I'LL Teach You Marianne

Marahnya seorang istri 1



Marahnya seorang istri 1

Giselle benar-benar mati kutu saat mendengar pertanyaan dari Anne, ia tak menyangka wanita yang sebelumnya ia jelek-jelekan ternyata sudah muncul di hadapannya dan kini sedang bermesraan dengan Jack. Sang cinta pertamanya, cinta pertama yang tak terbalas sama sekali.     

Anne tersenyum penuh kemenangan saat melihat betapa pucatnya wajah Giselle saat ini. "Aku tidak marah dengan kata-kata yang sejak tadi kau ucapkan itu nona Giselle, hanya saja ada beberapa bagian yang harus kau tahu bahwa aku aku bukanlah wanita rendahan yang menawarkan diri kepada suami orang. Aku masih punya harga untuk tidak melakukan itu, berbeda dengan seseorang yang sangat aku kenal yang sudah melakukan hal serendah itu kepada suamiku."     

Damn, 1 kosong untuk Anne!     

"A-apa maksudmu berbicara seperti itu, Nyonya." Giselle berusaha mengelak dari semua kesalahan yang sudah ia perbuat sebelumnya.     

Anne terkekeh mendengar perkataan Giselle, perlahan ia melepaskan pelukan tangan Jack yang berada di pinggangnya dan berjalan mendekati Giselle yang berada empat langkah dari tempatnya berdiri saat ini.     

Saat Anne sudah hampir sampai di tempat Giselle ekor matanya melihat blazer milik Giselle yang berada di atas kursi, tanpa pikir panjang Anne langsung meraih blazer cantik itu dan mengulurkannya ke arah Giselle. "Kau tahu nona, terkadang makanan yang masih ada dalam kemasan rasanya akan lebih enak dan tahan lama. Berbeda dengan makanan yang dijual tanpa kemasan, aku rasa kau paham dengan arah pembicaraanku itu, bukan?"     

Damn, dua kosong untuk Anne!     

Giselle tak bisa berkata-kata, sungguh wanita yang biasanya sangat cerewet itu kini mati kutu. Otaknya blank, berhadapan dengan Anne yang sangat tenang membuatnya tak bisa bicara. Dari tempatnya berdiri Jack hanya tersenyum, ia tak melepaskan sedikitpun pandangannya dari sang istri yang kini sedang berhadapan dengan Giselle.     

"K-kalian menjebakku, kau sengaja melakukan ini bukan, Jack!! Kau sudah merencanakan ini kan, Jack!!"pekik Giselle keras, dadanya naik turun menunjukkan betapa marah dirinya saat ini.     

"Tidak, mana mungkin aku menjebakmu. Aku memanggilmu memang karena ingin membicarakan soal masalah kontrakmu yang ingin aku akhiri,"jawab Jack mengelak.     

Giselle tertawa. "Jangan bodohi aku Jack, aku bukan anak kecil yang bisa kau bodohi."     

"Aku tak berbohong, kalau memang aku tidak berniat untuk memecatmu lalu bagaimana bisa sudah ada surat pemberhentian mu itu di meja ini sejak awal, Giselle,"jawab Jack kembali.     

"Terserah kau bicara apa, tapi yang jelas aku menolak. Aku tak mau diberhentikan dengan cara seperti ini, kau tak bisa menyingkirkan aku dari perusahaan ini, Jack. Ingat, dua tahun yang lalu kau yang datang padaku. Memohon padaku agar aku mau membantumu mengurus perusahaan ini,"sahut Gisell ketus mengungkit masalah dua tahun yang lalu.     

Mendengar perkataan Giselle membuat Anne tersenyum, perlahan ia mengambil ponsel pintarnya dari dalam saku bajunya dan mendekatkan diri pada Giselle.     

"Well, tak masalah kalau kau tak mau berhenti. Tapi aku penasaran dengan apa yang akan kau lakukan jika semua perkataanmu tadi yang sedang menawarkan diri pada suamiku tersebar luas, aku merekam semua yang kau katakan tadi saat menggoda suamiku, Gisell,"bisik Anne lirih tepat di samping telinga Giselle, Anne mencoba mengancam Giselle.     

"K-kau…"     

"Aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan, Giselle. Ingat aku adalah nyonya Clarke yang sah, seandainya rekaman suaramu aku sebar aku yakin di luar sana pasti banyak sekali para wanita yang akan membelaku. Kau tahu bukan bagaimana kuatnya para wanita yang sudah bersatu untuk mempertahankan rumah tangganya? Pikirkan itu baik-baik. Apalagi kau punya perusahaan juga bukan, aku yakin para customer yang selama ini membeli produk kecantikan dari perusahaanmu akan kabur jika tahu sang putri dari pemilik perusahaan itu mencoba merusak rumah tangga orang lain. Apa kau siap untuk bangkrut dan hidup di jalanan?"bisik Anne kembali penuh intimidasi.     

Seluruh tubuh Giselle bergetar, ketakutan terlihat jelas di kedua matanya saat ini. Kata-kata yang diucapkan Anne sungguh membuatnya ketakutan, bangkrut dan hidup miskin adalah dua hal yang sangat ditakuti Giselle. Ia tak mau menjalani hidup seperti itu lagi, sudah cukup dulu ia menderita karena menjadi korban bully di sekolah.     

