I'LL Teach You Marianne

Bocor



Bocor

The Geneva University Hospitals     

"Jadi kau sudah memberitahukan soal princess pada Nyonya, dok?"tanya Luis terkejut pada dokter Caitlyn setibanya mereka di depan ruang perawatan Anne.     

Dokter Caitlyn menggeleng. "Belum, hanya saja Anne sudah tahu kalau ia sudah melahirkan."     

Luis langsung menunduk perlahan dan menoleh ke arah Jack yang tengah duduk di kursi roda.     

"It's ok Luis, sisanya serahkan padaku."     

"Baik Tuan."     

Setelah mempersiapkan diri Jack kemudian berjalan masuk ke dalam ruang perawatan sang istri, ia sengaja tak menggunakan kursi roda supaya tak membuat Anne khawatir. Jack tak mau menambah beban pikiran Anne.     

Dengan langkah tertatih Jack akhirnya tiba di samping ranjang Anne, kedua mata Jack terasa panas ketika melihat Anne lebih dekat.     

"Jack, kau sudah pulang?" Suara Anne terdengar lirih saat bicara.     

Jack mengangguk pelan. "Aku baru tiba."     

"Semuanya baik-baik saja, kan? Kenapa kau pulang lebih cepat?"     

Jack terkekeh, ia kemudian berjalan menuju kursi yang ada di samping ranjang Anne. "Jangan banyak bicara, kau masih butuh banyak istirahat,"ucapnya pelan sembari meraih tangan Anne yang tak terpasang infus.     

Anne menipiskan bibirnya. "Aku rindu padamu, Jack."     

"Aku juga, makanya aku mempercepat jadwal kepulangan ku."     

"Jack."     

"Yes, baby."     

Anne melepaskan tangannya dari genggaman Jack dan meraba perutnya. "Princess sudah lahir Jack." Suara Anne terdengar serak saat bicara. "Apa kau sudah melihatnya?"     

Jack mencengkram pahanya dengan kuat. "Aku langsung mengunjungimu ketika tiba di rumah sakit, sedih aku belum melihat princess. Aku ingin melihatnya bersamamu."     

Air mata Anne menetes deras tiba-tiba sehingga membuat Jack panik.     

"Babe…"     

"Kau adalah pembohong paling buruk, Jack. Hiks…"     

"Apa maksudmu?"     

Anne menyentuh dadanya yang terasa sesak, Anne sudah menahan tangisnya selama sejak kemarin ketika ia sadar tak bisa merasakan gerakan princess di perutnya lagi.     

"Maafkan aku, Jack. Aku tak bisa menjadi seorang ibu yang baik,"ucap Anne lirih hampir tak terdengar dengan mata terpejam.     

"Anne.."     

Anne membuat kedua matanya perlahan dan menatap Jack. "Aku yakin princess tak mungkin bisa bertahan, bukan? Kau sudah tahu akan hal itu juga kan? Kalau tidak mana mungkin kau kembali dari Korea lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan."     

"Aku tahu, disaat aku mencoba menyelamatkan Christian aku telah kehilangan princess. Aku tahu hiks..putriku tak selamat kan? Aku tahu princess pasti sudah pergi menyusul kakak pertamanya kan huhuhu…"     

Anne menangis pilu, meski semua orang tak ada yang memberitahukan kabar princess yang sebenarnya pada dirinya namun Anne yakin kalau putrinya itu sudah tiada.     

Dengan tangan gemetar Jack meraih wajah Anne dan menyeka air matanya secara perlahan. "Jangan menangis sayang, bagiku saat ini kau baik-baik saja itu sudah cukup untukku Anne. Jadi tolong jangan menangis, aku tak mau melihatmu seperti ini."     

"Aku merasakan sakitnya perutku saat itu, Jack. Seandainya saja saat itu aku menahan tubuhku menggunakannya kedua tangan mungkin saja saat ini lain ceritanya, mungkin saja princess masih ads bersama kita. Maafkan aku Jack, maafkan aku tak bisa menjaga princess dengan baik. Maafkan aku huhu…"     

Jack langsung bangun dari tempat duduknya dan memeluk Anne dengan erat, Jack ingin membuat Anne menghentikan perkataannya. Karena itulah ia menggunakan tubuhnya dan langsung memeluk Anne dengan erat.     

