I'LL Teach You Marianne

Love is true



Love is true

Anggota The warrior baru menyingkir dari hadapan Chester setelah Anne memberikan perintah pada mereka untuk menjauh, sehingga akhirnya Chester bisa mendekati Anne yang sedang duduk bersama Edward.     

"Kalian sudah saling mengenal?"tanya Chester dengan cepat penuh selidik.     

Tanpa rasa bersalah Edward langsung melingkarkan tangannya ke pundak Anne sambil tersenyum lebar. "Kami satu kampus di UAL, Anne adalah adik tingkatku satu tahun."     

Kedua mata Chester menyipit saat melihat tangan Edward di pundak Anne, ia merasa terganggu dengan hal itu. Dengan cepat Chester pun meraih tangan Edward dari pundak Anne dengan kasar. "Jaga sikapmu, teman kuliah mu saat ini adalah seorang istri dari seorang pria yang sangat berpengaruh di negara ini. Jadi jangan macam-macam atau kau akan membuat orang-orang berspekulasi lain."     

Edward meringis menahan sakit setelah Chester melepaskan cengkraman tangannya, sementara Anne hanya bisa tersenyum dan diam melihat apa yang dilakukan Chester kepada Edward.     

"Maafkan dia, Nyonya Clarke. Adik sepupuku ini memang sejak dulu tidak tahu sopan santun, tolong jangan diambil hati,"ucap Chester pelan, Chester sengaja menyebut dengan panggilan resminya.     

Anne menipiskan bibirnya. "It's ok, lagipula kami memang benar-benar hanya teman satu almamater. Meski aku tidak menyelesaikan kuliahku sampai lulus dan meraih gelar sarjana seperti cita-citaku dulu."     

"Kau tak mau menyelesaikan kuliahmu?"Chester mengulangi perkataan Anne dengan terkejut.     

"Untuk apa dia menyelesaikan kuliahnya saat ada seorang laki-laki kaya raya yang sangat tergila-gila padanya, sampai akhirnya Anne ia dapatkan seperti saat ini,"sahut Edward dengan cepat tanpa rasa bersalah.     

Chester menggenggam kuat kedua tangannya secara tiba-tiba. "Jadi kau dan Jack sudah saling mengenal saat masih kuliah?"     

"Bahkan sebelum mereka kuliah, Jack dulunya adalah barista di coffee shop milik Anne di Newcastle Upon Tyne." Edward kembali menjawab pertanyaan Chester yang sebenarnya ditujukan kepada Anne.     

Chester mengeraskan rahangnya. "Apa namamu Anne, Edward? Kenapa sejak tadi kau yang menjawab!"     

Edward langsung mengangkat kedua tangannya ke atas, memposisikan dirinya menyerah lantas langsung bangun dari kursi menjauhi Anne sambil yang lebar ke arah Chester yang terlihat sudah sangat marah kepada dirinya saat ini.     

Anne pun terkekeh melihat tingkah kocak Edward, seketika ingatan akan semua sikap arogan Edward saat pertama kali ia mengenalnya dulu hilang.     

"Apa yang dikatakan oleh adikku yang kurang ajar itu benar, Anne?"tanya Chester pelan.     

"Iya, semua yang dikatakan Edward benar. aku dan suamiku bertemu satu tahun sebelum aku masuk kuliah di kampus yang sama dengan Edward. Saat itu Jack tidak mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya, karena itu ia bekerja padaku sebagai barista di coffee shop sederhanaku,"jawab Anne lembut, bibirnya tersenyum lebar saat mengingat masa-masa perkenalannya yang naik turun dengan Jack.     

"Bahkan bukan itu saja, Anne bahkan sempat dengan setia menunggu suaminya yang dinyatakan meninggal selama 2 tahun dalam kesendirian. Bayangkan saja seorang gadis secantik Anne rela dan sabar menunggu kekasihnya yang sudah dinyatakan meninggal oleh polisi selama hampir dua tahun, hebat bukan?" Edward lagi-lagi menimpali perkataan Anne tanpa rasa takut.     

Chester langsung menoleh ke arah Edward dengan cepat, tatapan matanya benar-benar sangat tidak bersahabat saat ini dan Edward yang menyadari hal itu langsung memilih pergi dari hadapan Chester untuk bermain bersama Charlotte.     

"Kenapa kau mau menunggu Jack selama itu dalam ketidakpastian, Anne? Apakah ada seseorang yang mengatakan padamu kalau Jack masih hidup? Apa kau menunggunya selama itu karena kau tak mau kehilangan pria kaya raya itu?"Chester langsung memberondong n dengan beberapa pertanyaan yang sedikit sarkas.     

Namun Anne yang sudah tahu cerita percintaan Chester dengan mantan istrinya dulu hanya tersenyum, beruntung sebelumnya ia dan Edward sempat bincang beberapa lama sehingga Anne tidak marah saat Chester memberikan pertanyaan itu kepada dirinya.     

