I'LL Teach You Marianne

Bantuan dari teman lama



Bantuan dari teman lama

Sudah satu minggu Anne dan Jack pergi dari Jenewa, keberadaan mereka berdua benar-benar tak diketahui siapapun. Bahkan para paparazi paling hebat di negara itu pun juga tak berhasil mendeteksi keberadaan suami istri itu, Erick benar-benar menutup akses semua orang untuk mencari sang tuan dan istrinya.     

Giselle yang sudah membatalkan rencananya ke Jepang nampak kesal sekali saat tak mendapatkan celah untuk mendekati Jack, semua aksesnya di putus. Dari nomor ponsel hingga email pribadi Jack, semuanya tak ada yang bisa diakses oleh Giselle. Karena itu ia terus memaksa Leon yang berada di Berlin untuk segera datang ke Jenewa.     

"Aku sudah tiba di bandara lima menit yang lalu dan sedang dalam perjalanan menuju hotel,"ucap Leon pelan pada Giselle di telepon saat berada dalam taksi yang akan membawanya ke hotel.     

"Ok, aku akan menyusulmu nanti siang. Aku harus menunggu suamiku pergi dulu."     

Leon terkekeh. "Jadilah istri yang baik Nona Allen."     

"Fuck you, jangan mencari masalah denganku, Leon,"sahut Giselle dengan keras.     

Tawa Leon semakin keras sampai akhirnya Giselle mematikan telepon secara sepihak, sejak mengetahui Giselle menikah Leon memang senang sekali menggodanya.     

"Apa anda yakin wanita itu bisa membantu kita, Tuan?"tanya Wayne Scott pelan pada Leon.     

Leon yang baru saja memasukkan ponselnya ke dalam saku bajunya perlahan menoleh ke arah Wayne sang asisten. "Tenang saja Wayne, kali ini aku yakin sekali tak akan gagal. Giselle Allen adalah teman sekolah Jack selama lebih dari 5 tahun, dia tahu Jack luar dan dalam. Karena itu aku bisa menggunakannya untuk membantuku memisahkan Jack dan Anne."     

"Lalu bagaimana dengan suaminya yang polisi itu?"     

"Frederick maksudmu? Dari informasi yang aku ketahui polisi itu hanya memanfaatkan keluarga Giselle saja untuk karirnya, jadi aku yakin sekali dia pasti tak akan peduli dengan apapun yang dilakukan Giselle,"jawab Leon penuh percaya diri.     

Wayne menganggukkan kepalanya perlahan, sebagai asisten ia hanya bisa mendukung apapun yang diungkapkan tuannya. Seperti saat ini, meskipun apa yang dilakukan Leon saat ini sangat berisiko. Jackson Knight Clarke bukanlah orang sembarangan yang mampu di singkirkan dengan mudah.     

Tanpa Leon dan Wayne ketahui saat ini dibelakang mereka ada sebuah taksi lainnya yang mengikuti, taksi yang membawa seorang wanita cantik di bangku belakang itu hanya dipisahkan satu mobil saja dari taksi yang digunakan Leon.     

"Kemana tujuan kita, Nona?"tanya sang supir taksi sopan pada penumpang cantiknya.     

"Kemanapun taksi yang dinaiki dua pria itu berhenti,"jawab wanita cantik itu sopan.     

"Siap Nona."     

Suasana taksi kembali hening, sang supir taksi terus berkonsentrasi melihat jalan supaya tak kehilangan jejak. Sementara sang penumpang cantik yang tak lain adalah Steffi kembali melihat ponselnya yang sedang menampilkan foto Anne dan keluarganya.     

"Berikan aku kesempatan untuk menebus semua kesalahanku padamu dulu, setidaknya berikanlah satu kata maaf saja untukku sebelum aku pergi, Anne," ucap Steffi serak, kedua matanya terlihat sudah penuh dengan air mata yang tertahan.     

Steffi memutuskan untuk membuntuti Leon ke Jenewa setelah tahu rencana sang mantan suami yang ingin menghancurkan rumah tangga Anne dan Jack, semenjak mengetahui umurnya tak lama lagi karena penyakit yang menderanya Steffi memutuskan untuk menikmati hidup sebaik-baiknya saat ini. Namun setelah tahu ternyata Leon masih ingin mengganggu Anne akhirnya Steffi memutuskan untuk menghentikannya. Setidaknya dalam sisa umurnya yang tak panjang Steffi bisa berbuat baik pada Anne setelah apa yang ia lakukan pada wanita penolongnya itu.     

