I'LL Teach You Marianne

Tumbal



Tumbal

Kedatangan Leon di jenewa benar-benar disambut Giselle bak raja, wanita itu bahkan sampai melompat kegirangan saat melihat Leon berdiri di balkon kamar hotelnya.     

"Maaf, sikapku terlalu berlebihan,"ucap Giselle penuh sesal.     

Leon terkekeh. "It's ok, aku justru senang mendapatkan sambutan yang luar biasa seperti tadi. Ya sudah ayo duduk, ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu."     

"Sure!"     

Giselle langsung mengekor di belakang Leon duduk di sebuah kursi yang ada di ruang tamu, kamar hotel yang dipesan Leon adalah jenis kamar president suite yang memiliki banyak ruangan mewah. Bahkan di kamar itu ia juga bisa memiliki akses langsung menuju helipad tempat dimana helikopter milik hotel siap mengantarkan kemanapun sebagai salah satu keunggulan menginap di kamar presiden suite.     

"Jadi bagaimana rencanamu?"tanya Giselle tak sabar.     

Leon tersenyum lebar. "Kau ini benar-benar wanita yang penuh semangat nona Allen."     

Duk     

Giselle memukul meja yang ada di hadapannya menggunakan tangannya yang terkepal.     

"Tentu saja, aku sudah tak sabar ingin mengetahui rencana hebatmu untuk memisahkan Jack dari Marianne."     

Leon terkekeh, ia senang mempunyai partner yang sangat bersemangat seperti Giselle. Karena tahu Giselle sudah tidak sabar Leon pun mengatakan rencananya kepada Giselle, sepanjang Leon bicara Giselle tak menyela sama sekali. Ia terlihat sangat bersemangat sekali mendengarkan kata demi kata yang diucapkan Leon.     

Selama tiga puluh menit berbicara dengan Leon akhirnya membuat Giselle yakin seyakin-yakinnya kali ini bisa membuat Jack kembali padanya, semua rencana brilian yang disusun Leon membuat harapannya yang sempat pupus kini kembali melambung tinggi.     

"Yang perlu kita lakukan adalah menunggu saat yang tepat, percayalah Marianne adalah wanita yang sangat taat pada ajaran agama. Kalau seandainya ia melihat suaminya tengah tidur dengan wanita lain, aku yakin dia pasti akan meninggalkan suaminya dengan senang hati tanpa pikir panjang. Dan pada saat itu tiba maka aku akan datang pada Marianne bak seorang pahlawan sehingga Marianne akan jatuh padaku dengan sendirinya, saat ini yang perlu kita lakukan adalah mencari cara bagaimana menjebak Jack,"ucap Leon panjang lebar menyudahi rencana jahatnya untuk menghancurkan pernikahan Jack dan Anne.     

Giselle mengibaskan rambutnya kebelakang. "Tenang saja, untuk masalah itu serahkan padaku. Aku yang akan mengatur waktu untuk menjebak Jack, sejak dulu Jack tak pernah menolak jika dimintai pertolongan. Jadi masalah ini bukan hal besar untukku, Leon."     

"Baguslah, sepertinya aku memang tak salah menjadikanmu rekan bisnis nona Allen. Kau benar-benar hebat haha…"*     

Giselle pun ikut tertawa seperti Leon, kedua matanya berkilat menunjukkan betapa bernafsunya dirinya saat ini untuk menyingkirkan Anne dari sisi Jack. Mimpinya untuk berada disamping Jack seperti saat masih sekolah dulu akan tercapai, Giselle benar-benar tidak belajar dari Shopia Higgins yang dibuat hancur oleh Jack. Padahal sebenarnya Giselle tahu apa yang saat ini menimpa Shopia, mantan idola itu kini hidup sederhana bersama suami dan kedua orangtuanya setelah mendapatkan hukuman dari Jack. Giselle yakin sekali Jack tak akan mungkin berani melakukan itu padanya, Giselle yakin sekali Jack masih sama seperti dulu saat mereka masih sekolah. Menjadi Jack yang selalu melindunginya dalam situasi apapun, keyakinan inilah yang membuat Giselle berani bersekutu dengan Leon untuk merusak rumah tangganya. Giselle benar-benar tak bisa membedakan cinta yang tulus dan obsesi.     

