I'LL Teach You Marianne

I know all your suffering



I know all your suffering

Melbourne airport, 20.45 PM.     

"Are you kidding me, Jack!!"     

Anne berteriak dengan keras untuk yang kesekian kalinya kepada Jack saat menyadari saat ini sudah berada di Melbourne, Australia. Anne menyesal sudah bersikap manis pada suaminya.     

Jack yang baru saja turun dari pesawat jetnya nampak tersenyum manis sambil melepas kacamata hitam dari wajahnya.     

"Jack, kenapa kau diam! Jelaskan padaku apa maksud dari semua ini!"pekik Anne kembali.     

"Apalagi yang harus aku jelaskan? Bukankah semua pertanyaanmu tadi sudah aku jawab di pesawat?"     

"Come on Jack, jangan bergurau. Aku serius, kenapa kau menculikku sampai sejauh ini? Ada Christian dirumah,"ucap Anne dengan suara meninggi, Anne kesal sekali melihat sikap santai Jack yang seperti tanpa dosa itu.     

Jack terkekeh, ia kemudian melangkahkan kakinya menuruni anak tangga untuk mendekati Anne yang sudah berada di bawah sambil berkacak pinggang.     

"Kalau dirumah ada Christian kenapa memangnya?"tanya Jack pelan saat sudah berdiri di hadapan Anne.     

Anne menatap tajam pada Jack. "Christian pasti akan mencariku, dia tak pernah berjauhan dariku Jack. Dia pasti akan menangis saat tak menemukan aku, dia pasti akan…"     

"Ssst… listen to me, di rumah ada lebih dari selusin pelayan yang akan bisa menjaga putra kita. Terlebih lagi saat ini Christian sudah di asuh oleh Luis secara langsung, jadi kau tak usah khawatir. Kita bisa menikmati masa liburan kita dengan tenang, jadi pada saat kita pulang Christian akan senang karena akan menjadi kakak,"ucap Jack pelan memotong perkataan Anne tanpa rasa bersalah.     

"Kakak, enak sekali kau bilang! Sana hamil dan melahirkan sendiri, aku belum mau hamil lagi sebelum Christian berumur lima tahun!!"sahut Anne ketus sebelum akhirnya berbalik badan dan menjauh dari hadapan Jack.     

Jack tersenyum geli melihat tingkah Anne, Anne benar-benar belum berubah. Sifat pemarahnya masih sama seperti dulu dan hal itu membuat Jack semakin mencintai Anne.     

"Babe, kau mau kemana? Jangan terlalu cepat, ini bandara sayang. Kau bisa hilang."     

"Aku bukan anak kecil yang bisa hilang ditengah keramaian!"sahut Anne ketus sambil terus mempercepat langkahnya.     

Menyadari Anne semakin menjauh Jack kemudian memerintahkan anak buahnya untuk mengejar Anne, ia tak mau kehilangan jejak Anne. Apalagi saat ini situasi bandara sedang ramai. Beruntung Jack segera memerintahkan anggota the warrior mengejar Anne, mereka hampir saja kehilangan jejak Anne kalau saja tak langsung bergegas sebelumnya. Pasalnya saat ini di hadapan Anne sedang keluar rombongan turis asal Amerika yang baru mendarat, karena tubuhnya kecil Anne hampir saja terseret oleh kerumunan orang itu. Beruntung dua anggota the warrior langsung berdiri dihadapan Anne, melindungi Anne dari orang-orang yang sedang berjalan itu. Melihat Anne dalam posisi yang tak nyaman Jack langsung bertindak, ia meraih tangan Anne dan membawanya ke pelukannya.     

"See, apa kubilang tadi. Kau bisa hilang,"ucap Jack pelan saat sedang merengkuh Anne diperlukannya.     

Anne tak menjawab perkataan Jack, perhatiannya justru teralihkan oleh wanginya tubuh Jack yang menusuk hidungnya. Well, sepertinya Anne merindukan sentuhan Jack.     

Setelah dua menit berlalu akhirnya rombongan turis itu pun sudah pergi, jalanan di hadapan mereka kembali kosong. Beruntung Anne cepat sadar, ia pun langsung mendorong tubuh Jack menjauh supaya pelukannya terlepas.     

"Sepertinya mobil yang akan membawa anda pulang sudah siap, Tuan."     

Jack mengangguk pelan. "Ok, ayo kita berangkat. Aku tak mau membuang-buang waktu,"ucapnya pelan sambil menarik tangan Anne untuk berjalan di sampingnya menuju pintu utama bandara yang kini sudah tak seramai beberapa saat yang lalu.     