Saat sedang menatap foto Christian tiba-tiba rasa sakit luar biasa kembali mendera perut Steffi, ia langsung menunduk dengan memegangi perutnya.     

"Nona, anda tidak apa-apa?"tanya sang supir taksi khawatir.     

"Tidak apa-apa, aku hanya sakit perut biasa. Lanjutkan saja perjalanan kita dan jangan sampai kehilangan jejak taksi yang ada didepan,"jawab Steffi serak.     

"Iya nona, saya mengerti."     

Steffi tersenyum dan mencoba untuk duduk tenang, kedua tangannya masih berada diperutnya yang saat ini masih terasa seperti sedang diiris-iris. Setelah divonis dokter memiliki leukimia kondisi Steffi memang menurun drastis, ia bisa mengalami sakit tanpa gelaja seperti saat ini. Leukimia yang diderita Steffi sudah sampai di stadium tiga dan ia sama sekali tak berniat melakukan pengobatan apapun, Steffi berharap dengan menikmati rasa sakit yang menderanya Tuhan akan memaafkan semua kesalahan yang ia perbuat di masa lalu.     

"Kau kuat Steffi, kau kuat. Bertahanlah, kau harus mendapatkan maaf dari Anne,"ucap Steffi dalam hati saat selesai meminum obat yang ia keluarkan dari dalam tas yang sebelumnya ia pangku.     

Newcastle Upon Tyne     

Prank     

Nampan yang berada disamping Anne tiba-tiba jatuh sehingga membuat suara yang sangat gaduh, Jack yang sedang mengawasi para pekerja yang tengah memasang peralatan untuk membuat cookies di dapur pun langsung keluar dan menghampiri Anne.     

"Ada apa?"tanya Jack bingung.     

"Aku tak sengaja menjatuhkan nampan, Jack,"jawab Anne lirih, kedua matanya masih menatap ke arah nampan yang berada dilantai.     

Jack tersenyum, ia pun meraih nampan yang terbuat dari melanin itu dan meletakkannya kembali diatas meja.     

"Hati-hati sayang, kalau kau lelah lebih baik istirahat. Pengunjung sedang sepi lebih baik kau bersantai saja,"ucap Jack lembut sembari membelai wajah Anne yang sudah terlihat lebih berisi.     

Anne menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan Jack, Jack pun kembali pergi ke dapur meninggalkan Anne sendiri. Setelah Jack pergi Anne kemudian duduk di kursi yang ada di dekat mesin kasir, perlahan ia mengeluarkan ponselnya dari dalam apron yang ia pakai.     

Anne mengirimkan pesan ada Alice dan Luis, menanyakan kondisi mereka. Entah kenapa tiba-tiba Anne memiliki perasaan yang tak enak, perasaan tak nyaman yang belum pernah dirasakan sebelumnya oleh Anne sebelumnya.     

"Yes, Luis,"ucap Anne pelan saat menerima telepon dari Luis yang langsung menghubunginya setelah menerima pesan darinya.     

"Ada apa Nyonya? Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?"tanya Luis pelan mencoba menanyakan soal pesan yang Anne kirimkan padanya beberapa saat yang lalu.     

Anne menghela nafas panjang. "Aku tak tahu Luis, perasaanku tak enak saja. Karena itu aku menghubungimu."     

"Semuanya baik-baik saja, Nyonya. Jangan khawatir, semuanya sudah diurus dengan baik oleh kami semua. Yang terpenting saat ini adalah kesehatan anda dan Tuan, jangan pikirkan hal yang lain, Nyonya."     

Anne terdiam, ia menggigit bibir bawahnya perlahan saat mencerna perkataan Luis. Apa yang Luis katakan padanya benar, seharusnya saat ini ia fokus pada penyembuhan luka psikisnya supaya bisa berkumpul lagi dengan orang-orang yang disayanginya seperti dulu. Pembicaraan Anne dan Luis terhenti saat ada pembeli yang datang, Anne yang sangat menghargai pembelinya kemudian memutuskan panggilan Luis dan melayani dua pelanggan yang memesan vanilla latte.     

"Tenang Anne, semuanya baik-baik saja. Tuhan akan menjagamu dan orang-orang yang kau sayangi saat ini, Tuhan pasti tak akan membiarkanmu kehilangan lagi,"ucap Anne dalam hati saat sedang membuat vanilla latte pesanan dua gadis muda yang baru pulang dari akademi.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.