I'LL Teach You Marianne

New life new happiness



New life new happiness

Janne's coffee, Newcastle Upon Tyne, 10.00 AM.     

Anne tak bisa berkata-kata melihat papan nama coffee shop miliknya yang berhasil dibeli kembali oleh Jack, ia tak percaya Jack memilih nama Janne's coffee.     

"Kenapa masih diluar, ayo masuk." Jack memanggil Anne dengan cukup keras dari dalam coffee shop yang baru saja selesai diatur ulang keadaan di dalamnya.     

Anne menghela nafas perlahan dan berjalan masuk kedalam coffee shop dengan langkah gontai.     

"Bagaimana? Apa kau suka dengan interior coffee shop ini?"tanya Jack penuh semangat.     

"Suka, suka sekali. Sangat mirip sekali dengan coffee shop milikku dulu."     

Jack terkekeh lalu menggulung lengan t-shirt nya ke atas. "Aku memang sengaja meminta para pekerja itu membuat interior coffee shop ini seperti milikmu dulu."     

"Apanya yang sama seperti milikku? Nama coffee shop ini dulu bukan Janne's coffee, Jack. Kau tahu itu, bukan?"     

"Haha... kalau nama coffee shop ini memang itu aku sengaja tak samakan seperti dulu, saat ini coffee shop ini bukan hanya milikmu, baby. Tempat ini milik kita berdua, jadi aku sedikit memodifikasi nama coffee shop ini,"jawab Jack pelan tanpa rasa bersalah.     

"Ck, sedikit memodifikasi? Memodifikasi apanya? Kau mengubah semua namanya Jack."     

Jack tak merespon perkataan Anne lagi, ia lebih memilih membersihkan mesin kopi yang baru saja diantar oleh kurir toko tempatnya membeli mesin kopi dan teman-temannya. Kalau tak ada yang tahu mereka pasti akan mengira Jack sebagai karyawan, kepiawaiannya benar-benar patut diacungi jempol.     

Anne cukup takjub melihat Jack mengatur semua meja tempatnya bekerja dengan baik, tanpa ada kesalahan sedikitpun. Bahkan gelas-gelas dan segala perabotan lainnya juga tertata sempurna di dalam lemari yang berada di belakang tempat Jack berdiri saat ini. Jack masih membersihkan mesin kopinya supaya besok saat pembukaan coffee shop tak ada masalah.     

"Jadi apa kita hanya akan menjual kopi saja?"tanya Anne pelan saat melihat dapurnya masih kosong.     

"Untuk saat ini iya."     

"Tapi kau tahu bukan, kalau kopi itu tak bisa hanya dijual sendirian? Harus ada sesuatu yang lain untuk menemani kopi ini, Jack."     

Jack tersenyum, ia paham kemana arah pembicaraan sang istri. "Untuk saat ini aku hanya ingin menjual kopi saja dan belum mengijinkanmu untuk membuat cookies sebagai pendamping kopi seperti dulu, tanganmu belum 100% sembuh. Aku tak mau kalau terjadi hal-hal yang tak diinginkan jika kau memaksakan diri untuk membuat cookies."     

"Jadi intinya aku diperbolehkan menjual cookies saat tanganku sudah sembuh, begitu?"tanya Anne dengan cepat.     

"Yes, tapi untuk itu kau harus sembuh terlebih dahulu, sayang. Kau paham kan?"     

Anne menganggukan kepalanya dengan cepat sambil tersenyum, kedua matanya berbinar penuh harap saat menatap dapurnya kembali. Sudah banyak sekali rencana-rencana yang ada dalam otak Anne saat ini, ia benar-benar tak sabar menunggu tangannya sembuh dan berbelanja beberapa peralatan dapur untuk membuat cookies dan makanan kecil yang lain.     

Jack sendiri masih terus fokus pada mesin kopi yang baru saja ia bersihkan, karena tak mau terjadi kesalahan pada soft opening besok pagi Jack mencoba meracik kopi kembali. Meski sudah bertahun-tahun tak menyentuh mesin kopi keterampilan Jack belumlah hilang, dalam waktu singkat sudah terdapat dua cangkir kopi buatan Jack yang wanginya memenuhi seluruh toko. Bahkan Anne yang sedang berada di dapur sampai keluar menuju tempat Jack berada.     

"Kau membuat kopi?"     

"Iya, apa kau mau mencobanya?"tanya balik Jack penuh semangat.     