Anne menatap Chester dengan tatapan hangat. "Kau tahu, pada saat Jack menghilang di selat Inggris malam sebelumnya aku dan Jack sudah mengikat janji pernikahan di York Minster. Meski saat itu tidak ada saksi ataupun pendeta yang menyaksikan janji suci kami, saat Jack dinyatakan meninggal statusku adalah seorang istri yang menanti kembalinya suami. Tak ada yang tahu soal itu, bahkan sahabat baikku Linda pun baru tahu setelah beberapa bulan kejadian naas itu terjadi. Perasaanku mulai tumbuh 7 tahun yang lalu saat Jack tidak mengatakan siapa jati dirinya, aku tak tahu kalau dia adalah seorang CEO Sebuah perusahaan besar di negara ini, aku juga tidak tahu kalau dia adalah cucu tunggal dari bangsawan Luksemburg. Aku menyukai kepribadiannya meskipun kadang-kadang sering tak masuk akal dan bukan hanya sekali aku berpisah dengan Jack, setelah kami menikah lagi secara resmi dan disaksikan oleh banyak orang kami berpisah lagi selama 3 tahun karena sebuah kesalahpahaman sampai akhirnya kami kembali lagi tahun ini. Kau tahu kenapa kami bisa bersama-sama lagi, Chester? Itu karena cinta, kau mungkin tidak mempercayai cinta karena orang yang sebelumnya hadir dalam hidupmu adalah orang yang salah. Tapi percayalah suatu saat nanti akan datang seorang wanita baik hati kedalam hidupmu, seorang wanita yang siap menerimamu bukan hanya karena jabatanmu, bukan karena uangmu, tapi karena hati dan kepribadianmu."     

"Kau…"     

"Edward sudah mengatakan semuanya padaku, tapi kau jangan marah padanya. Edward mengatakan itu padaku karena dia perhatian padamu, dia meminta tolong padaku untuk setidaknya memberikan masukan padamu yang pernah salah dalam memberikan cintamu pada seorang wanita. Aku tidak mengatakan kau gagal dalam berumah tangga, karena saat ini sudah ada Charlotte yang kau rawat. Dan percayalah, mantan istrimu itu pasti memiliki sedikit perasaan padamu karena jika tidak maka dia tidak akan mungkin mau mengandung benih dari laki-laki yang ia benci,"ucap Anne pelan memotong perkataan Chester.     

Chester mati kutu, ia tak bisa menjawab perkataan Anne. Padahal biasanya saat dalam sidang Chester banyak bicara, baru kali ini ia tak bisa menimpali perkataan seseorang.     

"Jangan sok tahu Anne, wanita itu tak mencintaiku. Dia juga tak menginginkan putriku, buktinya dia lebih memilih mati menyusul kekasihnya daripada membesarkan Charlotte denganku,"sahut Chester ketus.     

Anne menghela nafas panjang. "Hilangkan semua kebencian pada mantan istrimu, Chester. Dan gunakanlah kepala dingin untuk mengingat kembali setiap momen yang kalian lewati bersama. Percayalah kalau seandainya mantan istrimu itu tidak memiliki sedikit saja perasaan padamu, maka dia pasti sudah melakukan segala cara untuk membunuh Charlotte sejak ada dalam perutnya. Kau tahu bukan, dalam kehamilan seorang wanita tiga bulan pertama adalah masa yang paling riskan jika kandungannya tidak kuat maka dengan melakukan sedikit saja aktivitas yang berat janin itu bisa gugur. Kalau kau terus melimpahkan semua kesalahan pada mantan istrimu itu maka kebencianmu tidak akan hilang, coba saja pikirkan satu kebaikan yang kau ingat dari mantan istrinya itu hidupmu pasti akan jauh lebih baik. Dia memang bersalah karena sudah mengakhiri hidup sendiri Tapi kau tidak berhak terus-menerus menghakiminya karena bukan tugasmu untuk menghakimi sesamamu, ada Tuhan yang lebih berkuasa untuk melakukan hal itu."     

Deg     

Chester terdiam, lidahnya kelu mendengar perkataan Anne. Ia tak menyangka akan bertemu dengan seseorang yang berani bicara seperti itu pada dirinya, setelah bertahun-tahun ini.     

Setelah bicara panjang lebar Anne merasa haus, perlahan ia memberikan kode pada salah satu bodyguardnya untuk meminta minum. Pada saat minum Anne mencuri pandang ke arah Chester, karena waktunya sudah terbuang banyak dan kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya lagi menuju mall.     

Ketika sedang berdiri dan bersikap melangkah Anne menepuk pundak Chester dengan perlahan. "Kau berhak bahagia, jangan terus menerus menyalahkan dirimu sendiri,"ucap Anne lembut sambil tersenyum.     

Tak jauh dari tempat Chester dan Anne bicara seorang wanita dengan gaun pengantin nampak sudah mengambil foto mereka berdua dari dalam mobil. "Aku tak akan menyerah semudah ini,"gumam wanita itu dengan suara penuh kebencian.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.