"Jangan salahkan dirimu, apa yang terjadi pada princess adalah sebuah kecelakaannya yang tak kau sengaja. Jadi stop menyalahkan dirimu sendiri, Tuhan pasti tidak akan senang jika kau terus seperti ini, Anne. Kita terima dan hadapi semua ini dengan lapang dada, kita sudah pernah melewati badai yang lebih keras dari ini. Aku yakin kali ini kita pasti bisa melewatinya dengan baik, percayalah, Anne. Ikhlaskan princess, Tuhan pasti sedang mempersiapkan hadiah besar untuk kita setelah ini,"ucap Jack serak saat memeluk Anne.     

Jack berusaha keras menahan air matanya, meski air matanya terus tetap membandel dan meluncur membashi wajahnya meski tanpa suara berbanding terbalik dengan Anne yang sudah menangis dengan keras. Anne yang tak tahu Jack terluka nampak memeluknya erat. Karena eratnya pelukan Anne secara sadar Jack merasakan dadanya kembali basah, namun luka di dadanya itu tak ia rasakan. Yang ada dalam pikiran Jack saat ini adalah bagaimana cara menenangkan Anne seperti yang dikatakan Luis sebelumnya di makam, dari semua orang yang kehilangan Anne adalah satu-satunya orang yang paling terluka paling dalam.     

Dokter Caitlyn yang sejak tadi mendengar percakapan suami istri itu nampak menyeka air matanya, ia ikut terbawa suatasa atas apa yang sedang Anne dan Jack bicarakan. Pada awalnya dokter Caitlyn mengira Anne akan menggila pada saat tahu putrinya tak berhasil diselamatkan, namun akhirnya dokter Caitlyn sadar bahwa Anne ternyata lebih kuat dari yang ia bayangkan.     

***     

Kantor sekretariat jenderal PBB, Jenewa.     

Chester yang sedang mempersiapkan diri untuk kembali ke New York nampak sedang sibuk dengan tumpukan dokumen yang harus ia urus sebelum kembali, sebagai orang penting di organisasi terbesar itu kesibukan Chester tak diragukan lagi. Karena itu kadang-kadang ia sampai lupa makan siang, seperti saat ini yang mana ia masih membaca beberapa berkas perihal masalah rasisme yang masih terjadi di beberapa negara Eropa yang masih anti pada ras tertentu yang berkunjung atau bekerja negaranya.     

Rasisme adalah isu yang tak pernah berhenti dibahas pada sidang umum, egoisme yang tinggi dari manusia-manusia tertentu membuat hal semacam itu tak akan sulit untuk dihilangkan.     

Pada saat Chester sedang memeriksa berkas yang diajukan beberapa delegasi tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan masuklah Edward dengan membawa kotak makanan yang dibuatkan oleh ibu Chester.     

"Aku bukan anak kecil, Edward. Jadi stop membawakan aku bekal seperti itu,"ucap Chester dengan keras saat menyadari yang datang adalah Edward, saudara sepupunya.     

Edward merengut. "Kau kira aku mau mengantarkan makanan ini tiap hari padamu? Kalau bukan karena aunty aku pasti tak sudi, akan lebih baik kalau kau segera menikah, Chester. Jadi aunty tak akan terus-menerus mengingatkan kau untuk makan seperti anak kecil."     

Chester langsung mengangkat wajahnya dan menatap Edward tajam. "Kau ini banyak bicara sekali, lebih baik kau kembali ke London. Kehadiranmu tak diinginkan ditempat ini."     

"Aku bukan mengunjungimu, kau mengunjungi aunty, uncle dan keponakan tersayangku, Charlotte. Jadi jangan besar kepala."     

Chester menajamkan tatapannya pada Edward, sungguh adik sepupunya itu sangat pintar sekali bicara. Dan Chester sudah muak padanya, pada saat Chester ingin memanggil Michael sang asisten pribadi tiba-tiba dari balik pintu Michael muncul tanpa diundang.     

"Ah bagus kau…"     

"Tuan coba liat berita, ada kabar duka dari keluarga Clarke, Tuan."     

"Kabar duka? Kabar duka apa?"     

Michael yang baru saja berlari nampak menelan ludahnya dengan cepat. "Bayi nyonya Clarke meninggal, saat ini beritanya sedang ramai sekali."     

Mendengar perkataan Michael membuat Edward langsung menyambar remote televisi yang berada diatas meja Chester, dengan cepat ia menekan tombol power dan layar televisi besar yang sejak tadi hitam langsung menunjukkan berita perihal meninggalnya Princess Clarke. Makam bayi berusia delapan bulan itupun saat ini muncul disemua media sosial, baik cetak ataupun elektronik.     

"Jesus, Anne keguguran,"ucap Edward lirih saat memastikan bahwa Princess Clarke yang makamnya sedang ia lihat adalah makam putri Anne dan Jack.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.