I'LL Teach You Marianne

Like Daddy



Like Daddy

Memberi maaf pada Jack setelah pertengkaran mereka adalah sebuah hal yang selalu Anne sesali ketika bangun pagi, pasalnya setelah itu Jack tak melepaskan Anne sedetikpun. Bahkan saat tidur setelah mereka melakukan percintaan panas Jack tetap melingkarkan tangannya ke pinggang Anne yang membuatnya tak bisa pergi kemanapun sampai pagi hari yang akhirnya membuat leher Anne merasa sedikit sakit karena posisi tidurnya yang tak nyaman.     

"Ayolah babe, aku serius. Bagaimana nanti kalau aku merindukanmu dan Christian." Jack kembali mengucapkan kalimat yang sama untuk kelima kalinya, mencoba merayu Anne agar mau ikut pergi ke kantor.     

Anne yang baru selesai mengeringkan rambutnya dengan hairdryer tersenyum menatap Jack yang berdiri disamping meja riasnya. "Kau itu sedang bekerja, mana mungkin aku dan Christian datang. Keberadaan kami pasti akan mengganggumu."     

"Tidak, itu tidak mungkin terjadi. Lagipula kalian bisa menggunakan ruanganku, aku akan berada di ruang meeting seharian ini, Anne. Klien baruku yang berasal dari Melbourne datang hari ini dan aku harus meeting dengannya selama satu hari full yang membuatku tak bisa pulang bertemu kalian, jadi lebih baik kau dan Christian saja yang datang ke kantor."     

Anne menghela nafas panjang. "Tapi Jack…"     

"Please Mommy...please." Jack langsung menatap Anne dengan memberikan tatapan yang memelas.     

"Tapi kalau Christian nanti bosan dan merengek untuk pulang bagaimana? Kau mau bertanggung jawab?"     

Dengan seringai menyebalkan Jack mendekatkan wajahnya ke depan wajah Anne. "Pertanggung jawaban apa lagi yang kau inginkan? Bukankah aku sudah mengatakan sejak dulu bahwa aku siap membesarkan sebelas anak yang terlahir darimu, Anne."     

Anne langsung blank, ucapan Jack yang diakhiri sebuah kecupan di leher itu membuatnya lemah. Padahal sebelumnya tadi malam ia sudah berkali-kali menerima cinta yang Jack berikan padanya, cengkraman tangan Anne yang mendarat di lengan Jack akhirnya membuat pria itu menghentikan godaannya pada Anne.     

"Jadi bagaimana, kau ikut kan?"tanya Jack pelan penuh intimidasi.     

Anne menatap Jack dengan pandangan yang masih kabur. "Ok, aku ikut."     

Mendengar perkataan Anne membuat Jack sangat senang, dengan gerakan cepat Jack memeluk Anne dengan erat.     

"I love you, aku tunggu di bawah untuk makan,"bisik Jack lirih di telinga Anne kembali sebelum akhirnya pergi meninggalkan Anne.     

Tak lama setelah Jack pergi Anne langsung meraih gelas yang berada di atas nakas dan langsung menenggaknya tanpa sisa, godaan Jack sukses membuat Anne mematung. Jack benar-benar tahu bagaimana cara membuat Anne patuh.     

***     

Seolah tak pernah terjadi sesuatu Giselle datang ke kantor dengan tenang seperti biasanya, sikap arogannya pun masih terlihat jelas ketika ia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung kantor Muller Finance Internasional. Gadis itu tak memperdulikan perkataan kedua orang tuanya yang melarangnya datang ke kantor Jack kembali, ia masih ingin membuktikan kepada kedua orang tuanya kalau bisa menaklukan Jack seperti yang ia selalu katakan selama dua tahun terakhir ini saat menyandang gelar sebagai sekretaris pribadi Jack.     

Giselle memutuskan untuk mengejar Jack kembali pasca mengetahui kalau kekayaan Jack semakin bertambah, setelah ia mewarisi perusahaan sang kakek yang merupakan pengusaha kaya dari Luksemburg. Beberapa tahun yang lalu Giselle pernah menyerah memperjuangkan Jack karena kalah dari Shopia Higgins yang saat itu menjadi primadona di Swiss, karena itulah Giselle mundur teratur apalagi saat itu kedua orangtua Jack juga setuju menjodohkan Jack dengan Shopia yang notabene juga Giselle kenal dengan baik. Tapi setelah mengetahui hubungan Shopia dan Jack hancur, Giselle kemudian mencari tahu soal kisah asmara Jackson Patrick Muller kembali yang saat itu sangat tertutup pasca pertunangannya dengan Shopia dibatalkan.     

