I'LL Teach You Marianne

Marahnya seorang istri 2



Marahnya seorang istri 2

Setelah Anne keluar Jack langsung duduk di kursinya, ia terlihat mengepalkan kedua tangannya diatas meja. Jack masih tak percaya kalau Giselle ternyata menyukainya, padahal selama ini ia mengira Giselle tak punya perasaan apapun padanya. Pasalnya selama ini Giselle selalu mengatakan kalau saat ini dia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki yang dikenalkan kedua orang tuanya, karena itu Jack masih shock saat mendengar pengakuan Giselle beberapa saat yang lalu. Ternyata apa yang di katakan Anne terjadi, Giselle benar-benar memiliki perasaan padanya. Lamunan Jack hilang saat Erick masuk ke ruangan meeting.     

"Anda baik-baik saja, Tuan?"     

Jack tersenyum. "Aku baik-baik saja, Erick. Hanya sedikit terkejut saja, aku benar-benar tak menyangka Giselle memiliki perasaan padaku. Aku kira dia tulus berteman denganku, aku sangat bodoh sekali. Seandainya aku tahu Giselle memiliki perasaan padaku mungkin aku tak akan datang padanya dua tahun yang lalu untuk menggantikan Alice, menjadi sekretarisku."     

"Wajar anda tak tahu, Tuan. Dalam hati dan pikiran anda selama tiga tahun terakhir kan hanya diisi oleh Nyonya, Tuan."     

Jack terkekeh. "Iya kau benar, hanya ada nama Anne dalam otakku selama tiga tahun terakhir ini. Jadi aku tak memperhatikan hal yang lain, tapi tunggu... jangan bilang kau juga tahu kalau Giselle menyukaiku?"     

"Tentu saja tahu hehehe...."     

"Damn, apa Nick juga tahu?"     

"Kami semua tahu, Tuan. Bohong kalau kami tak tahu, hanya saja kami tak ada yang berani memperingatkan anda karena kami yakin anda tak mungkin akan tergoda oleh nona Giselle melihat betapa tersiksanya anda karena kepergian Nyonya,"jawab Erick pelan dengan hati-hati.     

Jack terdiam, ia kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku benar-benar tak punya perasaan apapun pada Giselle, sejak dulu Giselle hanya kuanggap sahabat. Bahkan dulu saat pertunanganku dengan Shopia dia juga datang dan terlihat sangat senang sekali melihat Shopia memakai cincin dariku, karena itu aku tak mengira Giselle akan punya perasaan padaku, Erick."     

"Wanita kan memang pandai menyembunyikan perasaannnya, Tuan. Mereka tercipta untuk menjadi penjajah di hati kita,"ucap Erick pelan tanpa sadar.     

Jack menaikkan satu alisanya, ia merasa ada yang salah dengan tangan kanannya itu. "Kau tak sedang membahas Alice, kan?"     

Erick langsung tergagap saat menyadari kesalahannya, wajahnya langsung merah padam seketika dan hal itu membuat Jack tersenyum. Getaran pada ponsel yang berada di saku jasnya membuat Jack akhirnya tak melanjutkan obrolannya lagi dengan Erick. senyumnya merekah saat melihat siapa yang menghubunginya.     

"Kami sudah ada dibawah, apa kami langsung masuk atau bagaimana?" terdengar suara seorang pria yang sudah sangat Jack kenal berbicara dengan lantang.     

Jack terkekeh. "Katakan pada sekretarismu itu untuk memimpin jalan, dia sudah hafal sekali dengan kantorku."     

"Damn, jangan mulai lagi brengsek. Saat ini Alice adalah sekretaris Connery Corporation jadi jangan memprovokasinya,"jawab pria itu yang tak lain adalah Aaron dengan suara meninggi pura-pura marah.     

Tawa Jack semakin keras. "Masuklah, kau bukan orang asing. Aku tunggu di ruang meeting pribadiku."     

Senyum Aaron merekah mendengar perkataan Jack, ia kemudian mematikan panggilannya dan langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku kemejanya lagi.     

"Silahkan pimpin kami, Alice,"ucap Aaron pelan mengulangi perkataan Jack sebelumnya.     

Alice yang sejak tadi menundukkan wajanya langsung terperanjat. "A-apa Tuan? Apa saya tak salah dengar?"     

