I'LL Teach You Marianne

Strike back



Strike back

30 menit sebelum kejadian.     

"Erick, perintahkan Giselle masuk ke ruangan meeting 30 menit lagi. Aku ingin bicara berdua dengannya."     

Seketika tubuh Anne lemas mendengar perkataan Jack, apa katanya? Bicara berdua dengan Giselle yang jelas-jelas sudah punya rencana jahat pada mereka.     

Dengan cepat Anne duduk disofa dan membuang wajahnya ke arah lain agar air mata yang sudah membasahi pipinya tak dilihat oleh Jack dan Jack hanya tersenyum melihat perubahan sikap istrinya, ia kemudian berbicara sesuatu dengan Erick secara berbisik-bisik. Erick terlihat menganggukkan kepalanya berkali-kali dengan senyum yang mengembang lebar.     

"Waktumu tak banyak, lakukan sekarang,"ucap Jack pelan mengakhiri pembicaraannya dengan Erick.     

"Siap Tuan, saya akan mengerjakannya sekarang juga,"jawab Erick pelan sebelum akhirnya ia pergi dari ruangan Jack untuk kembali ke ruangannya, melakukan tugas besar yang baru saja Jack berikan.     

Jack kemudian duduk di samping Anne setelah menurunkan Christian ke lantai untuk bermain di karpet asal Turki yang dijadikan alas untuk bermain di samping meja kerjanya, perlahan Jack meraih tangan Anne yang tengah mengepal kuat, menahan emosinya.     

"Don't touch me,"pekik Anne ketus, berusaha menghindari cengkraman tangan Jack.     

"Lima menit, beri aku lima menit untuk menjelaskannya. Setelah itu kalau kau masih mau marah aku tak melarang, tapi tolong dengarkan aku lima menit saja untuk bicara."     

Anne langsung menyeka air matanya dengan cepat dan langsung berbalik menghadap Jack. "Ok lima menit. "     

Jack tersenyum, perlahan ia menggerakan tangannya untuk menyeka air mata Anne akan tetapi Anne menangkis tangannya. "Waktumu sudah berjalan, langsung bicara atau aku pulang bersama Christian."     

"Jangan bawa-bawa Christian, babe. Dia tak tahu apa-apa,"ucap Jack dengan cepat.     

"Sebenarnya kau ingin berbicara atau tidak? kalau tidak lebih baik aku..."     

"Ok..ok...dengarkan aku." Jack langsung meraih tangan Anne yang sudah bersiap akan pergi.     

Anne pun langsung duduk kembali, namun kali ini ia duduk agak jauh dari Jack. Anne mencoba menjaga jarak dari Jack supaya ia tidak lemah.     

Jack menarik nafas panjang, ia pun kemudian mulai berbicara. Apa yang sedang ia rencanakan, semuanya ia katakan pada Anne tak ada yang ditutup-tutupi. Termasuk tugas yang ia perintahkan pada Erick beberapa saat yang lalu, saat Jack bicara Anne terlihat sekali menahan tangis. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak menetes, akan tetapi usahanya sia-sia karena wajahnya tetap saja dibanjiri air mata saat ini. Air mata haru, bukan air mata kesedihan seperti beberapa saat yang lalu.     

"Aku sudah pernah melakukan kesalahan besar, mana mungkin aku mengulangi kesalahan yang sama lagi, Anne. Aku tak sebodoh itu, aku sangat mencintaimu. Aku tak mau berpisah lagi darimu, kau tak tahu betapa tersiksanya aku selama 3 tahun tanpa kehadiranmu dan aku bersumpah tak akan mau jika hal itu terjadi lagi. Apalagi saat ini sudah ada ada Christian, aku mau Christian menjadi korban atas keegoisan kita,"ucap Jack serak menutup pembicaraannya.     

Anne mengigit bibir bawahnya dengan kuat, menahan isak tangisnya agar tak keluar. Akan tetapi hal itu tak berlangsung lama karena Jack sudah memberikan ciuman padanya yang langsung membuat tangis Anne langsung pecah.     

"Aku membencimu, Jack. Kau menyebalkan,"ucap Anne lirih tak lama setelah Jack melepaskan ciuman mereka.     

Jack terkekeh. "Aku tahu dan aku menerimanya dengan lapang dada kebencianmu itu padaku."     

"Jack!!!"     

Jack kembali terkekeh. "Ya sudah hapus airmatamu, persiapkan dirimu. Tapi kau harus berjanji satu hal padaku."     

"Janji apa?"     