Melihat kondisi Giselle yang sangat ketakutan membuat Jack teringat kejadian puluhan tahun lalu di sekolah saat ia dipermalukan pada siswa senior, karena tak tega Jack kemudian mendekati Anne dan menepuk pundaknya secara perlahan. Memberikan kode pada Anne untuk tak mengintimidasi Giselle kembali, Anne yang paham dengan kode yang diberikan oleh Jack kemudian menganggukkan kepalanya perlahan sambil tersenyum.     

"Pulanglah Giselle, pikirkan kesalahanmu. Sebenarnya aku bisa menuntutmu karena semua ucapan dan perbuatan tak menyenangkanmu tadi, tapi karena aku mengingat hubungan pertemanan kita yang sudah terjalin sangat lama aku memilih untuk tak memperpanjang masalah ini,"ucap Jack pelan berusaha untuk mendinginkan suasana, meski tak tahu dengan apa yang Anne katakan pada Giselle namun Jack yakin Anne pasti sudah mengatakan sesuatu yang sangat dalam sehingga membuat Giselle sangat ketakutan seperti itu.     

Giselle terdiam cukup lama sebelum akhirnya ia pergi dari hadapan Jack dan Anne dengan air mata yang sudah menganak sungai, surat pemecatannya juga sudah tak berbentuk lagi saat ini karena di cengkram begitu saja olehnya saat berjalan pergi tadi. Beberapa staf yang lain nampak terkejut saat melihat Giselle, sang sekretaris angkuh yang mereka pergi dengan menangis dari ruangannya. Setelah Giselle keluar dari ruangannya Erick langsung masuk ke ruangan Giselle untuk mematikan akses Giselle masuk ke email perusahaan. Ia harus melakukan itu untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, Erick yakin Giselle tak akan berani datang lagi kekantor setelah dipecat dengan cara seperti itu.     

Melihat Giselle pergi dengan cara seperti itu sebenarnya Anne belum puas, ia masih sedikit kesal pada wanita yang sudah menghinanya itu. Damn, wanita itu bahkan belum meminta maaf pada Anne.     

"Katakan padaku, apa yang sudah kau katakan padanya sampai membuatnya setakut ini, babe,"ucap Jack pelan tiba.     

Mendengar perkataan Jack membuat Anne langsung tersadar dari lamunannya. "Apa yang kau katakan?"     

"Wait, kau melamun?"     

"Sedikit, tapi itu tidak penting. Ok ulangi pertanyaanmu tadi, aku ingin dengar,"pinta Anne pelan sambil menatap tajam ke arah Jack.     

Jack tersenyum, ia kemudian mengeratka pelukannya di pinggang Anne. "Apa yang sudah kau ucapkan pada Giselle?"     

"Kenapa? Apa itu penting untukmu?"tanya Anne dingin.     

"Bukan, begitu sayang. Aku mengenal Giselle sudah lama sekali, dia tak akan bersikap seperti tadi jika kata-kata yang kau ucapkan terlalu..."     

"Terlalu pedas begitu? Oh ayolah Jack, kata-kata yang aku ucapkan pada Giselle tak sebanding dengan semua hinaan yang ia berikan padaku. Bukankah kau mendengar sendiri secara langsung semua makian yang ia berikan padaku tadi!!"sahut Anne ketus dengan suara meninggi.     

"Anne... please, jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan baik-baik, aku bertanya baik-baik sayang. Tolong gunakan kepala dingin, lagipula saat ini Giselle juga sudah aku berhentikan bukan. Masalahnya sudah selesai, jadi jangan memancing keributan seperti ini. Aku tak mau kita bertengkar, baby,"ucap Jack pelan.     

Anne langsung melepaskan pelukan Jack yang berada di pinggangnya dengan kasar.     

"Sepertinya kau lebih membela teman baikmu itu dari aku, kau mempermasalahkan ucapanku padanya tapi kau tak marah dengan semua ucapan jahatnya itu padaku. Sebenarnya kau ini ada di pihak siapa, Jack?"     

"Babe...."     

"Sudahlah, aku tak butuh jawabanmu. Kata-katamu tadi sudah menjawab semua pertanyaanku, kalau kau memang tak terima aku memberi peringatan pada teman baikmu itu silahkan kejar dia. Bawa dia kembali dan jadikan wanita itu sebagai sekretarismu lagi!"     

Setelah berkata seperti itu Anne kemudian bergegas keluar dari ruangan meeting, meninggalkan Jack sendiiran. Dengan langkah cepat Anne berlari menuju ruangan Jack, ia berniat membawa Christian pergi. Akan tetapi setelah melihat Christian sedang tidur di pangkuan Nicholas niatnya pun hilang, Anne tak tega membangunkan putranya yang terlihat sangat kelelahan itu.     

"Jaga anakku ya, Nick,"pinta Anne lirih saat meraih tasnya dari atas meja.     

Nicholas terkejut. "Anda mau kemana Nyonya?"     

"Mencari udara segar, dadaku sesak sekali disini."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.