I'LL Teach You Marianne

a mother's instincts



a mother's instincts

Suara seorang pria yang sangat keras itu sontak membuat semua orang yang berada didalam toko menoleh, termasuk Anne yang sedang menggendong bayi cantik yang baru ia temukan. Saat ini di pintu masuk toko terlihat banyak sekali orang yang berkumpul, pria-pria tegap berpakaian hitam tanpa ekspresi sedang mengawal seorang pria yang baru saja berteriak. Beberapa pria itu langsung menyeruak masuk ke dalam toko bersama dua petugas keamanan.     

"Charlotte..."     

Anne langsung memundurkan langkahnya ketika salah satu pria diantara mereka berusaha mendekatinya.     

"Anda siapa?"tanya Anne ketus.     

Pria bertubuh tinggi dengan pakaian rapi itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Anne. "Chester Llyod dan gadis kecil yang sedang kau gendong itu putriku, Charlotte Llyod."     

"Oh ya? Bagaimana aku bisa percaya kalau gadis cantik ini putrimu?"tanya Anne waspada.     

"Nona jaga ucapanmu, apa kau tak tahu..."     

Perkataan seorang pria berkaca mata yang berdiri di belakang langsung terhenti karena pria bernama Chester itu mengangkat tangannya, memberikan kode agar pria itu tak melanjutkan perkataannya.     

"Charlotte memakai kalung dengan liontin bulat yang dibelakangnya terukir huruf C besar, kau bisa memeriksanya,"ucap Chester pelan.     

Anne terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia duduk di sofa yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri, dengan hati-hati Anne memeriksa leher gadis cilik yang saat ini masih terus membuka mulutnya itu. Sungguh Anne tak tega, dia benar-benar kelaparan ya Tuhan. Kedua mata Anne langsung menyipit saat menemukan liontin yang disebutkan oleh pria itu, sedikit kekhawatiran hilang dalam diri Anne akan tetapi ia tetap belum percaya pada pria asing yang baru datang itu mengingat bagaimana keadaan terakhir ia menemukan gadis yang sedang ia pangku itu.     

Anne menghela nafas panjang dan menoleh ke arah Chester dengan tatapan yang masih belum bersahabat. "Lalu?"     

Chester mengernyitkan keningnya. "Apa maksudnya dengan kata 'lalu' yang baru kau ucapkan itu, nona?"     

"Iya, maksudku adalah aku sudah menemukan liontin yang kau sebutkan. Lalu bukti apa lagi yang bisa menguatkan dugaan kalau kau benar-benar ayah anak ini,"jawab Anne dengan cepat.     

"Aku kehilangan Charlotte 30 menit yang lalu saat sedang berada di sebuah restoran yang berada di luar, saat itu aku terlalu ceroboh membiarkan pengasuh Charlotte membawanya seorang diri. Sampai akhirnya aku sadar kalau Charlotte hilang dan kami mencarinya sampai ke dalam mall ini karena berdasarkan cctv yang kami lihat pengasuh Charlotte membawanya masuk ke mall ini, maka dari itu kami bisa ada disini dan sungguh aku berani bersumpah demi Tuhan kalau Charlotte adalah putriku, putri kesayanganku,"ucap Chester panjang lebar, suaranya sedikit serak saat berbicara dan Anne menyadari hal itu.     

Anne membelai rambut blonde Charlotte dengan lembut. "Kau tahu, tadi anak ini berjalan sendirian di tengah lalu lalang banyak orang dengan terjatuh-jatuh. Kau benar-benar ayah yang buruk."     

Kedua mata Chester langsung berkaca-kaca mendengar perkataan Anne. "Maaf, aku masih belajar. Sejak istriku meninggal dua bulan yang lalu karena mengiris nadinya di bathup, aku belum bisa menjadi ayah dan ibu yang sempurna untuk putri kami."     

Deg, sebuah palu tak kasat mata langsung menghantam dada Anne.     

"Maaf, aku tak tahu. Aku turut berduka atas kehilanganmu,"ucap Anne lirih penuh penyesalan.     

Chester tersenyum, perlahan ia melangkahkan kakinya mendekati Anne dan meraih Charlotte dari gendongan Anne. "It's ok, aku sudah terbiasa. Karena aku yakin saat ini istriku sudah tenang di surga."     

Anne langsung mati kutu, sungguh ia merasa sangat tidak enak sekali saat ini. Bukan hanya mencurigai Chester sebagai ayah yang tak bertanggung jawab, kini Anne juga merasa semakin bersalah karena sudah membuat pria itu mengingat soal kematian istrinya yang mengenaskan. Senyum Anne perlahan muncul saat melihat Chester menciumi putrinya dengan mata yang berkaca-kaca dan tunggu Chester bahkan sampai meneteskan air matanya. Damn, seorang pria menangis.     

Tanpa menunggu lama Anne langsung mendekati Chester dan langsung merebut Charlotte dari pelukannya.     

"Heii apa yang kau lakukan!!"hardik asisten Chester dengan suara meninggi pada Anne secara spontan.     

Anne langsung menoleh dan menatap pria itu dengan tajam. "Apa kau tak melihat dia terus membuka mulutnya? Anak ini lapar."     

