I'LL Teach You Marianne

Shopping



Shopping

Pasca mengetahui rencana Giselle yang ingin menjebaknya Jack memerintahkan semua anak buahnya untuk menutup akses Giselle agar tak bisa mendekatinya dan Anne, Jack benar-benar masih bermain halus untuk menghadapi Giselle. Jack melakukan hal serapi ini tanpa sepengetahuan Anne, Jack tak mau Anne tahu dirinya masih turun tangan menghadapi Giselle. Dengan bantuan Shane yang menjadi sumber informasinya yang baru Jack menjadi lebih mudah melakukan langkah selanjutnya, seperti saat ini ia dan ketiga orang kepercayaannya tengah dalam perjalanan menuju kantor polisi tempat Frederick bertugas.     

Sepanjang perjalan percakapan mereka bertiga pun tak terlepas dari Giselle dan rencana barunya itu, Alice yang sudah kesal sekali pada Giselle pun terus mengumpatnya tanpa henti.     

"Tenang Alice, kita tak boleh gegabah. Semua yang kita lakukan itu penuh perhitungan,"ucap Nicholas pelan merespon perkataan Alice.     

"Ck, tak usah seperti itu. Menghadapi wanita gila sepertinya harus dengan kekerasan, tak perlu bertele-tele. Buang energi saja,"sahut Alice ketus sambil melipat kedua tangannya di dada.     

Jack tersenyum tipis. "Apa kau siap menikah dengan Alice yang secerewet ini, Erick?" tanya Jack pelan mencoba mengalihkan pembicaraan.     

Erick yang sedang meminum kopinya hampir tersedak karena mendapatkan pertanyaan tak terduga dari Jack, beruntung ada Nicholas yang langsung memberikannya air putih.     

"Jangan bertanya seperti itu, Tuan. Anda hanya akan membuat si calon pengantin laki-laki kita ragu saja,"sahut Nicholas dengan cepat menggoda Erick.     

"Siapa calon pengantin? Erick? Memangnya kapan kami akan menikah?"tanya Alice ketus pada Nicholas.     

"Lho memangnya kalian tak akan menikah? Bukankah hubungan kalian sudah lama?"tanya Jack kembali pura-pura tidak tahu apa yang terjadi pada Erick dan Alice.     

"Tuan!!"     

Erick dan Alice membentak Jack secara kompak.     

Nicholas dan Jack pun langsung tertawa terbahak-bahak melihat kekompakan pasangan kekasih yang sedang perang dingin itu, padahal baru kemarin mereka berbaikkan. Erick dan Alice benar-benar mirip anak abg yang baru berpacaran, sedikit-sedikit bertengkar dan saling mendiamkan meski pada akhirnya mereka masih saling mencari satu sama lain.     

Obrolan Jack dan anak buahnya pun berakhir saat mobil yang membawa mereka tiba dikantor polisi tempat Frederick bertugas, kalau sebelumnya Frederick dan anak buahnya mendatangi Jack ke kantor kini Jack lah yang bergantian mengunjunginya. Namun kali ini tujuan Jack bukan untuk membahas masalah kantor, akan tetapi lebih ke masalah pribadi. Sungguh Jack sebenarnya ingin langsung menyelesaikan masalah Giselle seperti saat ia menyelesaikan urusannya dengan Shopia Higgins. Namun karena Jack mengingat pertemanannya pada Giselle, Jack masih memberi kelonggaran seperti ini.     

Kedatangan Jack dan anak buahnya sontak membuat suasana kantor polisi itu menjadi gaduh, semua orang yang ada ditempat itu mendadak panik ketika melihat pria yang paling sangat diperhitungkan di Swiss tiba-tiba muncul dihadapan mereka. Beberapa orang polisi yang pernah mendatangi Muller Finance Internasional saat Jack dituduh mengirimkan dana ke jaringan teroris di timur tengah pun langsung menghindar dari Jack, mereka tak mau berhadapan dengan Jack karena takut dan merasa bersalah karena sudah salah menuduhnya.     

Frederick sendiri juga kaget saat melihat kehadiran Jack dan anak buahnya dikantor tempatnya bertugas, ia bahkan hampir mengumpat pada Jack kalau saja atasannya tidak langsung datang menghampiri Jack dan langsung menyapanya. Hal yang sangat biasa Jack dapatkan jika ia bertemu dengan orang pemerintah.     

"Sungguh sebuah kehormatan bagi kantor polisi ini kedatangan orang sibuk seperti anda, Tuan Clarke. Apa ada yang bisa saya bantu?"tanya sang kepala polisi pada Jack yang sudah duduk di sebuah kursi tamu yang sangat nyaman, kursi yang biasa diduduki orang-orang penting kepolisian yang datang kekantor itu.     