"Berjanjilah untuk tetap tenang dan tak marah, aku yakin Giselle pasti akan berbicara macam-macam mengingat betapa angkuhnya wanita itu. Kau harus tetap tenang, karena jika tidak maka semuanya kan hancur,"jawab Jack pelan sambil menyeka air mata Anne dengan lembut.     

Anne menganggukkan kepalanya penuh semangat. "Aku tahu, kau tenang saja."     

"I love you, Anne. Tolong jangan ragukan aku lagi." Kedua mata Jack terlihat sendu saat bicara seperti itu.     

Anne tak menjawab perkataan Jack, ia justru sibuk membersihkan air matanya menggunakan tisu. Well, ia pantas marah seperti itu pada Jack.     

Jack pun hanya bisa tersenyum kecut saat diabaikan sang istri, sebuah ketukan dari pintu akhirnya membuat Jack mengalihkan pandangannya dari Anne. Rupanya Nicholas yang datang menggunakan mobil baru saja tiba, ia terlihat kelelahan pasca berlari-lari dari pintu depan sampai lift.     

"Akh bagus kau sudah datang, duduklah dilantai temani Christian bermain."     

"Sorry."     

Jack mengela nafas panjang. "Itu tugasmu, Nick. Temani anakku bermain, aku dan istriku punya urusan penting yang harus di lakukan sekarang."     

"Anda sudah tak marah padaku, Tuan?"tanya Nicholas polos.     

"Nick, lakukan saja perintahku sekarang. Kau tak mau aku perintahkan kembali ke Luksemburg, bukan?"     

Tanpa bicara Nicholas pun langsung berlari menuju tempat Christian berada dan bergabung dengan anak itu bermain puzzle, permainan yang selalu ia ulang-ulang. Anne tersenyum tipis melihat tingkah Christian dan senyuman Anne berhasil membuat hati Jack menjadi hangat, tanpa menunggu lama Jack kemudian meraih tangan Anne dan mengajaknya segera pergi ke ruang meeting. Waktu yang sudah ditentukan dengan Giselle hampir tiba, saat Jack membuka pintu ia langsung bertemu dengan Erick yang sudah selesai melakukan apa yang ia inginkan.     

"Semuanya sudah selesai, Tuan,"ucap Erick pelan sambil menyodorkan sebuah berkas pada Jack.     

"Ini apa?"tanya Anne penasaran, kedua matanya menatap tajam berkas yang masih berada didalam amplop berwarna putih yang kini sudah berada ditangan Jack itu.     

Jack tersenyum. "Ini untuk melengkapi rencana kita, kau akan segera tahu."     

"Tapi aku ingin tahu sekarang,"rengek Anne memelas.     

"Sangat tak menyenangkan jika kau tahu terlebih dahulu dariku, tunggu beberapa saat lagi ketika Giselle membacanya,"jawab Jack lembut.     

Anne menghela nafas panjang, meskipun sedikit kesal akhirnya Anne pun tetap mengikuti rencana sang suami. Erick hanya tersenyum melihat sepasang suami istri itu pergi ke ruang meeting, setelah Anne dan Jack masuk ke ruang meeting Jack kemudian berjaga di depan ruangan meeting memastikan tak ada siapapun yang masuk ke ruangan itu kecuali Giselle.     

Waktu yang ditunggu-tunggu pun datang, Giselle muncul dari toilet dengan lipstik yang lebih basah karena ia mengoleskan lipgloss belum juga dengan aroma parfum yang menusuk hidung. Erick bahkan sampai harus menahan nafas saat Giselle berjalan masuk ke ruangan meeting melewatinya yang berdiri di depan pintu, tanpa sapa dan senyum Giselle langsung masuk ke dalam ruangan meeting.     

"Tamat riwayatmu kali ini, Giselle. Kau tak tahu betapa mengerikannya singa betina yang berhasil menjinakkan Tuanku itu,"ucap Erick dalam hati sambil tersenyum, ia sudah tak sabar melihat wajah kecewa Giselle jika tahu ada Anne di dalam ruangan meeting.     

****     

"K-kau...kenapa kau ada di sini?"tanya Giselle tergagap, ia tak percaya melihat Anne sudah duduk dengan anggun di kursi yang biasa diduduki oleh Jack jika ia memimpin meeting. Pantas saja sejak tadi Jack berdiri di dekat kaca, bukan duduk seperti biasa jika ingin mengajak siapapun bicara empat mata di ruangan meeting.     

Anne tersenyum cantik, perlahan ia bangun dari kursinya dan berjalan mendekati Jack. "Memangnya ada larangan untuk Nyonya Clarke ada di kantor ini? Siapa kau berani melarangku, sadari posisimu nona Giselle Allen."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.