Pria yang baru saja membentak Anne itu langsung menutup rapat mulutnya, wajahnya pun berubah pucat saat menyadari satu kesalahan yang baru diperbuatnya. Sementara itu Chester langsung meraih botol susu yang dibawa salah satu anak buahnya dan memberikannya pada Anne.     

"Ini susu Charlotte,"ucapnya pelan sambil mengulurkan botol susu milik Charlotte pada Anne.     

Anne yang sudah tak tega pada Charlotte pun langsung menerima botol susu itu dari tangan Chester dan sedikit meneteskan susu itu ke tangannya.     

"Kau..."     

"Apa kau membawa susu bubuknya dan air panas?"tanya Anne dengan cepat memotong perkataan Chester yang hampir membentaknya lagi.     

"Susu, air panas." Chester mengulangi perkataan Anne dengan bingung.     

"Iya, susu ini sudah tak layak konsumsi. Sudah dingin, tak baik untuk perutnya. Aku bisa jamin susu ini pasti sudah dibuat lebih dari satu jam yang lalu bukan?"hardik Anne dengan suara meninggi.     

Chester terdiam, begitu juga dengan asistennya yang sebelumnya membentak Anne.     

Anne menghela nafas panjang. "Bawa Charlotte, aku akan mengurusnya sendiri,"ucap Anne pelan sambil menyerahkan Charlotte pada Chester kembali dengan hati-hati, setelah itu ia langsung berjalan ke arah salah satu asisten Chester yang membawa tas perlengkapan milik Charlotte.     

Tanpa bicara Anne langsung membawa tas bayi itu dan membuka isinya, wajah Anne sedikit tegang karena khawatir kalau di dalam tas itu tidak ada susu akan tetapi ketakutan Anne hilang saat melihat satu kotak susu yang masih utuh dan termos kecil yang berisi air hangat.     

Anne mendekati Chester dan memberikan ciuman ke pipi Charlotte.     

"Tunggu sebentar ya sayang, dua menit saja,"ucap Anne lembut pada Charlotte.     

Seperti mengerti dengan ucapan Anne bayi kecil itu tersenyum lebar dan terlihat semakin menggemaskan, sungguh Anne semakin jatuh cinta padanya. Suara celotehan Charlotte akhirnya membuat Anne sadar, ia pun bergegas membawa susu dan termos panas itu dan mendekati para pramuniaga toko yang sejak tadi hanya diam.     

"Dibelakang ada pantry kecil,"ucap salah seorang pramuniaga dengan cepat ketika menyadari apa yang ingin Anne lakukan.     

Anne tersenyum dan langsung berjalan menuju pantry kecil yang kini dapat dilihat dari depan karena tirainya sudah dibuka, sungguh hati Chester langsung menghangat saat melihat apa yang Anne lakukan. Anne sudah menggulung lengan bajunya saat mencuci botol susu milik putrinya, dengan terampil Anne membersihkan dan mensterilisasi botol itu menggunakan air panas yang berasal dari toko. Setelah yakin botol susu itu bersih Anne kemudian mulai membuat susu untuk Charlotte, dalam takaran yang tepat. Sebelum memberikannya pada Chester, Anne sempat meneteskan kembali susu hasil buatannya ke tangan untuk memastikan kalau susu buatannya tidak terlalu panas. Senyumnya mengembang saat yakin kalau susu yang kini berada dalam botol sudah pas untuk bayi seumur Charlotte.     

"Berikan ini padanya,"ucap Anne lembut pada Chester yang kini sudah duduk di sofa yang sebelumnya ia duduki.     

Chester tersenyum dan justru memberikan Charlotte pada Anne. "Please."     

"A-aku?"tanya Anne bodoh.     

"Iya, kau yang sudah membuatkan susu untuknya. Aku rasa putriku akan senang jika kau yang menyusuinya,"jawab Chester tanpa rasa bersalah.     

Wajah Anne langsung memerah, secara spontan tangannya bergerak untuk menutupi dadanya dan hal itu membuat Chester langsung gugup.     

"T-tidak, maksudnya tak seperti yang kau pikirkan. Maksudku adalah..."     

"Ok, i know. Give Charlotte to me."     

Dengan hati-hati Chester memberikan putrinya pada wanita asing yang baru ia temui, setelah Charlotte berada dalam pelukan Anne ia langsung memposisikan wajahnya didepan dada Anne. Posenya persis seperti Christian ketika akan menyusu dulu dan hal itu membuat Anne tersenyum hangat, dengan penuh kasih Anne pun mulai memberikan susu pada Charlotte menggunakan botol yang sebelumnya diambil oleh Chester saat ia sedang menggendong Charlotte. Dan dugaan Anne benar, Charlotte benar-benar kelaparan dan yang lebih menakjupkannya adalah dalam kondisi lapar seperti itu ia tak menangis sama sekali.     

Kembali, dalam diri Chester mengalir sebuah perasaan yang tak dapat di deskripsikan saat melihat pemandangan hangat dihadapannya. Sebuah perasaan yang ia rasakan pertama kali saat menggendong putrinya ketika ia baru lahir.     

Berambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.