I'LL Teach You Marianne

'Tunai'



'Tunai'

Dengan telaten Anne menyuapi Christian makan, ia belum menyentuh sedikitpun makanan yang sudah disiapkan oleh Giselle untuknya. Semuanya masih berada diatas meja dalam posisi yang sama seperti saat pertama kali Giselle meletakkannya.     

"Aku sudah kenyang, Mommy,"ucap Christian pelan menolak suapan terakhir dari Anne.     

"Benarkah? Tapi masih ada sisa, nanti kalau Christian tak menghabiskan semuanya Mommy sedih,"jawab Anne dengan cepat pura-pura sedih.     

Christian diam selama beberapa saat, sampai akhirnya ia pun memutuskan menerima suapan terakhir dan langsung mengunyahnya penuh semangat. Jack tersenyum melihat tingkah putranya yang menggemaskan, ia kemudian mengambil piring dari tangan Anne dan meletakkannya di atas meja tepat diatas meja tepat disamping salad yang sudah diberi air liur oleh Giselle.     

"Christian sudah kenyang, sekarang giliranmu makan,"ucap Jack lembut.     

Anne meraih botol air mineral yang berada di hadapannya dan langsung meminumnya sampai tandas. "Aku tak lapar, Jack."     

Jack menaikkan satu alisnya. "Apa maksudmu dengan kata tak lapar?"     

"Ya belum lapar, bagaimana lagi aku harus menjelaskannya."     

"Apa makanannya tak sesuai seleramu?"tanya Jack menebak-nebak, tangannya sudah melingkar di pinggang Anne.     

Anne tersenyum tipis, ia malu Jack tahu isi hatinya. Sebenarnya Anne sungkan mengatakan hal yang sebenarnya karena ia merasa tak enak pada Giselle yang sudah menyiapkan semua makanan itu.     

"Baiklah, kalau begitu katakan kau ingin makan apa?"Jack kembali bertanya dengan lembut.     

"Risotto saffron, aku ingin sekali menikmati itu Jack."     

"Risotto saffron? Tak ada yang lain?"Jack kembali meyakinkan Anne.     

"Untuk saat ini aku hanya ingin itu saja."     

Jack menipiskan bibirnya, ia kemudian melepaskan tangannya dari pinggang Anne dan meraih ponselnya yang ada diatas meja. Jack berniat untuk meminta tolong Giselle lagi, akan tetapi Anne dengan cepat menahan gerakan tangan Jack.     

"Aku ingin makan di tempatnya, bukan di kantor. Rasanya pasti berubah kalau tidak dimakan di restorannya, Jack,"ucap Anne dengan cepat.     

Jack terkekeh, ia pun menyadari kekeliruannya. "Iya, aku rasa kau benar. Ya sudah kalau begitu kita ke restoran Risotto yang kau mau itu."     

"Kita? Kau mau ikut juga?"     

Jack meraih dagu Anne dan mengecupnya perlahan. "Tentu saja, memangnya kau ingin pergi dengan siapa?"     

"Tapi makanan ini, semuanya belum tersentuh Jack. Sayang sekali,"ucap Anne jujur sambil menatap semua makanan yang ada di hadapannya.     

"Tenang, ada Giselle. Dia yang akan mengurus, lagipula kita belum menyentuhnya sama sekali bukan jadi makanan ini aku rasa masih bisa dinikmati oleh orang lain,"jawab Jack kembali sambil tersenyum.     

Setelah berkata seperti itu Jack kemudian menghubungi Giselle melalui ponselnya, meminta sekretarisnya itu masuk ke dalam ruangannya.     

Tak ada satu menit Giselle pun sudah berdiri dihadapan Anne dan Jack, Anne mencoba menghindari kontak mata dengan Giselle. Bukan tanpa alasan, Anne merasa risih dengan make up yang digunakan Giselle saat ini. Terlalu berlebihan untuk berada di kantor, karena itu Anne memilih untuk tak bertatapan wajah dengannya supaya tak mengomentari riasan di wajah Giselle. Hal itu Anne lakukan demi menjaga perasaan Giselle juga, karena Anne yakin jika seandainya ia mengomentari penampilan Giselle maka Giselle akan tersinggung dan marah kepadanya.     

"Ada yang bisa aku bantu lagi, Jack?"     

Deg     

Anne langsung mengangkat satu alisnya mendengar Giselle menyebut nama Jack secara langsung.     

