I'LL Teach You Marianne

Terbukti



Terbukti

Helikopter berwarna hitam dengan logo huruf C besar di kanan dan kiri bodynya mendarat dengan mulus di helipad yang ada di rooftop Muller Finance Internasional, sepanjang perjalanan Christian terus mengoceh melihat ke arah bawah sambil menunjuk-nunjuk beberapa tempat yang menurutnya menarik. Jack pun dengan sabar memberitahukan tempat-tempat yang ditunjuk oleh Christian, sementara Anne hanya diam dan tak ikut andil dalam pembicaraan ayah dan anak itu. Anne masih kesal kepada Jack yang ia anggap terlalu membela teman sekolahnya padahal jelas-jelas Anne sudah menegaskan sebelumnya bahwa tidak ada hubungan pertemanan yang benar-benar murni antara laki-laki dewasa dan perempuan dewasa, apalagi salah satu diantaranya masih berstatus single. Akan tetapi sepertinya Jack menyepelekan apa yang sudah Anne katakan dan jujur itu membuatnya kesal.     

"Bagaimana, kau suka dengan perjalanan kita?" Jack mengelus kepala Christian penuh cinta, tak lama setelah ia melepaskan headphone dari telinga putranya yang ia pangku.     

"Tentu saja, aku suka sekali, Daddy. Apakah kita bisa mengulanginya setiap hari?"     

Jack tersenyum. "Kalau Christian mau Daddy tak masalah, Daddy justru senang."     

"Did you hear that mom, Daddy let me keep flying like this every day to go to the office." Christian memekik keras kegirangan.     

Anne tersenyum, ia kemudian membelai wajah Christian dengan gemas. Christian benar-benar menjadi obat untuknya. "Ya sudah ayo turun, mommy harus pergi ke kamar mandi."     

Christian mengangguk cepat, begitu juga dengan Jack. Mendengar Anne ingin pergi ke kamar mandi membuatnya bergerak dengan cepat, Jack tak membuat Anne menunggu. Beberapa bodyguard yang sudah menanti kedatangan keluarga kecil itu sudah berbaris di depan helikopter yang baling-balingnya sudah dimatikan oleh Erick tak lama setelah ia berhasil mendarat dengan apik di helipad, Jack mengulurkan tangannya ke arah Anne mencoba memberikan bantuan kepada Anne. Meski awalnya ragu namun Jack akhirnya tersenyum saat Anne mau menerima uluran tangannya.     

Begitu sudah turun dari helikopter, keluarga kecil itu pun bergegas masuk ke dalam gedung. Seperti yang Anne katakan sebelumnya ia langsung mencari toilet, selama Anne berada di toilet Jack menunggunya dengan sabar begitu pula dengan Christian yang berlarian di lorong kesana-kemari. Anak itu benar-benar sangat aktif sekali dan sungguh melihat putranya tumbuh sesehat itu membuat Jack terus bersyukur, setelah lima menit Anne keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat lebih fresh setelah ia memulaskan lipstik di bibirnya.     

"Masih disini?"tanya Anne singkat.     

Jack tersenyum. "Tentu saja, aku tak mungkin membiarkanmu sendirian."     

Anne memutar bola matanya ia merasa jengah dengan kata-kata yang baru saja Jack ucapkan. Dan Jack menyadari itu, ia tahu Anne tak suka dengan kalimat yang baru saja ia ucapkan. How poor you are Jack!     

Untuk menghilangkan suasana canggung itu Jack kemudian menggendong Christian dan berjalan menuju lift untuk turun ke lantai 40 dimana ruangannya berada, namun baru saja mereka melewati anak tangga yang ada di samping lift tiba-tiba terdengar suara seseorang sedang berbicara di telepon dengan cukup keras. Jack pun langsung meminta Anne tak bersuara, ia bahkan meminta Erick untuk tak melanjutkan langkahnya dan tak bergerak.     

"Tentu saja, Jack pasti akan menjadi milikku secepatnya."     

"Apa istrinya cantik kau bilang? Dia hanya itik buruk rupa yang didandani menjadi angsa, terlihat indah dan elegan dari luar tapi tetap saja sekali itik tetaplah itik."     

"Aku dulu pernah kalah dengan Shopia Higgins si pianis brengsek itu, kali ini aku tak mungkin dikalahkan lagi oleh perempuan yang tak selevel denganku itu... Giselle Allen bukan tandingannya."     