Giselle sempat putus asa saat mendengar berita meninggalnya Jack di Selat Inggris, namun setelah mengetahui ternyata Jack masih hidup dan berada di Luxembourg untuk meneruskan perusahaan sang kakek Giselle pun kembali memutuskan berjuang lagi untuk mendapatkan cinta Jack meskipun tahu kalau saat ini Jack sudah menjadi suami dan ayah dari seorang anak lelaki yang sangat tampan.     

"Pagi nona Gisell." Sapa ketiga resepsionis yang sudah berada di mejanya pada Giselle.     

Giselle menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah meja resepsionis yang selama ini tak ia hiraukan sama sekali. "Tuan, apakah beliau sudah datang?"     

"Belum Nona."     

Giselle tersenyum. "Ok, nanti ketika Tuan sudah datang langsung hubungi mejaku secepatnya."     

"Baik nona, kami mengerti."     

Tanpa mengucapkan terima kasih pada ketiga resepsionis yang ramah itu Giselle kemudian berjalan kembali dan langsung menuju lift yang pintunya sudah terbuka.     

Bagi ketiga resepsionis itu mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari Giselle bukanlah hal yang baru, sehingga mereka merasa biasa saja dan memilih untuk kembali melanjutkan pekerjaannya karena jam kerja sudah hampir dimulai. Sebenarnya banyak staf yang tidak menyukai Giselle dan membandingkan Giselle dengan Alice yang sebelumnya menempati posisi sekretaris utama di Muller Finance Internasional, namun karena tahu kalau Giselle direkrut langsung oleh Jack maka tak ada berani ada orang yang berani melawannya dan hanya bisa membicarakannya di belakang.     

Tak lama setelah Giselle naik lift, di depan pintu utama terlihat sebuah mobil mewah berhenti. Beberapa orang pria berpakaian serba hitam langsung menghampiri pintu mobil dan berjajar rapi setelah membuka pintu mobil itu, para pria itu langsung menunduk memberikan hormat kepada Jack yang sedang menggendong Christian berjalan masuk kedalam kantor diikuti Anne yang sangat anggun. Beruntung tadi malam Jack tidak meninggalkan hickey di sekitar leher Anne, sehingga saat ini Anne tak perlu menyembunyikan lehernya dengan menggunakan gaun yang merepotkan. Sepertinya Jack memang sudah merencanakan hal ini sejak tadi malam, ia menginginkan Anne ikut ke kantor bersamanya sehingga ia tak membuat tanda di leher Anne meski tanda lain sudah tersebar di sekitar tubuh yang lain yang tentunya sudah tersembunyi di balik baju indah yang sudah membalut tubuhnya.     

"Selamat pagi Nyonya, Tuan." Sapa ketiga resepsionis yang berada di lobby pada Anne dan Jack yang berjalan melintasi tempat mereka.     

Christian menarik dasi Jack. "Why don't they greet me too, Daddy? Am I invisible?"     

Dengan polosnya Christian mengeluarkan pernyataan seperti itu dengan suara yang cukup keras dan langsung membuat wajah ketiga resepsionis yang sebelumnya tersenyum manis itu langsung pucat pasi.     

Jack terkekeh. "That's why tomorrow when you comes to the office Christian must wear a neat suit like Daddy, so the sisters will greet you and most importantly you have to walk alone not carried like this."     

Christian terdiam cukup lama, ia kemudian mengalihkan pandangan pada Anne yang terlihat tersenyum padanya.     

"Is that true, Mommy?"     

Anne tersenyum, ia kemudian membelai rambut Christian dengan lembut. "Tentu saja, kalau Christian ingin seperti Daddy. Tapi kalau Christian mau menjadi pilot pesawat luar angkasa seperti cita-cita Christian, maka kau tak perlu mengikuti apa yang Daddy katakan."     

Secara tiba-tiba Christian memeluk leher Jack dengan sangat keras. "No, I don't want to be a spaceship pilot anymore. I want to be like Daddy."     

Jack tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan putranya yang sangat menggemaskan itu, bahkan ketiga resepsionis yang sebelumnya sudah ketakutan nampak ikut tersenyum karena tingkah Christian.     

"Tentu saja, kau harus menjadi seperti Daddy. Kau harus meneruskan perjuangan yang sudah Daddy mulai,"ucap Jack pelan penuh kebanggaan.     

"Sure...i Will Daddy..i Will.."     

Anne hanya tersenyum simpul melihat obrolan singkat suami dan anaknya itu, ia tak mau mengganggu kesenangan keduanya dan kembali meneruskan langkahnya menuju ke dalam lift yang pintunya sudah dibuka oleh Erick untuk naik ke lantai 40 dimana ruangan Jack berada.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.