Jack tersenyum. "Sebagai warga negara yang baik bukankah hal yang wajar jika saya datang, Tuan. Jadi rasanya sangat berlebihan sekali jika anda bicara seperti itu, saya tidak mau ada yang salah paham lagi pada saya seperti beberapa bulan yang lalu. Dimana saat itu saya dituduh berkhianat pada negara, karena mengirimkan uang pada organisasi teroris yang ada di timur tengah pada saat keuangan kantor saya di hack."     

Wajah kepala polisi itu langsung pucat pasi mendengar perkataan Jack, senyum gugupnya pun langsung mengembang. Meski tak menyebut nama namun pria berkepala botak itu tahu siapa yang sedang dimaksud oleh pria hebat yang duduk dihadapannya saat ini.     

"I-itu adalah sebuah kesalah pahaman Tuan, saya harap anda bisa memakluminya. Sungguh saya juga sangat malu sekali atas peristiwa itu, asal anda tahu saja Tuan, saya sudah memberika tindakan disiplin pada anak buah saya yang sudah memimpin operasi itu, Tuan. Sungguh saya sudah menindak tegas dirinya dan semua orang yang terlibat saat itu,"sahut kepala polisi itu kembali dengan sungguh-sungguh.     

Jack mengendikan bahunya. "Seharusnya anda tak perlu melakukan itu, Tuan. Polisi yang datang ke kantorku saat itu sedang melakukan tugasnya, jadi tak ada yang perlu dihukum atau ditindak. Seharusnya anda bangga pada mereka karena sudah berani bertindak tegas seperti itu, langsung mendatangai kantorku tanpa pandang bulu. Mereka adalah polisi yang jujur, Tuan,"ucap Jack pelan menyindir halus Frederick dan anak buahnya.     

"A-anda terlalu berlebihan Tuan, sungguh saya menjadi semakin merasa tidak enak. Hmmm untuk kedatangan anda kali ini kekantor kami apakah ada hubungannya dengan..."     

"Tidak, kedatanganku kali ini bukan untuk masalah itu. Kali ini aku datang karena ingin bertemu dengan salah satu teman sekolahku dulu, Tuan." Jack langsung memotong perkataan sang kepala polisi yang bernama Liam itu dengan cepat.     

"T-teman sekolah anda?"     

"Iya, Frederick anak buah anda yang memimpin operasi waktu itu kekantorku adalah teman sekolahku dulu, Tuan."     

Deg     

Wajah Liam Bradley sang kepala polisi yang duduk dihadapan Jack pun semakin pucat, ia tak percaya Jack dan Frederick adalah teman lama. Karena tak mau membuat Jack menunggu lama akhirnya kepala polisi itu memanggil Frederick secara langsung dan membiarkannya berbicara empat mata dengan Jack diruangannya.     

Bon Genie     

Anne yang bosan berada dirumah mengajak Christian jalan-jalan ke mall, tentu saja ia tak pergi berdua. Ada Luis dan sepuluh orang anggota the warrior yang mengawalnya. Anne mengajak putranya ke mall untuk membeli pernak pernik lucu untuk sang princess yang masih berada dalam perutnya, Christian yang sudah tidak sabar bertemu sang adik pun nampak bersemangat sekali. Beberapa kali Christian menunjuk berbagai barang lucu dengan warna pink agar dibeli oleh Anne, Anne yang sabar pun memberikan pengertian pada putranya itu kalau saat ini mereka hanya akan membeli kereta dorong dan berapa kaus kaki lucu saja bukan mainan seperti yang ditunjukkan oleh Christian.     

"Baby, hati-hati. Jangan berlari seperti itu, kau harus berjalan sayang,"ucap Anne pelan memperingatkan putranya agar tak berlarian di dalam mall.     

"I'm not baby anymore, i'am a big brother soon, Mommy!!"protes Christian dengan cadelnya yang khas.     

Anne terkekeh sembari memegangi perutnya. "Ok...ok... big bro, im sorry. Ya sudah hati-hati, jangan berlari ya. Mommy dan adikmu sulit mengejarmu, sayang."     

"Are you serious, Mom?"     

"Yes, your Mommy serious Christian,"sahut seorang pria tiba-tiba menyahut perkataan Christian.     

Secara reflek Anne, Christian, Luis dan anggota the warrior yang ada ditempat itu pun langsung menoleh mencari tahu siapa sang sosok pria yang baru berbicara itu.     

"Chester,"gumam Anne lirih saat berhasil mengenali sosok pria yang sedang berdiri tak jauh darinya, saat ini pria itu tengah menggendong Charlotte putrinya yang sedang menikmati permennya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.