I'LL Teach You Marianne

Princess's first love



Princess's first love

Setelah perdebatan panjang akhirnya Jack pun mengalah, ia membiarkan Anne melakukan maternity photo menggunakan konsep ala dewi Yunani kuno yang hanya menggunakan kain tipis yang menutupi tubuhnya. Jack memilih membiarkan Anne melakukan photoshoot sesuai keinginannya daripada harus melihatnya mengambil pilihan kedua yaitu foto maternity tanpa pakaian yang akan membuat seluruh tubuhnya bisa dilihat semua orang, karena itulah Jack memilih pilihan pertama.     

Selama melakukan photoshoot Jack terlihat sekali menahan emosinya, tak ada senyum sama sekali yang nampak di wajahnya sehingga membuat semua orang yang berada di ruangan itu merasa tertekan. Terlebih sang fotografer, yang merupakan satu-satunya laki-laki di ruangan itu selain Jack. Aura dingin dari tubuh Jack benar-benar melingkupi dirinya yang sedang mengarahkan Anne dalam berbagai pose.     

"Dua kali pose lagi kita akan selesai, Nyonya…"     

"What!!! Kenapa masih ada dua kali pose lagi? Bukankah dari tadi kau sudah mengarahkan banyak gaya pada istriku?!"Jack langsung memotong perkataan sang fotografer dengan suara meninggi yang membuat fotografer itu terkejut, beruntung kamera yang ada di tangannya tidak terjatuh.     

"Jack ayolah…"     

"Tidak babe, kau sudah terlalu banyak berpose dari tadi. Sudah lebih dari dua puluh pose yang kau coba, jadi itu sudah cukup. Aku yakin kau juga pasti sudah lelah saat ini, bukan?"     

Anne tak menjawab pertanyaan Jack, ia menghela nafas membuang segala kekesalan yang ada dalam dadanya saat ini. Jack benar-benar menghancurkan acara yang sudah ia buat, perlahan Anne turun dari kursi dibantu oleh seorang pelayan. Ia kemudian mendekati si fotografer yang sedang melihat hasil fotonya di laptop, semua kekesalan Anne hilang saat melihat hasil foto sang fotografer yang sangat luar biasa. Anne benar-benar menyukai semua foto itu.     

"Aku ambil semua ya,"ucap Anne pelan pada si fotografer. "Tapi untuk yang sedang memegang perut dengan mata terpejam ini aku ingin kau cetak besar, Aku ingin memajangnya di kamar."     

"Tidak, aku tidak setuju kalau..."     

Jack tak dapat menyelesaikan perkataannya karena Anne sudah mengangkat tangannya ke depan wajahnya, melarangnya untuk bicara.     

"Kenapa lagi? Apa aku tak boleh mencetaknya?"tanya Anne ketus.     

"Untuk apa foto seperti ini dicetak? Bukankah kita akan mencetak foto yang bertiga bersama Christian?"     

Anne langsung menyilangkan kedua tangannya di dada. "Iya, kita akan mencetak yang itu dan foto-foto ini tentunya. Lagipula aku memperbesar salah satu foto ini untuk aku simpan di kamar,"     

"Kalau misalkan kita mencetak fotomu yang ini maka mereka yang bekerja di percetakan foto akan melihat tubuhmu yang seindah ini, babe. Aku khawatir salah satu dari mereka akan menyimpan salah satunya dan menjadikannya sebagai objek fantasi gilanya, kau tahu bukan banyak orang sakit yang senang berfantasi dengan foto-foto aneh seperti foto ibu hamil, foto anak kecil dan masih banyak lagi lainnya. Aku tidak mau dan tidak rela jika kau menjadi salah satu korbannya, jadi lebih baik jangan cetak yang ini. Lebih baik kita simpan saja dan kalau misalkan kau ingin melihatnya maka kita bisa melihatnya dari file tanpa harus dicetak diperbesar dan dipajang seperti itu sayang, sungguh aku tak rela berbagi keindahan tubuhmu dengan orang lain,"ucap Jack panjang lebar dengan suara serak.     

Anne membasahi bibir bawahnya menggunakan lidah, ia benar-benar tak habis pikir dengan Jack yang bisa berpikiran sejauh itu namun di sisi lain Anne juga senang karena ternyata Jack sangat peduli padanya. Setelah menghela nafas panjang Anne akhirnya mengalah dan menyetujui usulan Jack.     

Karena sesi foto sudah selesai Anne kemudian menuju ruang ganti untuk memakai pakaian kembali, meski sedikit kecewa karena foto-foto cantiknya yang menggunakan kostum ala Dewi Yunani tak jadi di cetak. Karena dibantu dua orang pelayan untuk berganti pakaian, Anne akhirnya sudah bergabung lagi dengan Jack dan sang fotografer yang terlihat sangat bingung.     