Itu suara Giselle yang sedang berbicara dengan seseorang di telepon, suaranya terdengar cukup jelas karena ia sedang berbicara di anak tangga yang menghubungkan lantai 40 dan lantai 41 yang merupakan jalan menuju rooftop. Kedua tangan Jack terkepal penuh kemarahan saat mendengar kata-kata yang Giselle ucapkan, sementara Anne hanya tersenyum. Ya, Anne hanya tersenyum. Dugaannya tepat dan Jack mengetahui secara langsung.     

Christian yang tak tahu apa-apa nampak bingung melihat kedua orangtuanya diam, perlahan anak itu menyentuh wajah Jack dengan tangan mungilnya. "Are you ok, Daddy?"     

Suara Christian berhasil membuat Jack tersadar. "Tentu, Daddy baik-baik saja."     

"Lalu kenapa mata Daddy saat ini seperti kedua mata Mommy tadi malam, bahkan look mata Mommy juga seperti mata Daddy saat ini!"     

Jack langsung menoleh ke arah Anne yang sedang berkaca-kaca seperti dirinya, bedanya kedua mata Anne terlihat sangat sedih berbeda dengan Jack yang penuh dengan amarah.     

"Mommy, are you ok?"celoteh Christian kembali.     

Anne langsung menyeka air mata yang masih terperangkap di dalam matanya. "Iya, baby. Mommy baik-baik saja."     

"Tapi Mommy menangis."     

Anne tersenyum. "Mana mungkin Mommy menangis, ada debu sayang. Tadi kedua mata Mommy terasa gatal ada debu, karena itulah Mommy terlihat seperti menangis."     

Sungguh pembohong amatir.     

Jack menatap Anne sendu, penuh penyesalan. Namun Anne tak memperdulikan itu, ia sudah terlanjur kesal pada Jack yang tak percaya dengan apa yang sudah ia katakan sebelumnya. Anne yang marah pada Jack kemudian berbalik berusaha pergi dari tempat itu, akan tetapi langkahnya dihalangi Erick. Erick merasa Anne tak boleh pergi dari sisi Jack saat ini, karena jika hal itu terjadi maka pertengkaran mereka akan semakin lama dan itu akan membuat semuanya menjadi lebih kacau daripada saat ini.     

Anne akhirnya mengalah, setelah sebelumnya ia berusaha pergi melewati Erick yang menahannya. Dan dari tempatnya saat ini berdiri Jack menghela nafas panjang, ia bersyukur Erick tahu apa yang ia inginkan. Dengan perlahan Jack mendekati Anne dan mengajaknya masuk ke dalam lift yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Karena tak mau membuat Christian sadar kalau hubungan mereka sedang tak baik akhirnya lagi-lagi Anne mengalah, ia menyembunyikan perasaannya dihadapan putranya yang sedang memainkan dasi yang melingkar di leher Jack. Kalau saja tak ada Christian mungkin saja Anne sudah pergi sejak tadi, sungguh keberadaan Christian memberikan banyak keuntungan pada Jack.     

Karena hanya turun satu lantai, keberadaan mereka di dalam lift sangat sebentar. Anne langsung keluar dari lift dan bergegas keluar meninggalkan Jack, akan tetapi ia tak langsung masuk ruangan Jack. Anne masih berdiri di depan lift dengan tenang menunggu Jack keluar, beberapa staf yang menyadari keberadaannya langsung memberikan hormat dan hal itu membuat Anne tersenyum canggung. Setelah Jack bersama Christian keluar Anne pun mengekor di belakang bersama Erick yang tengah tersenyum kepadanya, mereka berjalan menuju ruangan terbesar di lantai 40. Ruangan sang CEO dari perusahaan pendanaan terbesar di Eropa itu.     

Saat Anne akan masuk ke ruangan sang suami dari ekor matanya ia bisa melihat Giselle, Giselle yang sedang berdiri didepan ruangannya menatap Anne dengan tajam meski bibirnya menyunggingkan senyum. Damn, wanita munafik!     

Anne tersenyum samar, ia benar-benar tak percaya kalau Giselle sudah mempersiapkan semuanya. Pakaian yang ia pakai saat ini sungguh tak pantas gunakan seorang sekretaris, blouse dengan belahan rendah membuat siapapun bisa melihat dadanya dengan jelas dan itu membuat Anne mual, sungguh. Anne sendiri selalu menghindari pakaian yang mempertontonkan keindahan tubuhnya sejak masih kuliah dulu, karena itu ketika ia melihat seorang wanita yang tak segan menunjukkan keindahan tubuhnya pada semua orang Anne merasa jijik.     

Beda wanita baik-baik dan wanita penggoda memang terlihat jelas.     

"Erick, perintahkan Giselle masuk ke ruangan meeting 30 menit lagi. Aku ingin bicara berdua dengannya."     

Deg.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.