskan untuk masuk kedalam rumah, tadi saat pergi dari kantor ia belum sempat makan siang sampai saat ini. Jack masih mematung cukup lama di taman, bahkan sampai Anne hampir sampai ke kolam mermaid Jack masih tak bergerak. Pikirannya blank. Kesadarannya kembali saat mendengar teriakan Alice yang sangat keras saat memanggil nama Anne, Jack pun langsung berlari menyusul Anne. Masih banyak hal yang ingin ia bicarakan dengan Anne, terutama dengan apa yang sudah ia lakukan di hadapan Paul saat itu.     

Alice yang tahu kalau Anne sudah punya anak memaksa Aaron dan Daniel mengantarkannya ke mansion Jack, meski Alice sangat benci dengan kebodohan Jack namun ia tak bisa mengabaikan Anne dan putranya.     

"Mana si kecil kak, ayolah aku ingin bertemu dengannya."     

"Pasti dia sangat menggemaskan, aku harus bertemu dengannya hari ini juga kak."     

"Kenapa tadi dikantor kakak tak menemui aku? Kalau aku tahu ada kakak, aku pasti lebih memilih bersama kakak daripada menghadapi orang-orang menyebalkan itu."     

Alice terus menerus memberondong Anne dengan celotehannya seperti biasa, tiga tahun tak bertemu dengan Anne membuatnya sangat rindu dan Anne membiarkan Alice terus berbicara seperti itu. Anne senang Alice tak berubah, masih ceria seperti dulu.     

"Kalau kau terus menguasai Anne seperti itu bagaimana ia bisa menyapa kami, Alice,"ucap Aaron tiba-tiba menyela pembicaraan Alice.     

Alice akhirnya sadar kalau saat ini ia tak hanya berdua dengan Anne, masih ada Aaron dan Daniel yang berdiri dibelakangnya. Dengan berat hati Alice melepaskan tangan Anne dan membiarkan Anne berjabat tangan dengan Aaron.     

"Senang bisa bertemu lagi denganmu, Anne,"sapa Aaron pelan sambil tersenyum saat Anne menjabat tangannya.     

"Aku juga senang bertemu lagi denganmu, maaf untuk saat itu kami tak bisa datang ke pernikahanmu dengan Rose."     

Aaron tersenyum. "Its ok, aku tahu kalian sedang berduka saat itu. Aku justru yang merasa bersalah tak bisa datang ke acara pemakaman Tuan David Clarke."     

"Tak apa-apa, saat ini kakek juga sudah bahagia bersama nenek dan yang lain. Jadi tak ada lagi yang perlu di sesali,"jawab Anne pelan sambil tersenyum.     

"Iya kau benar, yang terpenting adalah itu."     

Anne kemudian mengulurkan tangannya pada Daniel yang masih seperti dulu, tak ada yang berubah dengan sahabat dan asisten Aaron itu. Daniel masih irit tersenyum, meski sudah tak sekaku saat pertama kali Anne mengenalnya. Saat Anne tengah berbincang dengan mereka Jack datang, wajahnya memerah karena berlari.     

"Ayo kak masuk, aku sudah tak sabar ingin melihat keponakan tampanku,"ucap Alice tiba-tiba, ia masih tak suka dengan Jack. Aura permusuhan kental sekali terlihat di mata Alice saat melihat Jack.     

"Anakku sedang tidur, jangan ganggu dia." Jack menyahut perkataan Alice dengan cepat.     

Alice langsung menoleh ke arah Jack dengan cepat. "Christian bukan hanya anakmu, dia juga anak kak Anne dan kak Anne tak masalah aku melihatnya,"jawabnya ketus.     

"Alice..."     

"Aku bukan lagi sekretarismu jadi anda tak bisa melarang-larangku lagi."     

Anne tersenyum tipis melihat Jack kewalahan menghadapi Alice, begitu pula dengan Aaron dan Daniel yang terlihat menahan tawa melihat pertengkaran kecil antara Jack dan Alice.     

"Ya sudah ayo kak, aku tak mau dekat-dekat dengan dia. Dia masih menyebalkan, sama seperti dulu. Tak berubah sama sakali,"ucap Alice pelan sambil meraih tangan Anne untuk diajak masuk ke dalam rumah.     

"Tunggu, Alice. Kalian masuklah juga, jangan berdiri di luar seperti ini."     

Aaron tersenyum. "Iya Anne terima kasih, aku masih ingin berbicara dengan suamimu terkait hasil meeting tadi."     

"Oh begitu, ya sudah kalau begitu kami tinggal."     

"Ok, have fun dan tolong jangan biarkan Alice menguasai anakmu."     

Jack menggeram. "Hal itu tak akan mungkin aku biarkan terjadi."     

"Benarkah? Lihat saja nanti, ayo kak Anne. Aku sudah tak sabar ingin bertemu Christian,"sahut Alice dengan cepat merespon perkataan Jack yang memberi peringatan padanya.     

"Alice..."     

"Sudahlah Jack, jangan dilayani. Biarkan saja dua wanita itu bersama, mereka sudah tak bertemu selama tiga tahun. Biarkan mereka melepas rindu dan kalau pun saat ini Alice ingin betemu anakmu dia tak akan mungkin menculiknya, kau tak usah terlalu berlebihan seperti ini,"ucap Aaron pelan mencoba menenangkan Jack.     

Alice tersenyum mendengar perkataan Aaron, tanpa rasa takut ia kemudian menjulurkan lidahnya pada Jack. "Itulah bos yang baik, tak sepertimu Mr. Egois."     

Setelah berkata seperti itu Alice langsung lari masuk ke dalam rumah meninggalkan Jack yang sangat marah, tak lama kemudian Anne pun menyusul Alice masuk kedalam rumah. Banyak hal yang ingin ia bicarakan dengan Alice, Anne ingin tahu alasan Alice meninggalkan Erick. Karena dari yang ia tahu kedua orang itu saling mencintai dan Anne ingin tahu alasan mereka berpisah.     

Aaron terkekeh melihat tingkah Alice, ia pun menggerakkan tangannya ke pundak Jack. "Kita harus bicara serius, Jack. Benjamin Calum itu masih belum mau melepaskanmu."     

"Apa maksudmu?"tanya Jack bingung.     

"Benjamin Calum tak terima proyeknya disebut proyek bodong, saat ini dia sedang menyiapkan banyak hal untuk menyerangmu lagi,"jawab Aaron serius. "Dan orang yang paling bertanggung jawab akan hal ini adalah Leonardo Ganke, dia lah dalang dibalik semua hal yang dilakukan Benjamin Calum. Kalau Muller Finance Internasional tak meneruskan kerjasama ini mereka akan menuntutmu ke pengadilan karena dianggap sudah melanggar kerjasama."     

"What? Dasar Gila!!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.