"Tulis saja berapa semuanya, aku akan menggantinya dengan seri tertinggi,"ucap Jack pelan tanpa rasa bersalah.     

"Tapi Tuan semua alat-alat ini…"     

"Aku akan ganti semuanya, mulai dari kamera, laptop, lighting kabel-kabel dan semuanya yang ada di dalam ruangan ini." Jack kembali memotong perkataan fotografer itu sambil melihat hasil-hasil foto mereka bertiga dari kamera yang baru ia ambil dari sang fotografer.     

"Bukan masalah uang, Tuan. Tapi semua alat ini memiliki nilai sejarah yang sangat penting untuk saya karena semua alat-alat ini menemani saya bekerja dari nol,"sahut sang fotografer kembali, ia tak mau kalau alat-alat kerjanya di ambil Jack.     

Jack menoleh dan menatap tajam ke arah fotografer itu. "Kau berani melawan perintahku?"     

"Tidak Tuan, bukan begitu...saya hanya…"     

"Ada apa ini?"Anne yang baru datang tiba-tiba menyela pembicaraan dua orang lelaki itu.     

Melihat Anne datang sang fotografer langsung berlari mendekatinya dan menceritakan semuanya yang terjadi, suara fotografer itu serak saat bicara dengan Anne karena menahan tangis. Meski ia adalah salah seorang fotografer profesional, namun tetap saja berada dalam tekanan seorang Jackson Knight Clarke membuatnya tak bisa apa-apa. Apalagi ditambah saat ini ia sedang berada dirumah besar pengusaha nomor satu itu yang memiliki puluhan bodyguard berbadan besar yang siap melakukan perintah apapun yang diberikan tuannya.     

Anne memijat keningnya yang terasa sakit mendengar fotografer itu bicara, ia kemudian mengalihkan pandangannya pada sang suami yang terlihat masih asyik dengan foto-foto mereka satu persatu dari kamera sedang ia pegang.     

"Daddy…"     

Jack langsung menoleh ketika mendengar panggilan dari Anne, ia kemudian menyodorkan kamera yang ia pegang ke arah Anne. "Oh kau sudah berganti pakaian, cobalah lihat ini. Christian nampak sangat luar biasa dalam foto ini, sungguh dia akan menjadi seorang pria paling tampan nanti saat ia dewasa. Putra kebanggaanku Christian Clarke."     

Anne tersenyum saat melihat foto yang dimaksud Jack. "Iya, dia benar-benar luar biasa. Dia akan menjadi kakak yang baik untuk princess nanti."     

"Tentu saja, princess akan memiliki dua bodyguard khusus. Aku dan Christian, tak akan kubiarkan pria lain menyakiti atau mendekati princess tanpa izinku,"sahut Jack penuh semangat, kedua matanya berkobar saat bicara seolah princess kesayangannya sudah berada ditengah-tengah mereka saat ini.     

"Kau akan melakukan itu nanti saat princess susah dewasa?"     

"Yes, off course. Princess is mine, no body can touch her without my permission!"jawab Jack tegas.     

Anne terkekeh. "Ok ok...kau boleh melakukan itu, kau boleh melakukan apapun yang kau inginkan saat princess sudah dewasa nanti. Tapi saat ini kembalikan kamera milik fotografer itu, kamera itu sangat bernilai untuknya, Jack. Sama seperti kau yang sangat menyayangi princess, bagi para fotografer sebuah kamera itu sudah seperti anak untuk mereka."     

"Benarkah?"     

"Tentu saja, sama seperti para polisi dan tentara istri pertama mereka adalah senjatanya setelah itu baru pasangannya. Hal itu juga berlaku bagi para fotografer, mereka sudah bekerja bertahun-tahun dengan kamera kesayangannya yang sudah memberi tanya banyak sekali penghargaan, uang, kenangan dan momen indah. Jadi kau tak bisa seenaknya mengambil sebuah kenangan orang seperti itu, Daddy. Percayalah jika princess tahu dia pasti tidak akan menyukai hal itu, kau tak mau bukan mengecewakan princess?"     

Seluruh tubuh Jack menegang, kedua matanya pun membulat sempurna. Tanpa bicara Jack langsung mendekati sang fotografer dan langsung mengembalikan kamera yang sejak tadi ia pegang.     

"Ini milikmu aku kembalikan, maaf aku sudah berniat mengambilnya tadi,"ucap Jack tegas penuh wibawa.     

Sang fotografer nampak bingung melihat perubahan sikap Jack yang sangat drastis itu, sementara Anne hanya tersenyum geli melihat sikap Jack.     

Well, sepertinya Jack ingin menjadi cinta pertama yang sempurna untuk putrinya nanti.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.