"Tidak, kau tak salah dengar. Aku memintamu memimpin jalan kita ke ruangan meeting pribadinya si brengsek itu, tadi dia bicara seperti itu. Si brengsek itu memerintahkanmu memimpin jalan ke tempatnya,"jawab Aaron dengan tenang tanpa rasa bersalah, Aaron tahu Alice masih memiliki perasaan dengan Erick karena itu ia memaksa sekretarisnya itu untuk tetap datang dalam pertemuan kali ini meski awalnya Alice menolak mentah-mentah.     

"T-tapi Tuan...."     

"Jadi kau menolak perintahku, Alice?"     

Alice langsung menggeleng dengan cepat, setelah itu ia kemudian berjalan menuju lift khusus yang berada di samping lift karyawan untuk naik ke lantai 40. Melihat tingkah Alice membuat Aaron menggeleng pelan, begitu juga dengan Daniel. Keduanya pun lantas menyusul Alice yang sudah menahan tombol lift agar tak tertutup, meski meeting masih dimulai satu jam lagi tapi Aaron sudah tak sabar ingin bertemu dengan Jack. Aaron ingin melihat anaknya yang lucu, yang selama ini selalu ia banggakan setiap kali mereka saling mengirimkan pesan.     

Tepat saat pintu lift khusus yang membawa Aaron dan kedua anak buahnya tertutup, pintu lift karyawan yang berada disamping lift khusus untuk Jack itu terbuka. Anne yang sudah membawa tasnya keluar dari dalam lift seorang diri, Anne ingin mencari udaras segar seperti yang sebelumnya ia katakan pada Nicholas sebelum pergi. Anne ingin menghilangkan rasa kesalnya pada Jack yang dianggap terlalu membela Giselle yang jelas-jelas sudah menghinanya, bahkan Giselle juga belum meminta maaf tadi saat ia pergi dan Anne masih kesal dengan itu.     

Saat Anne berjalan menuju pintu keluar langkahnya terhenti saat melihat ada beberapa mobil serba hitam bertenti didepan pintu masuk utama, kedua mata Anne menyipit mencoba mencari tahu siapa yang datang dan dia terkejut saat melihat sosok sang mantan suami keluar dari salah satu mobil yang tengah berhenti itu. Secepat kilat Anne memalingkan wajahnya ke arah lain, ia tak mau Leon melihatnya. Sungguh, Anne hanya ingin melepaskan masalah bukan menambah masalah baru. Anne masih ingat dengan perkataan Luis kemarin, Luis sudah menceritkan semuanya termasuk alasan kenapa Jack malam itu marah sekali padanya. Meski penyebab utamanya bukan Leon akan tetapi Anne sadar kalau rasa cemburu Jack pada Leon yang sangat besarlah yang membuat pertengkaran hebat itu terjadi, karena itu Anne berusaha untuk menghindari kontak wajah dengan mantan suaminya yang kini sedang berjalan dengan Benjamin Calum itu menuju lift yang baru saja Anne gunakan bersama beberapa orang lainnya.     

"Wait, Leon dan Benjamin Calum saling mengenal,"ucap Anne lirih saat berhasil mengenali pria yang sebelumnya berpelukan dengan Leon.     

Anne terdiam cukup lama ditempatnya saat ini, ia terlihat ragu ingin kembali ke ruangan Jack atau mencari udara segar seperti tujuan awalnya. Namun setelah menimbang-nimbang akhirnya Anne memutuskan untuk tetap mencari udara segar, Anne tak mau membuat pertengkarannya dengan Jack berlanjut karena keberadaan Leon. Saat ini Christian dalam keadaan aman, ada Nicholas yang menjaganya. Lagipula saat ini mereka semua sedang berada di kantor Jack yang memiliki keamanan paling baik, karena itu Anne memutuskan untuk pergi dan mencari udara segar.     

"Sepertinya aku harus pergi ke mall, mungkin dengan menyegarkan mata dengan melihat barang-barang lucu di mall semua kekesalanku akan hilang,"ucap Anne dalam hati, ia pun kemudian mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari mall yang berada paling dekat dengan Muller Finance Internasional.     

Senyum Anne merekah saat berhasil menemukan sebuah mall yang berada tak jauh dari kantor, tanpa pikir panjang Anne pun bergegas keluar dari pintu samping supaya anak buah sang suami tak menemukannya. Begitu berhasil keluar dari kantor sang suami, Anne langsung menghentikan sebuah taksi dan langsung masuk kedalam taksi itu untuk pergi ke mall.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.