Tiga buah mobil Range Rover serba hitam nampak sudah berjajar di depan lobby, seorang driver yang sudah tahu kalau tuannya sudah datang langsung membuka pintu belakang dengan lebar.     

"Thanks, Albert,"ucap Jack pelan saat membantu Anne masuk kedalam mobil.     

"Siap Tuan."     

Anne menaikkan satu alisnya mendengar percakapan singkat antara Jack dengan pria asing itu. "Kalian saling kenal?"     

"Sure, dia Albert. Salah satu driver andalanku ketika berada di Melbourne."     

"Bicara yang lengkap, Jack."     

Bukannya menjawab pertanyaan dari sang istri Jack justru melingkarkan tangannya ke pinggang Anne. "Kau akan tahu dalam beberapa menit lagi."     

"Jack…"     

Ucapan Anne tak dapat dilanjutkan karena Jack sudah mendaratkan ciuman di bibirnya, sebuah ciuman lama yang penuh gairah. Lidah Jack menari-nari dalam mulut Anne, Anne yang masih sadar langsung menarik wajahnya berusaha melepaskan ciuman Jack akan tetapi hal itu hanya terjadi sebentar. Pasalnya setelah itu Jack sudah menjelajah lehernya, memberikan kecupan-kecupan disana. Pikiran Anne pun langsung blank, sungguh ia tak bisa berpikir saat ini. Ciuman Jack bahkan tak berhenti saat Albert sang driver duduk di kursinya, Anne yang menyadari keberadaan Albert juga tak memiliki kuasa untuk meminta Jack menyudahi serangannya. Anne pasrah dan menikmati setiap kecupan yang Jack tinggalkan di sekitar leher dan pundaknya, kali ini Anne tak memperdulikan bekas ciuman yang akan tertinggal di area itu. Yang ada dalam benaknya saat ini adalah menerima semua cinta yang Jack salurkan melalui ciumannya, bahkan tanpa sadar Anne justru membalas ciuman Jack yang kini sudah bersarang di bibirnya.     

Albert yang sudah sangat mengenal tuannya tak berbicara apa-apa, ia lebih memilih terus mengendarai mobil dengan baik membawa sepasang suami istri itu ke salah satu rumah sederhana milik Jack yang berada di Australia. Albert berusaha menutup telinganya rapat-rapat meskipun saat ini terdengar jelas suara-suara surga dibangku belakang, damn! Ciuman Jack lama sekali.     

Karena hampir kehabisan nafas Anne akhirnya menarik wajahnya dan mendorong Jack menjauh darinya.     

"Why?"     

"I'm out of breath,"jawab Anne jujur, pasalnya sejak Jack melumat bibirnya ia benar-benar tak bisa bernafas dengan leluasa. Ciuman Jack benar-benar mematikan.     

Jack tersenyum, ia kemudian meriah kepala Anne dan mencium keningnya dengan penuh cinta.     

"I love you, Anne. Only you, the only woman who drives me crazy."     

"Didn't you just go crazy three years ago?" Anne langsung merespon perkataan Jack dengan cepat.     

Jack langsung melepaskan pelukannya dan mendorong kedua pundak Anne. "Apa yang kau katakan, Anne?"     

"Tidak, aku tak bicara apa-apa,"jawab Anne berbohong.     

"No, You said something related three years ago." Kedua mata Jack menyipit saat bicara seperti itu.     

Anne tersenyum. "Tidak, aku tak bicara apa-apa. Kau ini kenapa sensitif sekali ketika aku membahas soal tiga tahun yang lalu, bukankah seharusnya aku yang sensitif. Ingat, akulah yang menjadi korban. Bukan dirimu." Fix, Anne sedang mencoba menyalahkan Jack. Padahal jelas-jelas dia tahu, orang yang sangat terluka akibat pertengkaran mereka tiga tahun lalu adalah Jack. Jack yang hampir kehilangan kewarasannya dan harus berjuang di rumah sakit selama hampir lima bulan, sebelum akhirnya ia kembali bekerja di kantor untuk mengembalikan semangat hidupnya kembali.     

"Are you serious?"     

"Yes I am."     

Jack masih menatap tajam pada Anne yang masih tersenyum penuh arti, sungguh Jack tak bisa menahan dirinya lebih lama lagi untuk tak memakan Anne saat ini juga.     

"Kita sudah sampai, Tuan."     

Fuck, Albert pengganggu!     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.