"Sepertinya aku dan istriku akan mencari makan siang di luar, tolong rapikan meja ini dan semua makanan ini belum tersentuh sama sekali oleh istriku dan aku sendiri. Karena itu jika kau tak keberatan coba tawarkan pada office girl dikantor ini, siapa tahu mereka mau,"jawab Jack pelan tanpa melepaskan cengkeraman tangannya pada tangan Anne.     

Rahang Giselle langsung mengeras mendengar perkataan Jack, kedua tangan pun sudah terkepal kuat di samping kanan dan kiri tubuhnya. Sungguh Giselle sudah hampir mencapai batas sabarnya kali ini.     

"B-baik, aku akan memberikannya kepada office girl kalau begitu."     

Jack tersenyum dan mengangkat tangan Anne ke bibirnya untuk dicium, Jack benar-benar tak menyadari perubahan ekspresi Giselle. Bahkan Anne yang sedang fokus pada Christian saja merasa ada yang janggal dengan suara Giselle, namun karena ia sudah memutuskan untuk tak melihat ke arah Giselle akhirnya Anne mencoba menghilangkan rasa curiganya itu.     

"Thanks Giselle, kalau begitu kami akan pergi sekarang,"ucap Jack kembali sembari meraih Christian dari pangkuan Anne untuk digendong.     

Giselle hanya tersenyum mendengar perkataan Jack, ia memundurkan tubuhnya memberi jalan untuk Jack dan anak istrinya keluar dari ruangan. Saat Anne merapikan barang-barangnya yang sudah di acak-acak sang putra Jack masih setia menunggunya tepat dihadapan Giselle yang sedikit menundukkan wajahnya.     

"Pakai mantelmu, babe. Di luar dingin."     

Anne tersenyum. "I know."     

"Come on mommy...come on...i wanna go with Daddy."     

"Sabar baby,"jawab Anne sambil tersenyum tipis.     

Christian yang sudah tak sabar terus berceloteh di pelukan Jack dan hal itu membuat Jack terus tertawa, rasa pusing karena berbagai proyek yang masih berjalan seperti hilang seketika saat sudah mendengar celotehan Christian yang seperti beo. Anak itu benar-benar lengket pada Jack meskipun ada sang ibu disampingnya, Christian seperti sedang meminta ganti rugi atas waktu yang ia lewati tanpa kehadiran sang ayah selama ini dan hal itu juga Jack sadari. Karena itulah ia masih ingin selalu bersama Christian kemanapun.     

Tak lama kemudian Anne pun sudah siap, semua barang-barangnya yang sebelumnya berserakan di sofa karena dimainkan oleh Christian sudah kembali lagi ke dalam tas Hermes edisi terbatasnya.     

"Ok, aku siap."     

"Kemarilah, jalanlah di depan,"jawab Jack lembut mempersilahkan Anne jalan terlebih dahulu.     

Anne tersenyum, ia kemudian melangkahkan kakinya melewati Jack dan Giselle. Setelah Anne keluar dari pintu Jack kemudian langsung menyusulnya dengan Cristian yang sudah mengotori kemejanya dengan air liur, melihat sang tuan pergi Erick dan Nicholas pun langsung meninggalkan pekerjaannya dan tugas mengekor di belakang setelah sebelumnya mengunci pintu ruangannya masing-masing. Meski memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan namun Erick dan Nicholas lebih memilih mengawal Jack.     

Dengan tangan bergetar Giselle merapikan piring-piring yang berada di atas meja, menggunakan nampan yang sebelumnya ia tinggalkan sewaktu menyajikan makanan makanan itu untuk Anne. Karena makanan itu benar-benar belum tersentuh, tak sulit bagi Giselle untuk merapikannya. Perlahan Giselle membawa nampan menuju pantry, begitu sampai di pantry Giselle langsung melemparkan piring-piring berisi makanan ke dalam tempat sampah termasuk salad yang sebelumnya sudah ia campur menggunakan air liurnya. Akan tetapi entah mengapa saat Giselle sedang melempar mangkuk berisi salad itu ke dalam tempat sampah secara tiba-tiba percikkan dari potongan daging salad itu langsung terbang dan masuk ke dalam mulutnya yang mana sontak membuatnya terbatuk-batuk karena tersedak, menyadari kalau ia baru saja menelan potongan daging dari salad yang sudah ia campur dengan air liurnya.     

"Fuck...fuck…. aarrgghhhh….!!!"     

Giselle berteriak keras sembari berlari menuju toilet untuk memuntahkan semua isi perutnya pasca secara tak sengaja menelan potongan daging dari salad yang sebenarnya ia siapkan untuk Anne.     

Karma dibayar tunai!!     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.