Rasa iri atas cinta yang tak terbalas membuat Giselle hilang akal, ia benar-benar sangat tidak sabar untuk melaksanakan rencana brilian yang dibuat Leon. Meski Giselle mencibir Anne yang disebut patuh akan ajaran Tuhan pada awalnya namun kini ia sepertinya menyukai kemunafikan Anne, Giselle yakin sekali Anne hanya berakting pura-pura sok agamis. Kedua tangan Giselle terkepal kuat diatas meja dengan semangat membara dengan mata yang terus menatap tajam ke arah Leon yang sedang berbicara.     

"Kau akan segera menjadi milikku Jack, aku bersumpah,"ucap Giselle dalam hati penuh keyakinan.     

Leon sendiri nampak puas melihat antusias dan semangat Giselle, Leon benar-benar hanya tinggal menunggu aksi Giselle saja kali ini tanpa harus terjun langsung. Sekalipun Giselle gagal dalam menjebak Jack pada rencana yang ia buat, nama baiknya akan tetap terjaga. Yang akan menjadi tersangka tetaplah Giselle sang eksekutor, sementara ia hanya akan duduk manis menunggu langkah selanjutnya.     

Giselle yang sudah digelapkan dengan ambisinya untuk mendapatkan Jack, tak sadar kalau ia hanya dimanfaatkan oleh Leon. Kedua matanya benar-benar sudah ditutup oleh obsesinya pada Jack, pada seorang pria yang sangat mencintai anak dan istrinya. Seorang pria yang hampir gila karena kesalahannya yang tak mempercayai kesetiaan istrinya.     

***     

Sementara itu Jack yang baru saja selesai menikmati makan malam bersama Anne nampak sedang duduk di sofa seorang diri, ia menanti kedatangan Anne yang sedang berkutat dengan piring-piring kotor bekas makan mereka agar bergabung dengannya.     

"Masih berapa lama lagi, babe?"     

"Ini sudah selesai, tunggu sebentar lagi."     

Jack mengerucutkan bibirnya, ia kesal pada Anne yang seperti sengaja mengulur-ulur waktu agar mereka tak bermesraan. Anne sendiri yang memang belum selesai dengan pekerjaannya hanya tertawa kecil melihat sikap Jack yang tengah merajuk.     

Karena kesal Jack kemudian meraih satu toples makanan kecil dari atas meja dan mulai menikmati cemilannya sendiri tanpa menunggu Anne, saat sedang menggigit potongan cookies almond keduanya tiba-tiba ponsel pintar Jack bergetar. Dengan menggunakan tangan kiri Jack lalu meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya.     

Segera Jack meletakkan toples berisi camilan favoritnya kembali di atas meja saat membaca pesan yang dikirimkan Aaron dari Korea, dari pantry Anne menyipitkan matanya saat melihat Jack tiba-tiba duduk dalam posisi tegak sempurna.     

Anne melingkarkan tangannya dari arah belakang punggung Jack. "Ada apa?"     

"Duduklah, jangan dari belakang seperti itu,"jawab Jack pelan sembari meletakkan ponselnya di sofa.     

"Dasar pintar sekali cari kesempatan,"ucap Anne terkekeh sembari berjalan memutari sofa untuk duduk disamping Jack.     

Begitu Anne duduk di sampingnya Jack kemudian memberikan ponselnya pada Anne. "Bacalah pesan yang dikirimkan Aaron."     

"Hm? Aaron? Memangnya apa yang dikirimkan oleh Aaron sampai kau…"     

Ucapan Anne terhenti saat membaca pesan yang ada di ponsel sang suami, ia bahkan hampir menjatuhkan ponsel pintar keluaran terbaru dari brand buah apel tergigit itu kalau saja Jack tak merebutnya dalam waktu yang tepat.     

"M-mayat siapa itu, Jack? Mengerikan sekali kondisinya,"tanya Anne terbata.     

Jack berdehem pelan. "Itu adalah mayat wanita yang melakukan penyerangan padaku di hotel malam itu, wanita itu dibunuh oleh orang yang memerintahkannya untuk menyakitiku, babe."     

"Jesus."     

"Dan…"     

"Dan apa?"Anne yang tak sabar langsung memotong perkataan sang suami.     

"Dan dalang dibalik peristiwa penyerangan ini adalah Giselle Allen,"jawab Jack pelan.     

"Oh my God!!"pekik Anne histeris, ia tak percaya mantan sekretaris suaminya bisa melakukan hal sekeji itu.     

Damn, sepertinya Giselle benar-benar sudah menjadi tumbal kejahatan Leon yang licik kali ini.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.