I'LL Teach You Marianne

Terhubung



Terhubung

"Anne!!"     

Jack yang sebelumnya tak sadarkan diri langsung meneriakan nama Anne bersamaan dengan terbukanya kedua matanya. Perawat yang sedang berada disamping Jack pun terkejut dan langsung menekan tombol pemanggil dokter yang berada di samping ranjang, tak butuh waktu lama dua orang dokter dan tiga orang perawat datang.     

Kedua dokter itu langsung memeriksa kondisi Jack, dengan hati-hati sekali seorang perawat memeriksa bekas operasi di dada Jack.     

"Aman dok,"ucapnya pelan melaporkan pada dokter yang tengah memeriksa kedua mata Jack yang sudah terbuka.     

Dokter itu mengangguk pelan dan kembali melanjutkan pemeriksaannya, Jack yang belum sepenuhnya sadar perlahan memejamkan kedua matanya kembali. Karena operasi yang dijalaninya adalah operasi besar dan cukup berbahaya para dokter harus ekstra hati-hati saat memeriksa kondisinya.     

"Kalau pasien sadar jangan ajak ia bicara dan pastikan ia tak bergerak, lukanya masih sangat riskan,"ucap dokter Kang Yo seorang dokter bedah terbaik di rumah sakit universitas Seoul pada seorang perawat yang bertugas menjaga Jack di dalam kamarnya.     

"Siap dok."     

"Kondisi pasien semakin bagus, meskipun sudah melewati masa kritis tapi kita tak boleh lengah. Operasi yang dia jalani adalah operasi yang sangat beresiko dan lagi pasien ini adalah orang penting, jadi kita harus ekstra hati-hati merawatnya. Nama baik negara kita sedang dipertaruhkan,"imbuh dokter Kang Yo kembali, meskipun dia adalah seorang dokter bedah namun ia sangat update sekali dengan kabar-kabar penting yang terjadi di negaranya. Seperti proyek pulau buatan yang sedang Jack dan Aaron kerjakan.     

Tiga orang perawat yang di tugaskan khusus merawat Jack pun menyahut dengan kompak perkataan dokter Kang, setelah memastikan kondisi Jack baik-baik kedua dokter itu pun keluar dari kamar ICU untuk menemui Aaron dan anak buah Jack yang lain yang sebelumnya panik saat melihat para dokter dan suster masuk ke ruangan itu dengan terburu-buru.     

Baru saja membuka pintu kedua dokter itu sudah diberondong berbagai pertanyaan oleh Aaron dan anak buah Jack yang sangat panik, dokter Kang Yo dan dokter Shin Bi pun hanya tersenyum menerima puluhan pertanyaan yang terlontar dari enam orang itu. Kedua dokter senior itu paham sekali apa yang ada dalam benak orang-orang yang masih memberikan pertanyaan pada mereka saat ini.     

"Tuan Clarke sudah sadar dan kondisinya juga sudah jauh lebih baik meski saat ini kita tak bisa bersantai dalam merawatnya, luka dalam dan jahitan pada dadanya masih sangat basah. Jadi kami harus memastikan Tuan Clarke tetap dalam kondisi tidur, obat yang diberikan padanya memiliki efek mengantuk yang hebat jadi untuk beberapa jam kedepan beliau akan tetap tidur,"ucap dokter Kang Yo menjelaskan sedikit kondisi Jack saat ini.     

"Karena itu kami sebagai dokter yang langsung turun tangan merawatnya meminta anda semua untuk tidak memaksa untuk bertemu dengannya, kami benar-benar menjaga lukanya agar cepat kering. Karena posisi lukanya di dekat daerah paling vital maka Tuan Clarke belum bisa berkomunikasi untuk menghindari terbukanya kembali luka itu, jadi kami minta kerjasamanya pada anda semua agar mengikuti pentunjuk ini. demi kesembuhan Tuan Clarke, saya harap anda semua lebih bersabar lagi." Dokter Shin Bi ikut menambahkan perkataan dokter Kang Yo dengan lembut.     

Aaron menghela nafas panjang sambil mengangkat wajahnya ke atas, mengucapkan syukur pada Tuhan. Sementara Nicholas langsung terduduk dilantai, ernah kehilangan Alan sang tuan pertamanya membuat Nicholas sangat ketakutan. Erick sendiri terlihat langsung memeluk Alice dengan erat, air mata yang ia tahan sejak tadi langsung menetes membasahi wajahnya.     