Anne yang sudah penasaran dengan kopi buatan sang suami langsung meraih salah satu cangkir yang ada di atas meja, karena masih sedikit panas Anne sempat meniup sebentar sebelum akhirnya terdiam tanpa kata saat sudah menikmati kopi vanilla latte racikan Jack.     

"Jack.."     

"Bagaimana? Apa rasanya ada yang aneh? Apa terlalu pahit? Atau terlalu manis?" Jack memberondong Anne dengan berbagai pertanyaan karena sudah tidak sabar menunggu review jujur dari pelanggan pertamanya.     

"Rasanya masih sama seperti 7 tahun yang lalu ketika kau membuatkannya pertama kali untukku di tempat ini, Jack."     

"Serius?"pekik Jack tak percaya.     

"Demi Tuhan."     

Jack yang sebelumnya hanya mencoba kopi americano tanpa gula dan susu itu kemudian meraih cangkir yang berisi vanilla latte milik Anne, kedua matanya langsung berbinar saat merasakan kopi racikannya yang luar biasa.     

"Demi dewa zeus yang agung, sepertinya tangan tanganku ini memang diciptakan untuk membuat keberkahan untuk banyak orang,"kelakar Jack asal bicara saat baru saja menikmati kopi racikannya yang merupakan favorit Anne, vanilla latte.     

Anne terkekeh geli mendengar perkataan Jack yang sangat menyebalkan itu, setelah puas menikmati kopi vanilla latte berdua Jack kemudian mengajak Anne untuk melakukan selfie sebagai kenang-kenangan atas dibukanya coffee shop milik mereka.     

Menggunakan dua ponsel sekaligus Jack dan Anne berpose dalam berbagai gaya seperti anak muda yang sedang berpacaran, setelah mengambil foto-foto itu terdengar suara tawa Anne yang cukup keras karena merasa geli melihat hasil foto mereka.     

Beberapa orang yang lewat di coffee shop yang masih belum menerima pembeli itu nampak ikut tersenyum melihat kemesraan Anne dan Jack yang berada di dalam toko, bahkan beberapa ibu-ibu nampak ikut tersenyum saat melihat Anne tertawa lebar. Sepertinya yang dikatakan orang-orang benar, tertawa itu ternyata bisa menularkan kebahagiaan juga dan hal itu sudah terbukti.     

Melihat Anne bisa tertawa lepas membuat Jack benar-benar bahagia, ia senang bisa melihat senyum cantik Anne kembali setelah apa yang mereka lewati selama beberapa hari terakhir. Kemarin Jack sudah sangat takut akan kehilangan Anne, pasalnya Anne sudah tak merespon perkataan beberapa orang yang mengajaknya berbicara.     

Kehilangan anak untuk kedua kalinya bukan hal yang mudah untuk Anne, apalagi bayi yang ada dalam kandungannya sudah sempurna dan siap dilahirkan. Butuh usaha luar biasa dari Jack yang berhasil membawa Anne dari keterpurukannya, meski dia sendiri juga mengalami kesedihan yang sama seperti Anne namun Jack masih bisa menggunakan akal sehatnya. Sebagai orang yang pernah mengalami depresi berat Jack jadi lebih bisa memahami Anne dibandingkan semua orang dan hal itu terbukti dengan baik, karena Jack mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan mood Anne yang naik turun.     

Dari Anne yang terus meminta untuk menggali makam princess sampai terus menyalahkan dirinya atas meninggalnya princess Jack terus berada disampingnya, siang dan malam selama hampir satu minggu. Hingga akhirnya Anne bisa menerima semua kenyataan itu dan mampu berkomunikasi dengan baik lagi, Anne bahkan sudah mau memeluk Christian lagi pasca ia mengutuk dirinya sendiri sebagai ibu yang tidak becus.     

"Jadi besok kau sudah siap untuk membuka toko ini, bos?"tanya Jack dengan tersenyum lebar dengan tangan yang melingkar di pinggang Anne.     

Anne tersenyum lebar. "Tentu saja siap, kau harus bekerja dengan baik dan jangan mengecewakan aku."     

"Siap bos."     

Setelah berkelakar seperti itu keduanya pun berpelukan erat, Jack berkali-kali mendaratkan ciuman di kening Anne dengan penuh cinta. Sementara Anne larut dalam perasaan bahagia, perasaan hangat yang hanya ia rasakan ketika sedang bersama Jack.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.