"Terima kasih banyak informasinya, dok. Jujur saja tadi kami sudah hampir gila saat melihat anda masuk ke dalam kamar dengan terburu-buru seperti tadi,"ucap Rose pelan.     

"Tidak apa-apa Nyonya, sangat wajar sekali kalau tadi anda semua panik. Itu adalah reaksi yang lumrah,"sahut dokter Shin Bi sambil tersenyum.     

Rose pun membalas senyuman sang dokter dan memepersilahkan kedua dokter itu kembali melanjutkan pekerjaannya, dari semua orang yang ada di depan ruang perawatan Jack hanya Rose saja yang terlihat paling tenang. Karena tak terlalu mengenal Jack dengan baik sikap Rose pun tak seperti yang lain.     

"Terima kasih Tuhan, terima kasih Tuan sudah sadar,"ucap Erick serak sembari menyeka air matanya setelah melepaskan pelukannya dari Alice.     

Alice tersenyum dan membantu menyeka air mata Erick. "Tuhan sayang pada kita semua, Erick."     

"Iya kau benar,"jawab Erick lirih.     

"Apa perlu kita mengabarkan kondisi Tuan sekarang pada Luis?"tanya Nicholas pelan.     

"Boleh, kabarkan padanya kalau Tuan sudah sadar."     

Nicholas menganggukkan kepalanya penuh semangat, ia pun lantas mengeluarkan ponselnya dan berniat untuk mengirimkan kabar bahagia itu pada Luis. Akan tetapi baru saja menyentuh ponselnya tiba-tiba nama Luis muncul di layar ponselnya.     

"Hallo...."     

Nicholas membeliak, ucapannya terhenti saat Luis mulai bicara. Seluruh tubuh Nicholas pun kembali lemas, seketika tubuhnya ambruk ke lantai karena kedua kakinya tak mampu menahan beban tubuhnya.     

Melihat Nicholas kembali terduduk di lantai membuat Erick curiga, ia yakin sekali ada yang tak beres. Dengan cepat Erick merebut ponsel Nicholas dan meletakkan ditelingannya.     

"Ada apa Luis?"tanya Erick pelan berusaha berbicara dengan Luis.     

Satu detik     

Dua detik     

Lima detik     

Tak ada jawaban dari Luis, Erick pun menoleh ke arah Nicholas yang masih terduduk di lantai dengan mulut terbuka lebar. Karena tak terdengar suara apapun Erick pun mematikan sambungan telepon itu dan ikut berlutut dihadapan Nicholas.     

Erick meletakkan tangannya di pundak Nicholas dan mencengkramnya perlahan. "Kau kenapa? Kenapa Luis tak bicara apa-apa tadi? Apa yang sudah terjadi, Nick?"     

"Nick."     

Nicholas yang nampak sangat shock berusaha mengembalikan kesadarannya kembali, namun ia masih diam dan belum bicara sampai akhirnya Aaron datang memberikan segelas kopi favoritnya.     

"Minumlah ini, kau akan menjadi lebih rilex, Nick,"ucap Aaron pelan sembari menyodorkan gelas kopi kepada Nicholas.     

Nicholas yang belum sepenuhnya sadar menerima kopi pemberian Aaron dengan tangan gemetar dan membuat Daniel yang sejak tadi diam kemudian turun tangan, Daniel langsung merebut gelas kopi itu dari Nicholas dan meletakkannya diatas meja.     

"Kalau kau belum siap untuk bercerita lebih baik enangkan dirimu terlebih dulu, Nick,"ucap Daniel pelan.     

Nicholas menatap semua orang yang sedang berdiri dihadapannya secara bergantian sampai akhirnya tatapannya berhenti pada Erick yang masih berlutut dihadapannya, menyadari Nicholas tengah menatapnya Erick terseyum. Ia kembali menepuk pundak Nicholas. "Yang dikatakan Daniel benar, tenangkan dirimu terlebih dahulu. Setelah itu baru bicara."     

"N-nyonya...."     

Erick menaikkan satu alisnya. "Ada apa dengan Nyonya?"     

Nicholas menelan ludahnya dengan susah payah sebelum akhirnya ia membuka bibirnya kembali dan berkata. "Nyonya dibawa kerumah sakit karena mengalami pendarahan setelah terjatuh dikamar Christian, saat ini kondisinya kritis."     

Brakk..     

Gelas kopi yang dipegang Aaron terjatih di lantai begitu Nicholas selesai bicara.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.